Thursday 20 December 2012

SIAPA PENEMBAK SEBENARNYA DI CONNECTICUT?

OBAMA: Hey, Bibi … did you guys really kill those twenty kids in Connecticut?
BIBI:  Yeah, sure. And our next job is to wipe out the penguins in Antarctica. Those darn penguins refuse to accept Jews at the South Pole.
OBAMA: Well, I don’t blame ‘em — they’re smart birds!
(Lasha Darkmoon)
 

Beberapa kasus penembakan massal yang terjadi selalu melaporkan hal-hal berikut: penembak amatir seorang diri, menenteng beberapa senjata sekaligus, tanpa perlawanan dan penembak melakukan aksinya selama waktu yang cukup lama.

Coba Anda bayangkan sendiri, bagaimana sulitnya seseorang melakukan hal itu semua, meski seorang pembunuh professional sekalipun. Apalagi dengan keterangan berikut: penembak melakukan aksinya dari satu ruangan ke ruangan lain, seakan ruangan-ruangan itu telah dikunci dari luar sebelumnya sehingga orang-orang di dalamnya tidak bisa menyelamatkan diri.

Omong kosong-omong kosong seperti itu pulalah yang kini menjadi pemberitaan media-media massa mengenai peristiwa penembakan massal di Connecticut, Amerika, baru-baru ini, meski fakta sebenarnya tidak demikian halnya.

Menurut seorang saksi mata, George Freund, 2 orang terlihat melarikan diri dari sekolah setelah kejadian penembakan tersebut yang diperkirakan adalah anggota gerombolan penembak.

"Ada 2 orang yang melarikan diri. Polisi telah menangkap mereka. Orang yang disebut-sebut sebagai pelaku dinyatakan tewas. Kemudian polisi menyebut-nyebut adanya "latihan"," kata Freund.
.
"Polisi juga menyebut ditemukannya senjata serbu (shotgun). Bagaimana mungkin membawa senjata laras panjang, senjata serbu, 2 pistol dan sejumlah amunisi dengan 2 tangan dan membunuh banyak orang dengan leluasa. Penembak pasti lebih dari seorang," tambahnya.

Keberadaan adanya satu tim penembak juga menjelaskan mengapa Adam Lanza, remaja 20 tahun yang disebut-sebut sebagai pelaku tunggal, mengenakan penutup muka dan pakaian militer. Jika ia memang telah merencanakan untuk melakukan penembakan sendirian, ia tidak perlu mengenakan itu semua.

Dan sebagaimana peristiwa Tragedi WTC secara instan memunculkan musuh bersama tanpa memerlukan penyidikan terlebih dahulu, demikian pula peristiwa penembakan massal ini. Musuh bersama itu adalah kepemilikan senjata api yang di Amerika dilindungi oleh konstitusi. Harus diingat, Amerika lahir dari pemberontakan bersenjata. Di beberapa negara bagian yang masih melegalkan kepemilikan senjata api, angka kriminalitas justru sangat rendah. Para pengikut "teori konspirasi" percaya, pelarangan senjata api ditujukan untuk mempermudah penerapan "negara polisi" di Amerika.

Saudara kandung Adam Lanza, Ryan Lanza (24), mengatakan bahwa adiknya mengalami gangguan kejiwaan. Para tetangga menyebutnya sebagai pengidap autis. Mengapa media massa tidak pernah menyebut-nyebut faktor medis, penyebabnya, serta kemungkinan ia telah mendapatkan "cuci otak" oleh inteligen? Atau mengapa media-media massa tidak pernah menyuarakan pelarangan video game yang menurut banyak ahli telah membuat banyak orang mengalami gangguan jiwa?

Ingat dengan kasus yang menimpa model cantik penabrak beberapa pejalan kaki dan polisi di Jakarta beberapa waktu lalu? Betapa mudahnya membuat orang menjadi "gila" dengan obat-obatan dan cuci otak. Model itu memiliki tatto di kakinya. Beberapa penganut "teori konspirasi" meyakini bahwa tatto semacam itu menjadi tanda bahwa pemiliknya merupakan kaki tangan dari satu jaringan inteligen internasional yang bisa "digarap" setiap saat. Oh ya, model tersebut akhirnya tidak jadi ditahan, melainkan harus menjalani program "terapi" alias "cuci otak" lanjutan.

Amerika telah melarang banyak hal yang dianggap bisa menghancurkan moral bangsa, seperti gambar prajurit Amerika yang tewas di medan perang Irak dan Afghanistan. Atau berita tentang serangan-serangan gerilyawan yang menewaskan prajurit Amerika yang kini terjadi hampir setiap hari. Lalu mengapa Amerika tidak juga melarang media massa melaporkan penembakan-penembakan massal yang terjadi, meski laporan-laporan seperti itu jelas-jelas telah menurunkan moral bangsa Amerika?

Seperti suara-suara pelarangan kepemilikan senjata api yang digembar-gemborkan itu, para "penguasa belakang layar" pemilik media massa juga menginginkan Amerika menjadi "negara polisi" yang lebih keras.

Jangan sinis dengan kalimat "teori konspirasi" jika Anda tidak mau dikatakan idiot. Amerika telah berubah menjadi "negara polisi", terutama setelah peristiwa Serangan WTC 2001. Kini penyadapan dan penyensoran telah menjadi legal di Amerika. Presiden Barack Obama baru saja mensahkan UU yang melegalkan pembunuhan terhadap warga Amerika sendiri yang "dianggap membahayakan kepentingan negara" tanpa melalui proses pengadilan. Tidak lama lagi UU "Real ID Act" juga bakal diterapkan. Dengan UU ini setiap warga negara akan ditanami chip di dalam tubuhnya agar bisa dikontrol keberadaannya setiap saat.

Baru-baru ini terbongkar adanya sebuah operasi khusus "Fast and Furious" yang dilakukan aparat keamanan Amerika. Operasi ini berupa pengiriman ribuan pucuk senjata api kepada gang-gang pengedar obat terlarang Mexico yang sering lalu-lalang ke Amerika. Operasi ini dimaksudkan agar terjadi penyebaran senjata api ke kalangan kriminal di Amerika yang akhirnya menjadi alasan untuk diberlakukannya pelarangan senjata. Kasus ini tengah menjadi perhatian parlemen Amerika, namun Jaksa Agung Amerika dengan tenang menolak panggilan parlemen untuk memberikan penjelasan,  meski hal itu jelas-jelas telah melanggar konstitusi.

Di Israel, semua orang memiliki senjata api dan segalanya baik-baik saja. Amerika bahkan terus membanjiri Israel dengan senjata dan bantuan ekonomi lainnya. Mengapa media-media massa tidak memberitakan hal itu? Penjahat akan berfikir ulang melakukan aksinya jika sadar bahwa korbannya juga memiliki senjata seperti dirinya.




REF:
"Two Shooters Were Caught Alive!"; Henry Makow Ph.D.; henrymakow.com; 15 Desember 2012

2 comments:

Rahmat Hariry said...

Ada keanehan dalam kasus penembakan di Connecticut, setelah melihat pemberitaan di sebuah media nasional (juga mengutip dari kantor berita internasional berbasis di Amerika) yang menyatakan bahwa Adam L. melakukan aksinya hanya dalam waktu 15 menit, menembakan hampir 100 butir amunisi menggunakan 3 jenis senjata api. Apa mungkin mampu dilakukan Adam L secara sendirian? Bahkan seorang prajurit profesional pun akan sulit untuk melakukannya secepat itu. Masalahnya adalah sebuah senapan serbu amerika umumnya menggunakan magazin yg hanya memuat 20-25 amunisi. Untuk pistol magazinya mampu memuat 9-13 (umumnya, tergantung kaliber peluru). Sebagai pembandingnya adalah sebuah acara lomba menembak d salah satu tv menunjukan bahwa untuk melepas dan mengisi magazin dibutuhkan waktu paling tidak 2-3 menit (untuk peserta lomba padahal mereka profesional) bagaimana dengan Adam L? Berapa waktu yang digunakan untuk berpindah tempat? (aksinya dilakuan dalam 2 kelas+aksi penembakan di luar kelas), berapa waktu yg Adam butuhkan untuk melepas dan mengisi kembali magazinya? (jika melihat apa yg disampaikan pihak kepolisian Adam membawa amunisi bukan magazin yg sudah terisi), berapa waktu yg dibutuhkan Adam untuk memilih/memilah peluru yg digunakan? (kaliber amunsi pistol berbeda dengan amunisi senapan serbu) polisi bahkan menyatakan bahwa senapannya sempat macet, jika tidak lebih banyak lagi tembakan yg akan ia lepaskan, Kalaupun senapannya menggunakan model full auto korbannya tidak akan sebanyak itu, sebab pada model full auto proyektil yg keluar dari laras cenderung terfokus pada area yang sempit tidak menyebar, sebab seluruh amunisi dalam magazin keluar dalam waktu sekitar 1 detik. Saya bahkan kurang yakin Adam melakukan aksi bunuh diri, dugaan saya adalah yang membuatnya berhenti menembak adalah karena ia kehabisan amunisi, dalam kelas masih ada sebagian siswa yang bersembunyi di balik karpet, mereka berteriak ketakutan jadi pasti Adam mengetahui keberadaan mereka, apa yang membuatnya hanya membunuh sebagian padahal dapat dipahami bahwa ia mengingingkan korban sebanyak2nya mengingat aksinya dilakukan dalam 2 kelas. Saya sedikit ragu jika ia menembak dirinya sendiri,
Hanya pendapat pribadi, tidak bermaksud menyudutkan atau menyerang kelompok tertentu

Rahmat Hariry said...

Keanehan lainnya adalah apa iya seorang guru (ibu Adam Lanza) memiliki dan menyimpan pistol dan senapan serbu? padahal Connecticut adalah salah satu wilayah paling aman di Amerika?
Selalu ada kepentingan di balik sesuatu, di Amerika yang mendewakan demokrasi dan kebebasan, akan lebih mudah merubah sesuatu jika masyarakat sudah memiliki persepsi yg sama tantang hal itu. Makanya upaya awal untuk merubah sesuatu adalah dengan membangun opini publik yg sama pada seluruh masyarakat