Tuesday 8 January 2013

BASHAR TELAH BERIKAN YANG TERBAIK

Ada dua artikel menarik tentang pidato Presiden Bashar al Assad tgl 7 Januari lalu tentang penyelesaian krisis Syria. Pertama adalah artikel Franklin Lamb "Watershed Speech at the Opera, Tipping Point or Turning Point?" dimuat di situs berita almanar.com. Yang kedua tulisan Robert Fisk "Army was the target audience of President’s theatre at the opera" di koran The Independent.

Kedua wartawan senior, Robert Fisk dari Inggris dan Franklin Lamb dari Amerika, memiliki perbedaan tajam tentang siapa yang benar dan siapa yang salah dalam krisis Syria. Robert Fisk sebagaimana mainstream jurnalis media terkooptasi zionis di barat, sangat anti Bashar al Assad-Hizbollah-Iran, sementara Franklin Lamb lebih pro Assad-Hizbollah-Iran. Namun bahkan dalam tulisan-tulisannya yang biasanya sinis terhadap Bashar, Robert Fisk tidak bisa menyembunyikan penghargaannya atas pidato Bashar al Assad.

"Hitler menyatakan perang terhadap Amerika. Assad meneruskan perangnya melawan "teroris" bersenjata. Namun -berbeda dengan gambaran barat - Assad jauh dari ambisi megalomania Hitler," tulis Fisk.

Franklin Lamb tentu lebih terus terang memuji Assad. Franklin Lamb, seperti biasa, menulis dengan gaya humanisme yang memikat berdasarkan pada pengalamannya menjadi pekerja sosial di Palestina dan Lebanon meninggalkan jabatan-jabatan empuk sebagai birokrat dan guru besar hukum internasional Amerika.

"Kejayaan Bashar al Assad, tampak saat ia meninggalkan podium dan dielu-elukan oleh para pendukungnya, mungkin seperti kejayaan Julius Caesar setelah berpidato tentang pertempuran Gallic dimana Caesar berjuang menyelamatkan Roma," tulis Lamb.

Franklin Lamb pun kemudian mengutip pengakuan seorang wartawan oposisi Syria kepadanya perihal pidato Assad:


"Memang benar. Sebagian disebabkan oleh fakta bahwa Assad adalah orang yang sopan, bersahaja, dan juga berpendidikan. Berbeda jauh dengan beberapa raja di kawasan Timur Tengah yang secara esensi buta hurup dan tidak peduli dengan dunia di luar istana mereka."

“Sebelum terjadinya krisis, sudah biasa Bashar berkeliling kota tanpa pengawalan. Mengendarai sendiri mobilnya yang dipenuhi anak-anak kecil, bercanda dengan anak-anak itu dan membawa mereka  untuk makan-makan. Kadang-kadang ia menjemput langsung anak-anak itu dari sekolah-sekolah mereka. Anda melihat betapa "charming"-nya ia saat memasuki ruangan (untuk berpidato tgl 7 Januari) dan berdiri di atas podium. Saat pergi, ia tidak tampak terburu-buru dan melayani beberapa jabat tangan orang-orang yang mengejarnya. Tampak sangat jelas Bashar al Assad menyukai berada di tengah-tengah rakyatnya dan akrab dengan mereka, berbeda jauh dengan gambaran yang banyak dituduhkan terhadapnya."

Franklim Lamb bahkan menceritakan dengan takjub sikap seorang pelayan wanita Syria yang dilihatnya memeluk televisi yang tengah menayangkan gambar Bashar al Assad yang tengah berbidato, menciumi layarnya sembari mencucurkan air mata.

Dalam pidatonya itu Bashar al Assad, setelah sebelumnya memuji tentara nasional Syria dan sekutu-sekutunya seperti Iran, Rusia dan China seraya mengecam saudara-saudaranya sesama negara Arab yang mengkhianatinya, Bashar menawarkan solusi penyelesaian krisis, di antaranya adalah:

• Penghentian bantuan asing kepada para pemberontak
• Pasukan pemerintah menurunkan senjata dan mengumumkan pemberian amnesti
• Dilakukan konperensi dan dialog nasional antara pemerintah dan pemberontak selain para teroris
• Pembuatan rancangan konstitusi dan mengesahkannya melalui referendum
• Pembentukan pemerintahan bersama hingga dilaksanakannya pemilu pada tahun 2014

Selain beberapa langkah reformasi yang telah dilakukan Bashar selama terjadinya konflik bersenjata, usulan-usulan Bashar tersebut di atas merupakan pilihan terbaik yang bisa diberikan oleh seorang pemimpin negara yang dilanda konflik bersenjata. Namun lagi-lagi pemberontak menolak inisiatif tersebut.

Sejauh ini, secara formal Amerika dan Uni Eropa masih menolak inisiatif Bashar. Namun berbagai analis politik memastikan bahwa pada akhirnya Amerika akan bersikap realistis dengan menerima usulan Bashar al Assad. Karena setelah 22 bulan bertempur, pemberontak yang telah mendapatkan gelontoran dukungan senjata dan dana yang tidak terbatas tidak juga menunjukkan tanda-tanda bisa memenangkan pertempuran. Sebaliknya perpecahan di antara faksi-faksi pemberontak justru semakin mendalam selain kehadiran teroris-teroris Al Qaida dan turunan-turunannya yang justru mengancam keamanan Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan.


No comments: