Seperti dilaporkan laman Asian Correspondent, Kamis (8 Maret), US Holocaust Museum (USHM) mencabut penghargaan HAM yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi karena dianggap gagal menggunakan 'otoritas moral' yang dimilikinya untuk mencegah aksi-aksi kekerasan terhadap warga etnis Rohingya.
Dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada panitia Nobel Perdamaian, Direktur USHM Sara J. Bloomfield mengatakan bahwa pihaknya sangat menyesal harus mencabut gelar Suu Kyi, namun tanggungjawab moral harus ditegakkan sebagai bentuk 'solidaritas kepada korban-korban genosida dan kejahatan kekerasan'.
Suu Kyi mendapat penghargaan Elie Wiesel Award pada tahun 2012 karena 'kepemimpinan yang berani dan pengorbanan personal yang hebat dam melawan tirani dan memperjuangkan kebebasan dan harga diri rakyat Burma'.
INi bukan pertama kalinya Suu Kyi kehilangan gelar kehormatan yang disandangnya atas sikapnya yang 'membisu' atas aksi-aksi pelanggaran HAM massal yang terjadi di negaranya. Sebelumnya kota Dublin-Irlandia dan Oxford-Inggris juga telah mencabut gelar kehormatan Suu Kyi.
USHM menuduh Suu Kyi telah menolak bekerjasama dengan PBB untuk menyelidiki aksi-aksi kekerasan di Myanmar, mengeluarkan retorika-retorika yang memicu kebencian, dan menolak akses bagi wartawan untuk melaporkan pelanggaran-pelanggaran HAM di Myanmar.
Bulan lalu utusan khusus PBB untuk Myanmar, Yanghee Lee, mengatakan bahwa situasi di Myanmar menunjukkan bukti-bukti yang kuat terjadinya “hallmarks of genocide”. Ia bahkan menuduh Suu Kyi terlibat dalam kejahatan kemanusiaan.(ca)
1 comment:
Semoga menjadi pertanda baik..
Post a Comment