Monday 27 November 2017

Kerusuhan di Pakistan Mereda setelah Menteri yang Dianggap Biang Kerok Mundur

Indonesian Free Press -- Para pemimpin partai-partai Islam menyerukan kepada pendukungnya untuk menghentikan aksi-aksi demonstrasi besar-besaran setelah tuntutan mereka dituruti pemerintah, yaitu pengunduran diri Menteri Hukum Zahid Hamid.

"Atas jaminan Panglima Angkatan Bersenjata, kami menyerukan penghentian aksi protes," kata Khadim Hussain Rizvi, pemimpin kelompok tariket Tehreek-i-Labaik Ya Rasool Allah Pakistan (TLY), Senin (27 November).

Sebelumnya pada hari yang sama jubir kelompok TLY, Ejaz Ashrafi, mengatakan bahwa pemerintah telah setuju untuk menuruti permintaan kelompok ini, yaitu pengunduran diri Menteri Hukum Zahid Hamid.


“Pemerintah akan mengumumkan pengunduran diri Menteri Hukum dan kami akan menghentikan aksi protes,” katanya.

Zahid Hamid dianggap sebagai biang kerok munculnya aksi protes besar-besaran di seluruh Pakistan setelah munculnya amandemen UU Pemilu yang menghapuskan kalimat pujian kepada Nabi Muhammad pada sumpah jabatan pejabat-pejabat publik yang memenangkan kursi pemilu. Pemerintah telah meminta ma'af atas munculnya masalah ini dan menyebutnya sebagai kesalahan yang tidak disengaja. Namun, publik yang terlanjur marah tidak bisa diredam untuk menghentikan aksi-aksi protes.

Media Pakistan menyebut, Hamid telah menyerahkan surat pengunduran diri pada hari Minggu kepada Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi “untuk menghindarkan negara dari situasi mirip krisis". Sementara Geo TV menyebutkan, sebagai bagian dari kesepakatan penghentian aksi protes, aparat keamanan akan melepaskan kembali para demonstran yang ditangkap.

Pada hari Sabtu (25 November) tujuh demonstran tewas dan ratusan terluka setelah terjadi bentrok dengan polisi yang berusaha membubarkan aksi demonstrasi di Islamabad. Hal ini sontak memicu terjadinya aksi-aksi serupa di seluruh penjuru Pakistan.

Pemerintah telah meminta militer untuk campur tangan menghentikan aksi-aksi demonstrasi, namun dijawab Panglima Angkatan Bersenjata dengan saran kepada pemerintah untuk menangani masalah ini secara damai.

Aksi-aksi kerusuhan berujung tumbangnya Menteri Hukum menjadi pukulan keras bagi partai penguasa Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N) setelah pada bulan Juli lalu Perdana Menteri Nawaz Sharif dicopot dari jabatannya oleh Mahkamah Agung karena tuduhan suap. Sejak itu pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri Caretaker Shahid Khaqan Abbasi yang berasal dari PML-N.

Pada hari Sabtu ribuan polisi berusaha membubarkan ribuan peserta aksi protes yang melakukan aksi duduk di Faizabad, Islamabad, memblokir jalan raya selama berhari-hari. Para demonstran melawan balik dengan menggunakan kayu dan batu dan berhasil memukul mundur polisi. Dalam aksi ini, tujuh demonstran dikabarkan tewas dan ratusan orang terluka, sehingga memicu gelombang aksi serupa di kota-kota besar di penjuru Pakistan lainnya. Rumah milik Zahid Hamid diserbu demonstran dan seorang anggota parlemen dari PML-N dikeroyok demonstran saat berusaha melakukan negosiasi.

Demonstran juga menutup jalan-jalan raya dan kereta api di Rawalpindi, Karachi dan Lahore, dan menduduki sejumlah besar fasilitas publik di berbagi kota negara berpenduduk 207 juta ini.

Aksi-aksi ini mengingatkan kembali insiden berdarah tahun 2011, ketika Gubernur Provinsi Punjab, Salman Taseer, tewas ditembak oleh pengawalnya sendiri setelah dianggap melakukan pelecehan terhadap Islam dengan membela seorang pelaku penistaan agama.

Pemimpin utama aksi, Maulvi Khadim Allama Hussain Rizvi, melakukan aksi duduk berhari-hari di tempat bernama Faizabad, yang menjadi perlintasan jalan raya ke kota-kota utama Pakistan lain seperti Rawalpindi. Ia mengenakan masker gas dan duduk di atas kursi roda dan dikelilingi oleh ribuan pengikutnya yang setia menemani selama 20 hari aksi duduk sebelum polisi akhirnya menyerbu pada hari Sabtu.

Di Karachi, kota terbesar di Pakistan, Washington Post melaporkan bahwa pusat-pusat perbelanjaan ditutup, juga bandara internasional di kota itu. Puluhan orang terluka dalam aksi protes di kota ini.

Kelompok tariket TLY dibentuk untuk menghormati Mumtaz Qadri, penembak Gubernur Punjab Salman Taseer, yang dihukum mati tahun lalu karena aksinya itu. Kelompok ini aktif mengkampanyekan gerakan anti-Ahmadiyah, salah satu sekte kontroversial yang cukup berpengaruh di Pakistan. Ahmadiyah yang mengaku pendirinya sebagai Nabi terakhir setelah Muhammad S.A.W dianggap berada di belakang langkah kontroversial Menteri Hukum Zahid Hamid.(ca) 

No comments: