Tuesday 13 December 2016

Kelalaian Sebabkan Jatuhnya Palmyra, Spetsnaz Bertempur di Aleppo

Indonesian Free Press -- ISIS akhirnya berhasil merebut kota kuno Palmyra pada hari Minggu (11 Desember) setelah melalui pertempuran sengit dengan pasukan Suriah dan milisi NDF yang didukung angkatan udara Rusia dan Suriah. Tidak hanya itu, kelompok teroris ini juga menguasai beberapa wilayah dan fasilitas penting di sebelah barat kota ini, seperti Biyarat, Dawah dan penyulingan minyak Hayyan.

ISIS juga menyerang wilayah perkebunan Qadri dan membomi pangkalan udara Tayfor. Pertempuran sengit terjadi di desa Tiyas di dekat pangkalan udara Tayfor, namun pasukan Suriah berhasil mengusir para teroris dari sana.

Pasukan pemerintah dan sekutunya kini melakukan konsolidasi di sebelah barat Palmyra dan hanya bisa melakukan pemboman-pemboman spodaris ke posisi-posisi ISIS sebelum melakukan serangan balasan besar-besaran untuk merebut kembali Palmyra setelah bantuan tiba.

Dengan pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya yang hanya berkisar antara 1.000 sampai 2.000 personil di Palmyra, diperkirakan lebih dari 5.000 militan ISIS terlibat dalam pertempuran sengit tersebut. Hebatnya pertempuran terlihat dari banyaknya korban di kelompok ini. Dalam pertempuran hari Sabtu saja pesawat-pesawat pembom Rusia melancarkan 150 serangan udara yang menghancurkan 11 tank, 31 kendaraan militer dan 300 personil ISIS. Namun itu tidak cukup untuk menghentikan ISIS.

Akibat jatuhnya Palmyra, ISIS menguasai sejumlah besar senjata milik pasukan Suriah dan Rusia di kota ini. Demikian seperti dilaporkan SouthFront, Selasa (13 Desember).

Menurut SouthFront terdapat sejumlah kesalahan yang membuat ISIS mampu merebut Palmyra. Namun, yang terbesar adalah kelalaian dengan menurunkan kewaspadaan komando tertinggi dan komando wilayah Palmyra, yang mengakibatkan mereka tidak mengetahui kedatangan ISIS di sekitar Palmyra beberapa hari sebelumnya.

Veterans Today, dalam laporan sebelumnya menyebut Turki berperan besar dalam pemindahan para teroris ISIS dari Mosul ke Suriah yang digunakan dalam serangan ke Palmyra.

Adalah menarik untuk menunggu reaksi Rusia atas kejatuhan Palmyra ke tangan ISIS, mengingat Rusia telah menjadikan kota ini sebagai simbol kemenangan Rusia di Suriah. Usai berhasil merebut kota ini dari ISIS pertengahan tahun lalu, Rusia bahkan menggelar konser musik klasik di kota ini. Diperkirakan Rusia akan segera melakukan tindakan keras untuk memulihkan reputasinya, dengan merebut kembali Palmyra dan memastikan tidak akan jatuh lagi ke tangan ISIS.


Spetsnaz Bertempur di Aleppo
Sementara itu, terkait dengan pertempuran di Aleppo dimana pasukan Suriah dan koalisinya berhasil menguasai hampir seluruh kota terbesar di Suriah itu, para analis memberikan kredit khusus kepada pasukan khusus Rusia, Spetsnaz, selain pasukan khusus Iran Quds Force.

"Pertama, para ahli percaya bahwa akurasi tinggi serangan udara Rusia dan Suriah di Aleppo tidak akan berhasil tanpa kerja mereka yang bekerja memberikan panduan di garis depan, bahkan di belakang garis pertahanan lawan," tulis Fort Russ News, 11 Desember lalu.

"Sejumlah besar ahli militer, termasuk dari negara-negara asing (non Rusia), berpendapat bahwa operasi Spetsnaz yang efisien berada di balik keberhasilan besar pasukan Suriah di Aleppo timur. Sejumlah indikasi ditemukan untuk mendukung pendapat itu," tambahnya.

Selain akurasi tinggi serangan Suriah dan Rusia, diketahui bahwa sejumlah besar komandan pemberontak tewas dibunuh di belakang garis pertempuran di malam hari, dengan menggunakan senapan jarak jauh yang ditembakkan oleh sniper handal.

"Sebagian dari mereka tewas oleh peluru kendali, saat mereka melakukan komunikasi dengan ponsel. Hasil kerja Russian Spetsnaz juga nyata dalam hal ini,” tulis laporan itu lagi.

Selain itu, sejumlah video muncul di media sosial yang menunjukkan orang-orang yang 'sama sekali bukan orang Suriah', yang aktif di garis depan pertempuran pasukan Suriah.

Rusia sendiri tidak bersedia secara langsung mengakui keberadaan Spetsnaz di Suriah. Meski demikian, secara tidak langsung mereka mengakuinya. Komandan pasukan Rusia di Suriah, Kolonel Jendral A. Dvornikov, misalnya, dalam sebuah wawancara televisi mengatakan:

“Unit-unit pasukan khusus kita beroperasi di wilayah Suriah. Mereka melakukan pengamatan terhadap target-target serangan udara, memandu pesawat pembom ke sasaran-sasaran di wilayah terpencil, dan melakukan sejumlah tugas khusus lainnya.”(ca)

2 comments:

Kasamago said...

ddlm ISIS bsa jd bersemayam Spesial Forces dr Turki ato US.. menerjunkan spetnaz tentu mnjdi pilihan agar seimbang..


smg Palymra dpt dikuasai Suriah kmbli.

Unknown said...

Perebutan Palmyra tak sesulit Aleppo