Wednesday 11 January 2012

BISAKAH IRAN MENGALAHKAN AL AMERIKA?


Carrier Strike Group (CSG), satu gugus kekuatan laut Amerika yang dipimpin oleh sebuah kapal induk, merupakan satu kekuatan militer yang luar biasa besar, nyaris tidak tertandingi seluruh kekuatan laut negara besar sekalipun. Dengan kekuatan nuklirnya yang diluncurkan dari kapal-kapalnya, termasuk kapal-kapal selam, satu CSG bahkan bisa menghancurkan satu benua. Dan dengan sistem pertahanan udara super canggih, AEGIS, satuan ini nyaris mustahil untuk bisa dilumpuhkan.

Namun menghadapi Iran, satu armada Amerika (terdiri dari 1 atau lebih CSG), bisa hancur lebur dalam 2 hari. Hal ini bukan bualan semata. Setidaknya hal ini telah menjadi pertimbangan serius Amerika setelah sebuah analisis militer canggih menunjukkan skenario tersebut.

Meski memiliki kekuatan besar, hal itu menjadi kurang berarti saat sebuah armada Amerika (Amerika memiliki pangkalan Armada V di Bahrain, tidak jauh dari Iran) harus beroperasi di Teluk Persia, terlebih lagi di Selat Hormuz. Dengan wilayah yang sempit dan dekat dengan daratan Iran, Iran memiliki keuntungan besar dalam konfrontasinya melawan armada laut Amerika. Iran dengan mudah mengincar kapal-kapal Amerika dengan rudal-rudal dan torpedo canggihnya yang diluncurkan tidak saja dari kapal perang, juga pesawat, kapal selam, dan battere-battere pertahanan laut.

Iran bahkan telah melengkapi diri dengan puluhan bahkan mungkin ratusan kapal patroli super cepat yang dipersenjatai rudal anti-kapal. Tampang bisa mengecoh, meski kecil, kapal-kapal patroli cepat itu memiliki daya hancur tinggi selain kelebihan para kelincahan dan kecepatan manuver serta sulitnya radar musuh mendeteksi. Hanya sedikit negara yang mengembangkan sistem senjata semacam ini selain Iran.

Iran, sebagaimana Cina dan Rusia yang menganggap Amerika sebagai musuh potensial, menyadari bahwa melawan Amerika dengan kekuatan laut sangat mustahil. Maka mereka mengembangkan rudal-rudal anti-kapal canggih. Sebagai contohnya mengembangkan rudal anti kapal "Sunburn" Rusia dan Cina dengan rudal "Dong Feng"-nya. Keduanya mampu terbang dengan kecepatan sangat tinggi, beberapa kali kecepatan suara. Dong Feng bahkan bisa menengelamkan kapal induk Amerika dari jarak 1.000 km. Iran juga telah memiliki senjata-senjata semacam itu yang telah dibuktikan dengan keberhasilan sekutunya, Hizbollah, menghancurkan sebuah kapal destroyer Israel dalam Perang Lebanon II tahun 2006. Iran bahkan memiliki torpedo berkecepatan tinggi yang mampu melaju hingga kecepatan suara di bawah permukaan laut.

Pada tgl 24 Juli hingga 15 Agustus 2002 Amerika mengadakan latihan perang laut bersandi Millennium Challenge 2002 (MC02) yang digelar di Teluk Parsi. Latihan perang besar-besaran yang membutuhkan waktu 2 tahun untuk persiapannya, menjadi latihan perang terbesar dan terlama yang digelar Amerika. Latihan ditujukan untuk meningkatkan kesiapan Amerika menghadapi tantangan milium baru menegakkan supremasi Amerika di dunia. Latihan ditujukan untuk "menaklukkan" negara-negara yang sudah lama dianggap tidak bersahabat terhadap Amerika setelah Afghanistan diduduki Amerika setahun sebelumnya, yaitu Iraq, Somalia, Sudan, Libya, Lebanon, Syria, dan Iran.

Setelah latihan berakhir, Amerika secara resmi menyatakan bahwa latihan tersebut ditujukan kepada Irak, negara yang pada tahun 2003 diserang Amerika. Namun sebenarnya latihan itu ditujukan untuk Iran, berdasar fakta bahwa Irak tidak memiliki kekuatan laut yang harus dihadapi dengan kekuatan besar oleh Amerika. Setelah menyerang Irak, yang diwujudkan tahun 2003, Amerika sebenarnya juga sudah mempertimbangkan untuk menyerang Iran.

Dalam latihan perang tahun 2002 itu diskenariokan pada tahun 2007 terjadi insiden yang membuat Amerika mengultimatum Irak (sebenarnya dimaksukan Iran) untuk menyerah. (Harap dicatat bahwa skenario ini sebenarnya akan diwujudkan setahun setelah Israel menyerang Lebanon tahun 2006 untuk menghancurkan Hizbollah, selanjutnya Syria juga akan diserang. Namun rencana dibatalkan setelah Hizbollah berhasil mengalahkan Israel). Irak (sebenarnya Iran) bereaksi dengan melancarkan serangan rudal besar-besaran yang berhasil menghancurkan 16 kapal perang Amerika: 1 kapal induk, 10 kapal penjelajah (cruiser), dan 5 kapal ampibi, dan menewaskan 20.000 prajurit Amerika, hanya dalam waktu 1 hari.

Pada hari kedua diskenariokan Iran menghancurkan sisa-sisa Armada V Amerika dengan mengerahkan kapal-kapal patroli cepatnya, memburu dan menenggelamkan kapal-kapal Amerika yang tersisa. Armada V Amerika pun tumpas dalam waktu 2 hari.


KONSORSIUM VETERAN PEJABAT INTELIGEN TOLAK PERANG

Entah apa yang ada di kepala para pemimpin Amerika. Mereka baru saja kalah memalukan dan menyakitkan di Irak, dan kini mereka akan memerangi Iran, negara yang lebih besar wilayahnya, lebih besar jumlah penduduknya, lebih modern persenjataan militernya, dan lebih utama lagi lebih solid rakyat dan pemerintahannya, daripada Irak.

Tidak heran jika orang-orang yang masih memiliki akal sehat, seperti para veteran pejabat inteligen Amerika yang tergabung dalam "Veteran Intelligence Professionals for Sanity (VIPS)", mempertanyakan kebijakan Amerika terhadap Iran.

"Kita tidak boleh melakukan satu lagi "perang bodoh" melawan negara yang hampir 3 kali lebih besar daripada Irak, yang akan memicu perang regional dan menciptakan beberapa generasi jihadis. Perang semacam itu, berbeda dengan yang digaung-gaungkan, tidak akan membuat Amerika menjadi lebih aman," tulis VIPS dalam surat terbukanya yang ditujukan pada presiden Barack Obama baru-baru ini. Dan alih-alih menyalahkan Iran sebagai pemicu ketidak-amanan dunia, VIPS justru menyalahkan Israel yang dianggap sebagai provokator dengan Amerika sebagai pendukungnya.

Di antara anggota VIPS adalah Phil Giraldi (mantan Direktur Operasi CIA), Ray McGovern (mantan Direktur Inteligen CIA), Coleen Rowley (mantan agen khusus FBI), Ann Wright (mantan Foreign Service Officer Deplu AS), Tom Maertens (mantan Direktur NSC), Elizabeth Murray (mantan Deputy National Intelligence Officer NIC), dan David MacMichael (profesor sejarah dan mantan analis CIA).



Sumber:
"The Geo-Politics of the Strait of Hormuz: Could the U.S. Navy be defeated by Iran in the Persian Gulf?"; Mahdi Darius Nazemroaya; Global Research; 8 Januari 2012

"Avoiding Another Long War"; Veteran Intelligence Professionals for Sanity – Consortium News; 4 Januari 2012

No comments: