Monday 9 August 2010

Iran Untung, Obama Buntung


Presiden Amerika Barack "Mambo Dumbo" Obama kini tengah mengalami penurunan popularitas yang paling tajam di mata orang-orang Arab. Sementara Iran justru mengalami peningkatan popularitas yang sangat signifikan di mata orang-orang Arab (catatan blogger: Iran tidak dianggap sebagai bangsa Arab karena memiliki sejarah, kultur dan bahasa sendiri. Demikian juga halnya dengan Turki).

Dari sebuah survey yang diadakan oleh Shibley Telhami of the Brookings Institution & Zogby International di lima negara Arab, yaitu Mesir, Jordania, Lebanon, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab menunjukkan hanya 20% warga Arab yang menilai positif kepemimpinan Barack Obama. Angka itu menunjukkan penurunan tajam karena pada tahun 2009 lalu angka tersebut masih berkisar sekitar 40%. Sebaliknya penilaian negatif terhadap Obama justru mengalami peningkatan tajam dari 23% menjadi 62%.

Saat para responden, jumlahnya 4.000 orang dewasa, ditanya tentang pemimpin dunia yang paling dihormati, mereka memilih perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan (20%), diikuti oleh presiden Venezuela Hugo Chavez (13%), dan presiden Iran Mahmud Ahmadinejad (12%). Obama sendiri hanya dipilih oleh kurang dari 1% responden. Peningkatan popularitas Erdogan (tahun lalu hanya dipilih oleh 4% responden) tidak bisa dibantah karena keberaniannya mengkritik Israel dengan sangat keras. Erdogan pernah "menyerang" Presiden Israel Shimon Peres dalam pertemuan ekonomi di Davos tahun lalu. Terkait dengan insiden kapal Mavi Marmara, Erdogan juga dianggap telah memperlihatkan keberanian melawan Israel yang tidak pernah ditunjukkan oleh pemimpin Islam manapun.

Adapun mengenai penurunan Obama "Mambo Dumbo", tidak lain karena kegagalannya mewujudkan apa yang pernah dijanjikannya dalam pidato-pidatonya. Ia juga gagal menghentikan pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan oleh Israel, hal yang menjadi penghalang utama proses perdamaian Palestina-Israel. Bagi para responden, kegagalan Obama mensponsori perdamaian Timur Tengah menduduki prosentase tertinggi penilaian negatif mereka terhadap Obama dengan prosentase mencapai 61% disusul dengan kebijakan Obama di Irak (27%).

Di sisi lain, Iran justru mengalami peningkatan popularitas di mata masyarakat Arab sebagaimana tertermin dari hasil polling. Meski sebanyak 55% responden percaya program nuklir Iran ditujukan untuk membuat senjata, 77% dari responden mereka menganggap Iran berhak untuk memiliki senjata nuklir, naik dari angka tahun lalu yang hanya 24%. Dukungan paling kuat atas program nuklir Iran diberikan oleh responden dari Mesir dan Jordania, sementara dukungan paling sedikit diberikan oleh responden dari Uni Emirat. Sebanyak 57% responden menganggap jika Iran memiliki senjata nuklir, kondisi politik di Timur Tengah akan membaik dan hanya 21% responden yang menganggap sebaliknya.

Saat ditanya hal-hal apa saja yang paling mereka harapkan dari Amerika, mayoritas menjawab perdamaian Palestina-Israel, disusul penarikan pasukan dari Irak, penghentian bantuan bagi Israel, dan penarikan pasukan dari Arab Saudi. Sementara isu demokrasi Arab yang diusung Amerika tidak terlalu banyak mendapat mendapat dukungan. Tidak hanya itu, saat ditanya tentang negara-negara yang dianggap sebagai ancaman terbesar, mereka menganggap Amerika sebagai ancaman terbesar (77%) atau hanya kalah oleh Israel (88%). Sebalinya hanya 10% responden yang menganggap Iran sebagai ancaman.

Mengenai proses perdamaian Palestina-Israel, sebanyak 40% percaya perdamaian akan tercapai bagaimanapun namun hanya 4% yang percaya perdamaian akan tercapai dalam waktu lima tahun mendatang, turun dari angka tahun lalu yang mencapai 13%. Sebaliknya sebanyak 54% responden bahkan berpendapat perdamaian tidak akan pernah tercapai. Lebih jauh bahkan sebanyak 25% responden berpendapat Arab harus tetap memerangi Isrel meski Israhell bersedia memenuhi syarat-syarat perdamaian seperti pengembalian wilayah pendudukan.

No comments: