Tuesday, 19 October 2010
Sang Terpilih (5)
Materi lain yang dibahas dalam "fit and propher test" yang diikuti Subagyo dan anggota komisi tertinggi "organisasi" adalah mengenai metode dan tata cara kampanye pemilihan presiden. Untuk masalah ini disepakati menggunakan jasa konsultan politik "Jackal Enterprise" dari Amerika yang sukses mengantarkan Obonga menjadi Presiden Amerika. Perusahaan ini dikelola oleh David Rubin, mantan pejabat dinas inteligen Israel yang bermigrasi ke Amerika. Lebih tepatnya Rubin memiliki dua kewarganegaraan, Amerika dan Israel sekaligus.
Orang yang tidak memahami realitas politik Amerika, bahkan termasuk kebanyakan warga Amerika sendiri, tentu tidak percaya bahwa ada warga negara Amerika yang memiliki kewarganegaraan ganda. Namun begitulah realitasnya. Untuk orang-orang yahudi dari negara lain, pemerintah Amerika selalu memberi keistimewaan dengan memberi kewarganegaraan, meski kewarganegaraan sebelumnya tidak pernah dicabut. Misalnya saja Presiden Clinton pernah memberikan kewarganegaraan kepada Martin Indyk, seorang yahudi asal Inggris di hari pertama menjabat sebagai presiden. Orang tersebut langsung diberi jabatan di departemen pertahanan, bahkan kemudian diangkat menjadi duta besar.
Adapun untuk pembiayaan kampanye, "organisasi" bersedia memberikan dana talangan yang harus segera dikembalikan. Karena jumlahnya mencapai triliunan rupiah, maka diperlukan sebuah sebuah "kebijakan pemerintah". Skenarionya adalah membangkrutkan sebuah bank dengan mengalirkan dana likuiditasnya ke berbagai investasi fiktif yang bermuara ke rekening "organisasi". Kemudian pemerintah mengeluarkan talangan untuk menyelamatkan bank tersebut sekaligus memutihkan kejahatan perbankan yang dilakukan owner dan manajemen bank tersebut. Untuk menghindari kemarahan masyarakat, beberapa manajer bank bakal ditangkap, namun para owner yang tidak lain adalah para operator George Soros, dibiarkan melarikan diri ke luar negeri.
Modus seperti ini sebenarnya sebuah standar kejahatan perbankan internasional: merampok dana masyarakat dan negara yang harus menanggungnya. Ironisnya lagi, seringkali dana talangan yang dikeluarkan pemerintah merupakan pinjaman bank yang pemiliknya sama dengan bank yang melakukan kejahatan. Ironis bukan? Seseorang merampok rumah kita, kemudian datang memberikan pinjaman dari hasil rampokan tersebut.
Cara seperti ini telah dilakukan berulangkali. Termasuk dalam kasus krisis kredit perumahan Amerika yang berujung pada krisis keuangan global tahun 2008. Hal ini karena begitu besarnya dana masyarakat yang dirampok sehingga menggoncangkan perekonomian Amerika dan berimbas pada perekonomian dunia. Salah satu pelaku kejahatan ini, Bernard Madoff, lagi-lagi yahudi, bahkan diketahui "berhasil" mengeruk dana masyarakat hingga $60 miliar dolar. Ada banyak Madoff sebenarnya, dan mereka semua adalah para operator George Soros dan "organisasi". Dan Madoff hanya sial, karena dilaporkan sendiri oleh anaknya sendiri ke polisi. Untuk menalangi bank-bank yang bangkrut karena dirampok sendiri oleh owner dan manajernya, pemerintah Amerika harus menalanginya hingga lebih dari $1 triliun, atau senilai sekitar 10 kali lipat APBN Indungsia. Dana talangan itu diperoleh pemerintah Amerika dari pinjaman bank-bank milik "organisasi".
Oh ya, bank yang diskenariokan bakal bertindak sebagai "perampok" nasabah masyarakat untuk membiayai kampanye Subagyo adalah Bank Centurion. Nilai yang dirampok dan sekaligus yang harus ditalangi pemerintah adalah sekitar Rp 6,7 triliun. Hanya sekuku hitam dari yang diperoleh "organisasi" dari krisis keuangan Amerika. Tapi bagi rakyat Indungsia yang sebagian besarnya masih hidup terbelakang, nilai itu sangatlah besar.
Dari 6,7 triliun itu sebanyak 2 triliun untuk mengembalikan dana talangan milik "organisasi", 3 triliun fee mereka karena tidak ada makan malam gratis, 1 triliun lagi untuk fee owner dan manajemen Bank Centurion serta para pejabat keuangan yang terlibat dalam skenario, dan 600 miliar sisanya untuk dana taktis partai pengusung serta pribadi Subagyo.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment