Friday 13 August 2010

Rudal Baru China Ancam Hegemoni Amerika


Sebuah rudal baru buatan Cina mengancam hegemoni militer Amerika khususnya di lautan. Demikian seorang analis militer Amerika yang kredibel mengatakan hal itu baru-baru ini. Generasi terbaru rudal Dong Feng 21D (DF-21D) adalah rudal jarak jauh presisi tinggi cina yang dirancang mampu menghancurkan kapal-kapal induk Amerika dari jarak 1.500 km dari lepas pantai.

Dengan rudal baru itu Cina bisa merebut dominasi laut yang selama ini dimonopoli Amerika di kawasan Laut Cina Selatan hingga Pasifik Utara. Cina memiliki garis laut sepanjang 11.200 mil yang membentang dari Laut Cina Selatan hingga Semenanjung Korea. Kawasan ini adalah sumber konflik militer potensial antara Cina-Thaiwan dan Korea Utara-Korea Selatan yang juga melibatkan negara tetangga, Jepang. Selama ini dominasi laut Amerika dengan armada kapal-kapal induknya mampu menjaga kawasan itu dari konflik militer. Namun dengan perubahan konstelasi militer di kawasan itu dikhawatirkan konflik militer semakin potensial terjadi. Cina, misalnya, semakin percaya diri untuk menyerang Thaiwan yang dianggap sebagai propinsinya yang membangkang. Demikian juga Korea Utara terhadap Korea Selatan.

Daya "gebrak" Cina yang menanjak naik dengan kehadiran rudal canggih itu, demikian analis militer itu menyebutkan, tampak dengan ditundanya atau dipindahkannya lokasi beberapa latihan militer Amerika dari lepas pantai Cina ke perairan Laut Jepang. Cina menganggap latihan-latihan militer itu sebagai aksi provokasi dan mengancam melakukan tindakan militer.

Patrick Cronin, direktur senior Asia-Pacific Security Program, Center for a New American Security, sebuah lembaga kajian politik militer yang bermarkas di Washington DC mengakui, rudal DF 21D khusus dirancang untuk menghancurkan kapal-kapal induk Amerika. "Angkatan Laut Amerika telah lama mengkhawatirkan hal itu. Rudal baru Cina itu merupakan ancaman baru paska perang dingin, terhadap dominasi laut Amerika dan rudal itu memang didisain untuk hal itu," kata Cronin.

Selama ini kawasan laut Cina dijaga oleh satuan khusus militer 96166 Unit yang dilengkapi dengan rudal jarak menengah (MRBM) DF 21C yang lebih pendek daya jangkaunya.

Selama lebih dari satu dekade terakhir para ahli strategis militer Amerika dikhawatirkan oleh kemungkinan munculnya rudal seperti DF 21D yang bisa menghentikan dominasi laut Amerika paska Perang Dunia II dan menjaga kepentingan strategis Amerika di kawasan Asia Timur.

Selain kemampuan nuklirnya, armada kapal-kapal induk Amerika dilengkapi dengan sistem pertahanan yang canggih, teknologi perang terbaru termasuk pesawat-pesawat tempur dan pembomnya. Kapal-kapal induk Amerika juga dilengkapi dengan rudal-rudal penjelajah konvensional maupun yang berhulu ledak nuklir. Dengan kemampuan itu semua, Amerika menjadi penguasa laut tidak saja di kawasan Asia Timur, tapi di seluruh dunia. Dengan armada kapal induknya yang berjumlah 12 kapal, Amerika memiliki kemampuan tempur tinggi setiap saat di seluruh pelosok dunia. Sebuah kapal induk dengan kapal-kapal pengiringnya dan satuan tempur udara serta pasukan marinir yang dibawa plus sistem komunikasi canggih yang dimiliki merupakan sebuah satuan tempur yang sangat kuat meliputi kemampuan tempur laut, darat dan udara sekaligus.

"Cina kini memiliki senjata yang bisa menghentikan armada laut abad 21 kita. Jika Cina memutuskan menggelar senjata itu, kita akan terpojok dan terpaksa akan menggunakan senjata nuklir kita," kata seorang admiral AL Amerika yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Sebelumnya Cina mengalami kesulitan mengembangkan senjata seperti DF 21D sampai akhirnya pemerintahan presiden Bill Clinton setuju menjual superkomputer Cray kepada Cina. Dengan perangkat superkomputer itulah Cina akhirnya berhasil mengembangkan rudal balistik jarak jauh seperti DF 21D. Tidak hanya itu, dengan kemampuan yang dimilikinya Cina juga berhasil mengembangkan rudal nuklir balistik antar benua yang memiliki daya jangkau sampai ke daratan Amerika. Perlu diketahui, rudal balistik adalah rudal yang ditembakkan ke titik kulminasi tertinggi dan jatuh ke sasaran dengan gaya gravitasi. Untuk menjaga keakuratan sasaran, dibutuhkan kalkulasi matematika super "njlimet" mencakup berat rudal, daya dorong dan sudut tembakan. Kendala lainnya adalah pemilihan materi tahan panas yang bisa menjaga hulu ledak tetap aman saat rudal menembus atmosfir dari luar angkasa.

Namun seperti biasa, Amerika menyembunyikan kekhawatirannya atas kemampuan militer Cina dari publik. Dalam hal pemindahan lokasi latihan militer ke perairan Laut Jepang. Rear Admiral Daniel Cloyd dari Angkatan Laut Amerika mengatakan bahwa Cina tidak bisa mendikte dimana saja latihan militer Amerika akan dilakukan.

Seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonominya, Cina juga muncul sebagai negara superpower baru pengimbang Amerika. Dengan angkatan militernya yang lebih kuat, Cina berupaya memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Timur. Selama beberapa dekade Cina terus menambah anggaran militernya hingga ke angka pertumbuhan dua digit per tahunnya. Dengan itu semua dominasi militer Amerika semakin lemah dari tahun ke tahun.

Toshi Yoshihara, associate professor di U.S. Naval War College mengatakan, Cina kini memiliki kemampuan menyerang Amerika sebelum Amerika bisa mendekat ke daratan Cina untuk menyerang balik. Kondisi seperti ini hanya pernah dialami Amerika pada masa Perang Dunia II di mana Jepang dengan armada lautnya mampu menyerang Pearl Harbour di Hawaii, serta masa Perang Dingin di mana Uni Sovyet dengan rudal-rudal jarak jaunya bisa menyerang daratan Amerika.

Menurut analisis Yoshihara dengan kodisi sekarang Cina akan menjaga kondisi superioritasnya atas para pengambil kebijakan Amerika. "U.S. Navy no longer rules the waves as it has since the end of World War II. The stark reality is that sea control cannot be taken for granted anymore. US power in the region is gradually being eclipsed," katanya.

No comments: