Saturday 28 January 2012

KEKHAWATIRAN MEREBAK SAAT INGGRIS KIRIM KAPAL PERANG BARU KE IRAN


Inggris menambah kekuatan lautnya di Teluk Parsi dengan mengirim kapal perang HMS Westminster yang berangkat dari pelabuhan Portsmouth, Senin (23/1), atau sehari setelah flotilla kapal-kapal perang Amerika, Inggris dan Perancis melewati Selat Hormuz di tengah ancaman serangan Iran yang telah mengancam akan menutup Selat Hormuz jika sanksi ekonomi diterapkan Amerika dan Uni Eropa.

Menyadari besarnya resiko yang dihadapi para pelaut, sanak saudara para pelaut pun melepas kepergian keluarganya dengan rasa khawatir.

Mantan pelaut Philip Whiteley (48) setelah melambaikan tangannya kepada putranya Kristopher (23) mengatakan, "Tentu saja Sangat mengkhawatirkan jika Iran memulai tembakan. Ada kapal-kapal perang lain di kawasan itu (Teluk Parsi) dan semoga Westminster tidak perlu ke sana."

Namun berbeda dengan Tony Ormonde-Dobbin (76), mantan marinir kerajaan Inggris yang melepas kepergian putranya yang juga menjadi anggota marinir, Callum Smith (21). Dengan bangga ia berucap, "Saya sangat bangga melepasnya pergi. Ini adalah tugas pertamanya di atas kapal perang dan ia sangat senang berada di sana. Saya harap ia akan baik-baik saja."

HMS Westminster adalah kapal frigat berumur 20 tahun yang diawaki oleh 190 orang. Di dalamnya juga terdapat satu tim marinir.

Sebelumnya, awal bulan ini, Inggris juga telah mengirimkan kapal destroyernya, HMS Daring yang meninggalkan bertolak dari pelabuhan Portsmouth menuju kawasan Teluk Parsia. Namun kapal Inggris yang berpartisipasi dalam "unjuk kekuatan" flotilla kapal-kapal perang sekutu menerobos Selat Hormuz hari Minggu lalu (22/1) adalah kapal frigat HMS Argyll. Saat itu HMS Argyll, satu kapal perang Perancis serta empat kapal perang Amerika yang dipimpin kapal induk USS George Washington melewati Selat Hormuz tanpa insiden apapun.

Sehari setelah kapal-kapal itu berlalu dari Selat Hormuz menuju Teluk Parsi para pemimpin tiga negara besar Eropa, Inggris, Jerman dan Perancis membuat pernyataan bersama yang ditujukan kepada Iran untuk "meninggalkan jalan yang mengancam perdamaian dan keamanan semua".

PM Inggris, Presiden Perancis dan Kanselir Jerman membuat pernyataan tersebut seusai pertemuan menlu Uni Eropa di Brussels yang menghasilkan kesepakatan untuk melarang ekspor minyak Iran. Ketiganya menyebut sanksi tersebut dimaksudkan untuk "melumpuhkan" kekuatan ekonomi Iran. Menurut ketiganya Uni Eropa "tidak memusuhi rakyat Iran, namun regim yang berkuasa telah gagal mengembalikan kepercayaan internasional tentang program nuklir Iran". Mereka juga menuduh Iran telah "menyebarkan ancaman dan kekerasan ke sekelilingnya."

HMS Westminster dan HMS Argyll merupakan kapal-kapal perang paling modern Inggris. Kini ia menjadi bagian dari gugus tugas Combined Maritime Forces (CMF), satuan laut 25 negara yang dipimpin Amerika yang ditujukan untuk menciptakan stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Selat Hormuz adalah pintu masuk ke Teluk Parsia dari Samudra Hindia, Laut Arab dan Teluk Oman. Letaknya yang sempit (34 mil pada bagian tersempit) dengan diapit tebing tinggi, menjadi sasaran mudah untuk ditutup oleh Iran. Panglima AL Iran pernah mengatakan, "menutup Selat Hormuz semudah meminum seteguk air." Setelah Uni Eropa menyetujui sanksi ekonomi, Iran langsung mengulangi ancamannya untuk menutup Selat Hormuz.

Mohammad Ismail Kowsari, deputi komite keamanan nasional mengatakan bahwa Selat Hormuz, "secara definitif akan ditutup jika ekspor minyak Iran dilanggar oleh bentuk apapun.“ Pernyataan ini ditambah oleh politisi senior Iran Heshmatollah Falahatpisheh, yang mengatakan Iran memiliki hak untuk menutup Selat Hormuz. "Selama ini Iran hanya tidak menggunakan hak itu," katanya

Baik Inggris maupun Amerika telah mengingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz merupakan "garis merah" yang akan direspon dengan kekuatan militer. Namun di sisi lain Rusia telah mengingatkan barat bahwa ancaman terhadap Iran dianggap sebagai ancaman terhadap Rusia dan bahwa akan terjadi "perang sangat besar" jika barat terus melakukan campur tangan di kawasan Timur Tengah. Sebagai sinyal oposisi Rusia terhadap barat, Rusia telah mengirimkan flotilla kapal perang yang dipimpin satu-satunya kapal induk miliknya, ke Syria. Di samping itu, Cina yang merupakan importir minyak terbesar Iran, juga mengisyaratkan dukungannya terhadap Iran dalam konfrontasinya melawan barat. Seorang pejabat militer Cina bahkan pernah sesumber bahwa Cina akan melakukan apapun untuk membantu Iran, "bahkan jika harus mengorbankan perang dunia III," katanya.

No comments: