Tuesday, 28 September 2010
INFILTRASI DI SEMUA LINI
Sekitar dua tiga tahun yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk turut serta dalam gerakan dakwah pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Di antara yang telah saya lakukan adalah menjadi organiser acara “Syariah Fair” di Kota Medan tahun 2007 yang cukup sukses. Meski agak heran pada fakta bahwa gerakan ini justru banyak didominasi oleh para pelaku ekonomi ribawi, dengan ikhlas saya menjalani aktifitas ini. Termasuk waktu saya berusaha mendorong teman-teman Masyarakat Ekonomi Syariah Batam untuk mengikuti jejak teman-temannya di Medan mengadakan kegiatan yang serupa dengan “Syariah Fair”, meski untuk itu saya harus mengalami kerugian finansial yang cukup besar.
Saya baru berfikir untuk menghentikan aktifitas ini dan menggantinya dengan “dakwah” lainnya yang lebih “realitistis”, yaitu menulis opini di media massa dan membuat blog ini, setelah saya berkesempatan berdiskusi secara langsung dengan seorang “tokoh nasional” ekonomi syariah Indonesia yang tidak akan saya sebutkan namanya. Pertemuan ini terjadi di sela-sela acara diskusi ekonomi syariah yang diselenggarakan di Hotel Grand Antares, Medan, tahun 2008.
Berbanding 180 derajat dengan keyakinan saya bahwa pemerintah memegang peran sentral dalam menggerakkan perekonomian, sang tokoh nasional ekonomi syariah ini justru berpendapat sama dengan pendapat para penggagas ekonomi kapitalis neoliberal yang mengharamkan peran pemerintah dalam perekonomian. Sang tokoh bahkan berani menyebutkan dasar hukumnya, yaitu sebuah hadits shahih yang anehnya ia sendiri tidak hafal. Setelah menyaksikan bahwa gerakan ekonomi syariah Indonesia dikuasi oleh gank Bank Indonesia teman-teman-nya Aulia Pohan dan Miranda Goeltom yang akhlak dan moralnya jauh dari Islami, pendapat tokoh nasional ini, yang saya tahu juga alumnus “pesantren” perbankan ribawi, membuat saya memutuskan untuk “out”.
Saya ingin memberikan ilustrasi yang masuk akal tentang pentingnya peran pemerintah dalam pere-konomian. Dalam sebuah negara yang perekonomiannya terbelakang, kewajiban pertama pemerintah adalah “menggerakkan” perekonomian dengan menggali potensi ekonomi yang belum diberdayakan dan membangun infrastruktur agar potensi-potensi ekonomi yang ada bisa diolah. Dalam kasus di Indonesia misalnya, dengan membangun infrastuktur di daerah-daerah yang kaya potensi alamnya untuk diolah, seperti Kalimantan dan Irian. Dengan adanya infrastruktur masyarakat secara otomatis akan menggerakkan perekonomian dengan mengolah sumber daya alam yang selama ini terpendam karena isolasi. Bahkan meski pemerintah kemudian berdiam diri, masyarakat sendiri yang akan “bergerak” mengolah sumber daya ekonomi yang ada, apalagi jika pemerintah juga aktif “bergerak”, misalnya membangun unit-unit usaha yang melibatkan masyarakat seperti perkebunan dengan pola PIR, atau minimal mendorong sektor perbankan untuk mencurahkan kreditnya bagi usaha masyarakat. Di sinilah dimulai peran pemerintah selanjutnya, yaitu melakukan “penataan” atau regulasi. Dimulai dengan menata sektor perbankan yang pro-usaha kecil masyarakat, pemerintah selanjutnya berkewajiban menata sistem distribusi agar produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat (pengusaha kecil dan besar) bisa didistribusikan secara merata sehingga tidak timbul gejolak harga, atau adanya kekurangan barang dan jasa pada waktu-waktu tertentu.
Di sini peran yang lebih besar pemerintah sangat diperlukan. Selain memelihara infrastuktur yang layak sehingga barang dan jasa bisa didistribusikan dengan lancar, pemerintah juga harus bisa menjadi stock buffer, yang mampu menyerap dan mendistribukan barang dan jasa dengan lancar dan merata. Ini bisa dilakukan dengan membangun pusat-pusat pergudangan di beberapa daerah, bahkan jika perlu membangun jaringan toko terutama di daerah-daerah terpencil yang masyarakatnya masih sangat terbelakang demi menjamin semua masyarakat bisa mendapatkan barang dan jasa dengan harga yang terjangkau.
Selama ini kita menyaksikan adanya disparitas harga barang dan jasa yang tinggi antar daerah. Sebagai contoh di daerah pegunungan Jayawijaya Papua, masyarakat beberapa kabupaten di daerah ini harus mengeluarkan uang hingga Rp 1,5 juta hanya untuk membeli satu sak semen. Luar biasa ketidak adilan yang terjadi karena pemerintah telah membiarkan daerah ini terpencil. Selain itu kita juga menyaksikan fenomena kenaikan harga barang-barang yang tidak wajar karena adanya praktik spekulasi (penimbunan barang) oleh para distributor. Dengan adanya peran pemerintah sebagai stock buffer, praktik-praktik penimbunan yang menyengsarakan masyarakat ini dijamin tidak akan terjadi.
Saya ingin sedikit membuka mata masyarakat mengenai hal ini. Indonesia adalah negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Para petani sawit menerima pembayaran sawit mereka dengan harga yang relatif murah. Tapi sebaliknya mereka kemudian harus membayar minyak goreng yang diproduksi dari sawit yang mereka tanam dengan harga sangat tinggi. Dan meskipun produksi sawit para petani tidak pernah anjlok, minyak goreng di pasaran seringkali menghilang dari peredaran. Hal serupa juga terjadi di produk-produk lainnya. Semua ini terjadi tidak lain karena adanya praktik spekulasi yang dibiarkan pemerintah bagitu saja sehingga masyarakat menderita sementara para spekulan, distributor yang biasanya berafiliasi dengan produsen besar, mendapatkan keuntungan berlipat-lipat.
Dengan majunya masyarakat, peran pemerintah mungkin saja dikurangi secara gradual. Toko-toko di daerah terpencil boleh saja diprivatisasi kepada masyarakat daerah tersebut. Tapi memprivatisasi unit-unit usaha atau jaringan distribusi yang strategis (berskala besar dan keberadaannya sangat vital) perlu melalui kajian mendalam dan pengawasan ketat yang bisa menjamin semua itu tidak jatuh ke tangan orang-orang serakah yang mendapatkan keuntungan dari penderitaan masyarakat.
Saya baru saja searching di internet dan melihat sebuah gambar yang mengagetkan saya. Paus Paulus II mengenakan simbol salib terbalik (inverted cross) dan salib bengkok (bent cross) dalam upacara-upacara keagamaan. Padahal kedua simbol tersebut adalah simbol anti-kristus (penyembah setan) yang selama ratusan tahun diperangi oleh para pengikut kristen. Dengan simbol-simbol itu terbukalah fakta bahwa gereja tertinggi kristen pun telah jatuh ke tangan para penyembah setan.
Bila saat ini Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dipimpin oleh orang-orang Bank Indonesia, saya tidak heran jika suatu saat nanti organisasi ini dipimpin oleh Aulia Pohan, Miranda Goeltom, atau bahkan Boediono sang dalang skandal Bank Century. Ini karena orang-orang yahudi penyembah setan pun telah menginfiltrasi gerakan ekonomi syariah Indonesia.
Oh ya, mengenai Miranda Goeltom kita melihat satu hal yang menyayat rasa keadilan. Bagaimana mungkin KPK mendakwa dan bahkan menahan orang-orang dengan tuduhan menerima suap darinya, sementara mereka membiarkan Miranda tetap “tak tersentuh”. Setelah keberhasilan Sri Mulyani dan Boediono melepaskan tang¬gung¬jawab hukum dalam kasus Bank Century, sekali lagi ini menunjukkan besarnya pengaruh yahudi di Indonesia.
Siapa bilang KPK itu bersih bak malaikat?
Friday, 24 September 2010
Catatan Harian Jendral Patton
Jendral George S. Patton, tidak bisa dibantah adalah salah seorang jendral terbesar dalam sejarah. Tidak saja dari jumlah pasukan yang pernah dikomandaninya, tapi juga karena keberhasilannya memenangkan semua medan perang besar yang dilaluinya. Dalam Perang Dunia II, perang terbesar sepanjang sejarah manusia, Jendral Patton yang memimpin Tentara Ketiga (satu satuan Tentara terdiri dari beberapa Korps sementara satu Korps terdiri dari beberapa Divisi dengan satu divisi beranggotakan sekitar 10.000 personil) Amerika berhasil menekuk pasukan Jerman dan sekutunya di berbagai medan perang, mulai dari Afrika Utara, Italia, Perancis, Benelux, dan terakhir di jantung pertahanan Jerman sendiri. Patton adalah jendral pertama sekutu yang menyentuh kota Roma dan Berlin, dua benteng terkuat Jerman dan sekutunya.
Patton adalah satu dari segelintir jendral Amerika yang memiliki gelar kehormatan "Master of the Sword" yang diberi hak untuk menyandang pedang komando. Ia juga diberi kehormatan untuk merancang sendiri baju seragamnya. Selain itu Patton juga mantan atlet olimpiade di nomor atletik, renang dan menembak. Di bidang militer, keahlian istimewanya adalah altileri tank di mana ia menemukan beberapa taktik dan strategi perang tank modern. Demikian ahlinya Patton sehingga Jendral Rommel dari Jerman yang sebelumnya dikenal sangat jendral tak terkalahkan di medan perang Afrika Utara dengan julukan "Si Rubah Gurun", dibuat bertekuk lutut kepadanya.
Sebelum menyerahnya Jerman, Patton melihat sebuah peluang emas untuk memenangkan perang Dunia II secara gemilang. Selain menundukkan Jerman, Patton melihat kesempatan untuk mengalahkan tentara komunis Uni Sovyet, kekuatan yang secara pribadi dianggap sebagai ancaman Amerika di masa mendatang. Selain itu bukankah para jendral sekutu sebelumnya telah bersumpah untuk membebaskan Polandia dan Eropa dari penindasan? Dan saat itu Polandia, Jerman Timur dan Eropa Timur diduduki tentara Uni Sovyet yang kekejiannya terhadap rakyat negara yang diduduki sangat memuakkan Patton. Ingat dengan Tragedi Hutan Katyn di Polandia, dimana puluhan ribu perwira Polandia dieksekusi mati oleh tentara Uni Sovyet?
Saat itu Patton belum menyadari siapa sebenarnya regim komunis Uni Sovyet itu, yang pada dasarnya adalah sekumpulan bandit yahudi. Bila kita bariskan nama para pemimpin komunisme Uni Sovyet, maka sebagian besar dari mereka adalah yahudi. Prosentase terbesar tentunya berada di Politbiro, badan politik tertinggi Uni Sovyet. Karl Marx dan Hegel, bapak idiologi komunisme, adalah yahudi. Trio pendiri partai komunis Rusia, Lenin-Stalin-Trotsky adalah yahudi. Patton juga jauh dari informasi (saat itu) bahwa dana dan senjata penggerak Revolusi Bolshevik yang berhasil mendudukkan komunis sebagai penguasa Rusia, berasal dari para bankir yahudi yang berkantor di New York dan London.
Patton baru menyadari hal itu setelah berakhirnya perang, saat dimana para gembong yahudi dari Rusia dan Polandia merajalela di bumi Jerman yang kalah perang. Saat itu Patton baru teringat dengan tindakan pendahulunya, Jendral Grant, pemimpin tentara federasi dalam Perang Sipil Amerika tahun 1860-an, yang mengusir orang-orang yahudi di seluruh wilayah pengawasannya karena praktik-praktik amoral yang dilakukan mereka di wilayah yang baru dilanda peperangan, seperti menduduki lahan-lahan yang ditinggalkan, memborong aset-aset murah, atau memberi pinjaman uang dengan bunga mencekik leher.
Pada tgl 7 Mei 1945, dalam sebuah pertemuan di Austria, Jendral Patton berdiskusi dengan menteri urusan perang Amerika, Robert Patterson. Patton, selain tidak menaruh hormat pada perilaku tentara Uni Sovyet yang tidak menghargai para tawanan perang, juga jengkel dengan ulah mereka melanggar garis damarkasi yang memisahkan tentara Amerika dan Uni Sovyet di Jerman. Kepada Patterson, Patton menyampaikan niatnya menekuk tentara Uni Sovyet.
Dalam "Patton Papers", kumpulan catatan harian, surat menyurat dan tulisan-tulisan pribadi Jendral Patton lainnya yang dipublikasikan tahun 1947, Patton mengatakan kepada Patterson, "Mari kita tetap menjaga bayonet tentara kita tetap tajam dan sepatu mereka mengkilap (ungkapan tentang kesiapan perang), dan menunjukkan kekuatan kepada Uni Sovyet, karena hanya dengan bahasa seperti itulah mereka memahami kita," kata Patton.
"Anda memang selalu begitu Jendral. Tapi marilah kita melihat gambar yang lebih besar," jawab Patterson.
"Saya memahami kondisi sebenarnya. Tentara komunis itu berada di tempat yang jauh dari asalnya dengan sistem logistik yang lemah. Jika kita serang mereka, mungkin mereka bisa bertahan beberapa hari. Tapi setelah lima hari, berapa juta pun tentara yang mereka miliki, saya akan duduki Moskow dan memberikannya kepada Anda," kata Patton lagi.
"Jika kita tidak melakukannya, maka mungkin saja kita bisa mengalahkan Jerman. Tapi kita tidak bisa membebaskan Eropa dan itu berarti kita kalah dalam perang ini," tambah Patton lagi.
Namun sayangnya saran Patton tersebut diabaikan oleh Patterson dan para para politisi di Washington, sebagaimana juga Jendral Eisenhower, jendral salon keturunan yahudi Swedia yang menjadi komandan tertinggi tentara sekutu. Jika saja saran itu dilaksanakan, tidak ada lagi komunisme di dunia, tidak ada Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Dingin, termasuk Peristiwa G 30 S/PKI yang membawa penderitaan umat manusia selama puluhan tahun. Sebaliknya nasib tragis justru dialami Patton. Ia meninggal oleh sebuah kejahatan konspirasi. Setelah mengalami beberapa insiden misterius, termasuk ditabrak sebuah pedati kosong yang menggelinding sendiri, mobil Patton ditabrak oleh sebuah mobil. Ia mengalami luka yang tidak terlalu serius, namun karena penanganan yang yang tidak semestinya, Patton meninggal dunia. Sementara jendral salon Eisenhower yang tidak pernah menjadi komandan tempur di lapangan, tampil sebagai pahlawan, bahkan kemudian dihadiahi jabatan Presiden Amerika.
Dalam catatan hariannya yang ditulis di bulan Mei 1945, Patton menulis kesannya terhadap tentara-tentara Sovyet. "Saya tidak pernah melihat moral tentara yang begitu buruk kecuali tentara Sovyet. Para perwiranya, dengan pengecualian beberapa orang, tampak seperti sekumpulan bandit dari Mongolia."
Patton menambahkan dalam diarinya, "Menurut pandangan saya, tentara Amerika dalam kondisi saat ini, bisa mengalahkan Rusia dengan sangat mudah. Karena mereka lemah pada kekuatan altileri, pesawat terbang dan tank, serta pengetahuan tentang peralatan-peralatan tempur itu. Sementara kita sangat ahli dalam menangani peralatan-peralatan itu. Semakin cepat kita menyerang mereka, semakin mudah kita mengalahkan mereka."
Di sisi lain, pandangan pribadinya pada orang-orang yahudi tidak kalah negatifnya, Dalam catatan pribadinya ditemukan bahwa menurut pandangannya, orang-orang yahudi adalah seburuk-buruknya manusia. Selain kejam dan culas, juga jorok luar biasa.
"Di mana saja, meskipun masih ada banyak ruangan kosong, orang-orang yahudi selalu berkumpul dalam satu ruangan dan menjadikan kamar-kamar sebagai tempat sampah. Mereka baru mau membersihkan ruangan jika ditendang pantatnya dengan ancaman senjata api. Tentu saja saya tahu arti dari "suku bangsa Israel yang hilang", yaitu hilang nilai kemanusiaannya sebagaimana mereka para keturunan pelacur itu."
Lebih jauh Patton melihat sebuah konspirasi jahat para politisi negerinya atas rakyat Jerman. Mereka berupaya mengalihkan kepemilikan secara paksa properti milik warga Jerman yang ditinggalkan atau ditinggal mati pemiliknya, kepada orang-orang yahudi. Dalam diarinya ia menulis mengenai hal itu:
"Sudah jelas, semua penyakit itu bermula dari Morgenthau (menteri urusan rehabilitasi paska perang, seorang yahudi) dan Baruch (menteri keuangan, juga yahudi) dengan dendam kesumatnya kepada rakyat Jerman. Harrison (pejabat tinggi kementrian luar negeri) dan teman-temannya berencana untuk mengusir orang Jerman dari rumahnya untuk digantikan dengan orang-orang yahudi yang terusir. Ada dua kesalahan mendasar dari kebijakan ini. Pertama kita tidak bisa menghukum seseorang berdasarkan sentimen ras. Ini mengganggu kesadaran saya sebagai Anglo-Saxon, mengusir seseorang sebagai bentuk hukuman yang sama sekali tidak berdasarkan proses hukum. Yang kedua, Harrison dan kawan-kawannya menganggap bahwa orang-orang yahudi itu adalah manusia, sementara menurut saya mereka lebih rendah dari binatang."
Perjuangan Batin Patton
Perlakuan Patton yang simpatik kepada para tawanan perang Jerman tentu saja membuat marah para bandit politisi, militer dan wartawan yahudi. Lagipula siapa yang paling ditakuti mereka selain sorang pahlawan kulit putih yang dihormati seperti Patton? Maka berbagai upaya pembunuhan kharakter pun ditujukan terhadapnya. Pada suatu saat pers membesar-besarkan sebuah peristiwa sepele ketika Patton memukul pantat seorang prajurit yang penakut, yang secara kebetulan adalah yahudi. Saking intensifnya pemberitaan atas peristiwa itu di"ledakkan" pers hingga Patton pun harus meminta maaf secara terbuka. Bahkan setelah itu semua, pers masih terus mengungkit insiden itu.
Kemudian dalam sebuah acara jumpa pers yang diadakan di Regensburg, Jerman, menyusul pengumuman menyerahnya Jerman tgl 8 Mei 1945, Jendral Patton ditanya oleh wartawan tentang perlakuan apakah yang akan dilakukan terhadap anggota satuan elit Jerman, Waffen SS. Patton yang suka bercanda dan bicara blak-blakan mengatakan dirinya tidak akan membedakan mereka dengan warga Jerman lainnya. Menurutnya, di hadapan warga Jerman, Waffen SS tidak berbeda dengan Partai Demokrat di mata rakyat Amerika. Pers pun melihat peluang bagus untuk menjatuhkan Patton dengan memblow-up seolah-olah Patton menyamakan Partai Demokrat dengan Waffen SS.
Selanjutnya Patton mendapatkan tekanan dari Eisenhower untuk memaksa ribuan penduduk Jerman meninggalkan rumahnya untuk diisi oleh lebih dari satu juta yahudi. Dengan berat hati perintah itu dilaksanakannya. Namun ia menolak keras setelah diperintahkan untuk meledakkan pabrik-pabrik Jerman yang masih berdiri sebagai skenario Morgenthau Plan menghancurkan perekonomian Jerman sekaligus balas dendam yahudi terhadap rakyat Jerman yang telah berani menghina yahudi.
Patton juga menentang keras pengiriman tawanan perang Jerman ke kamp-kamp kerja paksa di Rusia atau Perancis. Dalam suratnya kepada sang istri tertanggal 14 September 1945 ia menulis: "I am frankly opposed to this war criminal stuff. It is not cricket and is Semitic. I am also opposed to sending POW's to work as slaves in foreign lands, where many will be starved to death."
Akhirnya Patton pun mendapatkan kesadarannya, bahwa semua kekacauan dan kehancuran itu adalah ulah orang-orang yahudi. Dalam suratnya yang lain kepada istrinya Patton menulis: "I have been at Frankfurt for a civil government conference. If what we are doing (to the Germans) is Liberty, then give me death. I can't see how Americans can sink so low. It is Semitic, and I am sure of it."
Selanjutnya Patton menulis: "Hari ini kami menerima perintah untuk memberikan akomodasi khusus kepada orang-orang yahudi. Mengapa harus mereka? Mengapa tidak orang-orang Katholik, Mormons, dan sebagainya? Kami juga telah menyerahkan beberapa ratus ribu tawanan perang Jerman kepada Perancis untuk menjadi pekerja paksa. Sangatlah memalukan bahwa dahulu kita berperang untuk meraih kemerdekaan dan menghapus perbudakan, dan kini kita justru melakukan praktik penjajahan dan perbudakan."
Setelah mengunjungi kota Berlin yang hancur lebur pada tgl 21 Juli 1945, ia menulis surat kepada sang istri. "Berlin, berikan blues-mu. Kami telah menghancurkan satu ras unggul dan menggantikannya dengan orang-orang barbar Mongolia. Dan seluruh Eropa akan menjadi komunis. Saya mendengar banyak kabar bahwa selama minggu pertama Sovyet menduduki Berlin, mereka memperkosa semua wanita yang didapati dan menembak mereka yang lari."
Akhirnya Patton menyadari bahwa Amerika dan Inggris telah menghancurkan satu-satunya bangsa Eropa yang telah berdiri teguh menentang dominasi yahudi untuk kemudian membiarkan Eropa jatuh ke dalam cengkeraman bandit-bandit komunis yahudi.
Patton tahu bahwa apa yang dilakukan pemerintahnya terhadap warga Jerman tidak kalah keji dari apa yang dilakukan Uni Sovyet. Pemboman besar-besaran terhadap kota Dresden yang merupakan kota tujuan pengungsi sipil Jerman, atau pembunuhan sistematis terhadap ratusan ribu tawanan perang Jerman dengan membiarkan mereka hidup tanpa atap, alas dan sanitasi selama berbulan-bulan, adalah beberapa contoh selain kerja paksa.
Sebagai seorang patriot, Patton tentu saja muak dengan semua yang dilihatnya. Untuk itu ia telah membuat rencana sendiri untuk melawan. Dalam suratnya kepada sahabatnya, Jendral Harbord, yang telah berada di Amerika, Patton menulis, "Inilah pikiran saya saat ini. Setelah selesainya tugas saya sekitar setahun lagi, saya akan mengundurkan diri, bukan pensiun, karena dengan pensiun saya masih menyandang kewajiban moral sebagai seorang perwira untuk tunduk kepada pemerintah. Selanjutnya saya akan melakukan melakukan perlawanan, bukan perlawanan terbatas yang tidak sesuai dengan teori militer saya. Tunggulah sampai saya melakukan perlawanan habis-habisan."
Sayangnya niat Patton tidak kesampaian, sebuah kecelakaan konspiratif telah merenggut nyawanya sebelum rencananya terealisasi.
=========
Catatan blogger: saya telah mempost artikel tentang pembunuhan konspiratif Jendral Patton di blog ini sebelumnya. Silahkan buka di sini: http://cahyono-adi.blogspot.com/2009/05/pembunuhan-jendral-patton-dan-kekejian.html
Tuesday, 21 September 2010
MENJADI NEGARA FASIS
Suatu hari di bulan Juli tahun 2006 Christopher Bollyn, wartawan independen yang intens menginvestigasi Tragedi WTC dan sering menulis sepak terjang zionis Israel dan konspirasi Yahudi di Amerika, tertegun melihat pemandangan yang tidak wajar. Beberapa mobil patroli polisi mondar-mandir di sekeliling rumahnya di sebuah kawasan perumahan yang cukup elit di Chicago. Mobil patroli polisi yang biasanya tampak satu dua kali seminggu melintas, sejak saat itu tampak mondar-mandir di kompleks perumahan yang tenang. Pada tanggal 14 Agustus keanehan semakin menjadi-jadi. Kali ini sebuah mobil berlapis baja yang tidak bertanda mondar-mandir di sekeliling rumahnya, mirip mobil patroli pasukan Amerika di jalanan kota Baghdad. Iseng-iseng ia melambaikan tangannya ke arah pengemudi mobil tersebut yang juga mengenakan rompi anti peluru. “Hello FBI,” katanya. Sang pengemudi melambaikan tangannya balik.
Pada saat itu Bollyn tengah menulis sebuah tulisan tentang Tragedi WTC. Hari itu misalnya, ia baru saja mewawancarai Shalom Yoran, mantan perwira AU Israel yang membuka usaha penyewaan pesawat terbang di New York. Secara aneh perusahaan Yoran menghentikan operasional pesawatnya menjelang dan setelah Tragedi WTC.
Kesal dengan ulah patroli polisi rahasia di sekitar rumahnya, Bollyn melaporkan hal itu ke layanan panggilan darurat 911. Ia mendapat jawaban bahwa seorang perwira polisi akan segera tiba di rumahnya. Beberapa saat kemudian mobil patroli yang dilaporkannya berhenti tepat di depan rumahnya. Ia dengan ditemani istri dan anak perempuannya keluar untuk mengklarifikasi apa yang menyebabkan para polisi tersebut melakukan patroli secara mencolok di sekitar rumahnya. Namun saat Bollyn menanyakan identitas mereka, para polisi itu memperlihatkan sikap permusuhan. Kemudian pada saat ia membalik untuk masuk ke rumahnya, para polisi tersebut menjegal kakinya, memiting tubuhnya dan menyentuhkan senjata kejut untuk menjatuhkannya. Pada posisi yang sudah tidak berdaya seorang polisi memukul kepalanya dan polisi lainnya menghantam tangannya. Kemudian dalam hitungan menit tiba-tiba saja puluhan polisi, termasuk beberapa perwira berdatangan ke tempat kejadian.
Pada saat Bollyn tak berdaya, istrinya bermaksud mengambil gambar untuk digunakan sebagai bukti panganiayaan, namun seorang perwira polisi mengancam menangkapnya. Padahal hukum Amerika membolehkan masyarakat mengambil gambar polisi yang tengah beraksi.
Menyaksikan ayahnya dianiaya di depan mata, putri Bollyn menangis keras. Seorang polisi membentak dan menyuruh Ny Bollyn menghentikan tangisan putrinya. Dengan marah Ny Bollyn menangis sembari berkata, “Inilah Amerika yang dibanggakan itu?” Seorang polisi membentak sembari menghinanya: “Kembalilah ke negara asalmu.” Memang Ny Bollyn adalah seorang wanita warga negara Swedia.
Selanjutnya dalam kondisi terborgol Bollyn diseret ke dalam mobil di tengah-tengah umpatan dan pukulan para polisi. Penghinaan itu terus diterima Bollyn hingga di kantor polisi. Di depan kantor polisi 12 polisi bersarung tangan sudah menunggunya. Seorang polisi yang mengawal Bollyn mengatakan kepada kumpulan polisi itu, “Orang ini bilang polisi adalah sekumpulan bandit. Kalian bereskan ia.”
Saat ia digeret keluar dari mobil, Bollyn berusaha menggertak dan mengancam akan menulis kejadian yang dialaminya di media. Namun umpatan dan pukulanlah yang diterimanya. Di kantor polisi Bollyn dilucuti pakaiannya hingga tinggal pakaian dalam saja. Saat ia menanyakan alasan penangkapannya, seorang perwira polisi menjawab Bollyn telah menolak penahanan dan mengancam polisi dengan kepalan tangan. Bollyn ingat ia hanya melambaikan tangan kepada polisi beberapa waktu sebelum dirinya diserang. Selama enam jam ia menjalani interogasi yang penuh dengan penghinaan. Akhirnya dalam keadaan cedera, ia dijebloskan dalam sel penjara tanpa air. Saat ia meminta air minum, polisi menjawab, “Minum dari air toilet!”
Penderitaan Bollyn baru berakhir di tengah malam saat saudaranya menebusnya dengan uang senilai $100. Kasusnya sendiri kemudian menguap begitu saja. Namun itu semua cukup membuat Bollyn dan keluarganya trauma sehingga kemudian memutuskan pindah keluar kota. Padahal nenek moyang Bollyn adalah seorang perintis, orang yang pertama tinggal di daerahnya.
Mungkin cerita itu cukup mengiris hati, bagaimana sebuah negara maju seperti Amerika bisa memperlakukan warganya seperti itu. Kita berbicara tentang Amerika, bukan negara berkembang seperti Uganda, atau Indonesia misalnya. Namun faktanya memang demikian. Amerika tidak lebih adalah negara fasis. Nasib Bollyn bahkan masih termasuk ”mujur”. Ia tidak seperti Bobby Fischer, mantan juara dunia catur legendaris yang dipukuli polisi di pinggir jalan karena tuduhan perampok, passportnya ditahan dan hartanya disita, sementara ia harus hidup di pengasingan di luar negeri hingga meninggal. Ia tidak seperti puluhan pengikut sekte agama kristen Branch Davidian, sebagiannya wanita dan anak-anak, yang dibakar hidup-hidup oleh tentara dan polisi federal dalam Tragedi Waco. Ia juga bukan salah satu dari 3.000 korban Tragedi WTC yang sengaja dikorbankan pemerintah Amerika untuk menjustifikasi serangan ke Afghanistan dan Irak sementara para kriminal yahudi pemilik WTC mendapatkan asuransi senilai miliaran dolar.
Para yahudi memang berkepentingan membuat Amerika menjadi negara fasis, yaitu demi menjaga dominasi mereka dari rakyat Amerika yang sadar dan menggugat dominasi yahudi terhadap negaranya. Itulah sebabnya Amerika menerapkan Patriot Act, yaitu undang-undang yang mengijinkan aparat keamanan melakukan sensor, pengintaian dan mata-mata terhadap rakyatnya sendiri. Lebih jauh Amerika bahkan telah merencanakan menerapkan Real ID Act, undang-undang yang mewajibkan semua warga negara ditanami chip di tubuhnya agar semua gerak-geriknya bisa diketahui. Seperti film fiksinya Steven Spielberg bukan? Yah, ini karena Steven Spielberg dan sineas-sineas semacamnya serta para perancang Real ID Act itu adalah orang-orang yang sama.
Hal lebih ”mengerikan” telah terjadi di Kanada. Eropa dan Australia-pun pelan namun pasti jatuh dalam jeratan ”fasisme yahudi”. Semua negara di mana orang-orang yahudi menjadi penguasa bayangan, pelan namun pasti akan mengalami nasib yang sama.
Bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya saya percaya hal yang sama tengah terjadi di Indonesia dengan melihat perlakuan aparat keamanan terhadap para tersangka ”terorisme” yang ditembaki sampai mati tanpa diberi kesempatan untuk membela diri. Bagaimana dengan penangkapan terakhir Ustadz Abu Bakar Ba’asyir setelah terjadi pertemuan rahasia antara George Soros dengan presiden? Suatu saat nanti sangat boleh jadi aparat keamanan akan digunakan untuk menindas rakyat Indonesia yang kritis terhadap dominasi yahudi di negaranya.
Sekedar tambahan, pemerintah Amerika, setelah gagal menjelaskan secara ilmiah runtuhnya WTC oleh pesawat teroris, terlebih lagi gedung WTC 7 yang runtuh meski tanpa pernah ditabrak oleh pesawat teroris, kini mencoba mengembangkan teori baru, yaitu keterlibatan jin Aladin sebagai penyebabnya. Di sisi lain, polisi Indonesia, setelah dikritik terlalu mengekor kebijakan anti-teroris Amerika-Australia sampai-sampai nama detasemen khusus anti teroris yang dibentuk diberi nama sesuai nama pesanan Australia selaku penyandang dana, kini mencoba mengaitkan kemungkinan keterlibatan Kusni Kasdut, Eddy Sampak, dan Robot Gedek dalam jaringan Jemaah Islamiah. Sementara jaringan kejahatan pedhopilia dan perdagangan organ manusia yang melibatkan Robot Gedek dan bermuara di Israel, tidak pernah disentuh.
Islam adalah kekuatan yang selama ini menjadi resistensi bagi pengaruh yahudi di Indonesia. Itulah sebabnya yahudi selalu berupaya melemahkannya. Setelah misi ”Islam liberal” dengan ikonnya Cak Noer, JIL, Tempo, Gus Dur, serta misi penerbitan majalah Playboy gagal (pimred Playboy Indonesia bahkan menjadi buron), kini mereka menggunakan isu terorisme, Ahmadiyah, dan terakhir pembangunan gereja HKBP. Lihat saja sampai nanti mereka hancur sebagaimana kehancuran pendahulu mereka, PKI.
”Tidak tahukan kau, moron, bahwa komunisme adalah yahudi?”
Tadi malam saya melihat acara talkshow tentang perampokan bank niaga Medan dan terorisme di televisi dengan host-nya mantan penyanyi organ yang gagal. Narasumber acara itu adalah seorang yang mengaku atau digembar-gemborkan media massa sebagai pengamat inteligen, mantan anggota Jemaah Islamiah atau tepatnya seorang intel, seorang pedagang senjata (bisnis senjata ilegal internasional dikuasai jaringan yahudi dengan Mossad sebagai bandarnya), dan tentu saja seorang dari kepolisian. Saya senang menyaksikan acara semacam itu. Membuat saya terpingkal-pingkal menyaksikan para badut dan idiot berdiskusi.
Friday, 17 September 2010
Menggugat Kebenaran Tragedi WTC
Dari tahun ke tahun, gugatan terhadap kebenaran atas peristiwa Tragedi WTC 9 September 2001 semakin menguat. Satu demi satu orang maupun organisasi bergabung untuk menyuarakan tuntutan pengungkapan kebenaran Tragedi WTC melalui pembentukan komisi penyidik independen. Dan tahun ini dunia menyaksikan tuntutan tersebut semakin nyaring dikumandangkan pada peringatan Tragedi WTC di Ground Zero New York, 11 September lalu.
Tidak heran jika regim status quo Amerika (termasuk presiden Barack “Mambo Dumbo” Obama) berusaha mengalihkan perhatian masyarakat dengan isu pembangunan masjid di lokasi bekas WTC serta isu pembakaran Al Qur’an. Dari mana asalnya sampai sekelompok orang-orang Islam yang tidak jelas asal-usulnya mau mendirikan masjid di tanah milik pemerintah yang telah disewakan kepada sekelompok orang yahudi kaya dan berpengaruh tapi luar biasa pelit itu?
Sebagaimana diketahui komisi penyidik WTC bentukan regim pemerintah presiden George W Bush (bukan komisi independen) gagal memberikan penjelasan yang logis atas terjadinya peristiwa tersebut seperti misalnya mengapa gedung WTC yang dirancang tahan terhadap gempa bumi hebat atau tubrukan tiga pesawat jet besar sekaligus, runtuh seperti rumah kardus setelah dihantam satu pesawat jet, atau penjelasan mengapa sistem pertahanan udara Amerika yang sangat canggih tiba-tiba lumpuh saat terjadinya drama pembajakan pesawat yang berlangsung selama puluhan menit, atau tidak adanya tanda-tanda tabrakan pesawat jet di gedung Pentagon yang runtuh sebagian dalam tragedi tersebut. Namun yang paling menyolok adalah komisi penyidik dalam laporannya tidak menyebutkan sama sekali gedung WTC 7, gedung 47 lantai (di Jakarta termasuk gedung paling tinggi) yang runtuh begitu saja meski tidak mendapatkan serangan.
Berbagai organisasi profesi telah menyatakan gugatan terhadap kebenaran tragedi WTC, di antaranya Architects and Engineers for 9/11 Truth, Pilots for 9/11 Truth, Firefighters for 9/11 Truth, Veterans for 9/11 Truth, Medical Professionals for 9/11 Truth, dan Lawyers for 9/11 Truth. Kini gugatan tersebut semakin menggelinding kuat bagaikan bola salju setelah munculnya organisasi baru yang mengajukan gugatan serupa, Commissioned and Non-commissioned Officers in the U.S. Military for 9/11 Truth.
Organisasi ini diperkirakan mampu memberikan tekanan publik yang besar mengingat kredibilitas anggota-anggotanya yang terdiri dari para perwira aktif maupun non aktif dari semua satuan militer Amerika: US Army, US Air Force, US Navi, US Marine Corps, dan US Coast Guard. Mereka semuanya adalah orang-orang ahli di bidangnya masing-masing, sebagian bergelar Ph.D, sebagian lainnya pernah menjabat sebagai senator bahkan gubernur. Semuanya lebih dari 200 orang.
Berikut adalah petisi yang disampaikan mereka terhadap Congress Amerika untuk membentuk komisi penyidik independen atas Tragedi WTC:
As Commissioned and Non-commissioned Officers in the U.S. military, we took an oath to "support and defend the Constitution of the United States against all enemies, foreign and domestic; that I will bear true faith and allegiance to the same."
Regardless of our current status -- active duty, reserves, retired, or civilian -- that oath remains in force. Therefore it is not just our responsibility as citizens, it is our duty as officers to expose the real perpetrators of 9/11 and bring them to justice, no matter how hard it is, how long it takes, how much we have to suffer, or where it leads us.
We believe the official account of 9/11 as defined in the 9/11 Commission Report is grossly inaccurate and fatally flawed.
It is imperative that we have an accurate understanding of 9/11 so that those responsible can be identified and brought to justice in order that they and similarly-minded people never again commit such heinous crimes.
It is also imperative that we have an accurate understanding of 9/11 so that governmental policies and military actions resulting from 9/11 are based on truth rather than deception.
We join with others, such as Architects and Engineers for 9/11 Truth, Pilots for 9/11 Truth, Firefighters for 9/11 Truth, Veterans for 9/11 Truth, Medical Professionals for 9/11 Truth, and Lawyers for 9/11 Truth, and millions of individual citizens in demanding a thorough, impartial, open and transparent reinvestigation of the terrorist acts of 9/11.
PETITION:
We, the undersigned current and former Commissioned and Non-commissioned U.S. Military Officers, believe that whereas:
• There is incontrovertible publicly available evidence since 9/11/01 that the official account of the events of that day is incomplete and fraught with errors;
• The 9/11 Commission Report inadequately answered, and in numerous cases even failed to address, many of the most important questions that were called to its attention;
• The blatant disregard of extensive compelling evidence that clearly refutes the official account raises rational suspicion of intentional deception by agents of the U.S. Government;
• U.S. Government policies and military actions have been, and continue to be, founded upon assumptions about the events of 9/11 that are likely to be erroneous;
• As a result of U.S. military action based on the official account of 9/11, thousands of U.S. servicemen and women and hundreds of thousands of civilians have lost their lives; and
• The perpetrators of the heinous crimes against humanity that were committed on 9/11 have still not been brought to justice.
Therefore, we petition the Congress of the United States for a new and independent investigation into the events of 9/11/01 by a duly constituted legal body with the authority to subpoena and require testimony under oath, and with authority to prosecute if criminal activity is discovered, so that the perpetrators of these crimes against humanity can at last be brought to justice.
Signed by the following currently serving and former U.S. Army, Navy, Marine Corps, Air Force, and Coast Guard Commissioned and Non-Commissioned Officers.
Apa Sebenarnya Krisis Keuangan Itu?
Keterangan gambar: Kota tenda, fenomena baru di Amerika paska krisis keuangan global tahun 1998. Mereka adalah orang-orang yang kehilangan rumah karena krisis.
Apa yang sebenarnya terjadi pada sebuah negara saat dilanda krisis moneter atau krisis keuangan? Sungguh sebuah pertanyaan yang sangat-sangat penting namun sayangnya tidak pernah menjadi perhatian orang-orang kebanyakan. Masyarakat kebanyakan menganggap sebuah krisis keuangan yang melanda negaranya sebagai sebuah hal yang biasa, sebagaimana mereka menganggap fenomena inflasi sebagai hal yang alamiah. Padahal kedua-duanya adalah buah dari praktik kotor kriminal yang dilakukan secara sistematis.
Berani bertaruh, Anda pasti tidak mengetahui bagaimana terciptanya uang kertas hingga benda yang secara fisik tidak berharga ini berubah menjadi benda paling berharga di dunia? Saya coba bantu untuk menjelaskannya.
Pada jaman dahulu ketika emas dan perak masih menjadi alat tukar menukar dan pengukur nilai barang, banyak orang-orang kaya yang menitipkan emas dan peraknya pada orang-orang yang menjual jasa penitipan emas dan perak di samping jasa pembuatan dan jual beli perhiasan. Orang-orang ini biasa disebut goldsmith yang artinya kira-kira adalah orang yahudi tukang emas (gold=emas, smith=semit=yahudi). Adapun alasan menitipkan emas dan perak adalah karena menyimpan emas dan perak di rumah mengandung resiko tinggi.
Untuk setiap emas dan perak yang dititipkan biasanya si goldsmith memberikan semacam sertifikat atau surat keterangan yang menyebutkan jumlah emas dan perak yang dititipkan si pemilik dan pernyataan bahwa emas dan perak tersebut bisa diambil pemiliknya setiap saat dengan imbalan sejumlah uang jasa penyimpanan.
Seiring berjalannya waktu, sertifikat itu kemudian berubah fungsi menjadi alat tukar-menukar barang sebagaimana uang kertas sekarang. Ini terjadi karena orang percaya bahwa pemegang sertifikat tersebut dapat mencairkan emas dan perak yang tersebut di dalam sertifikat tersebut setiap saat, di samping alasan praktis dimana orang enggan untuk memboyong sejumlah emas dan perak ke sana kemari untuk bertransaksi.
Sampai suatu saat goldsmith melihat bahwa tumpukan emas dan perak yang dititipkan kepadanya menumpuk tak tersentuh selama waktu yang lama, karena orang sudah terpenuhi kebutuhannya akan alat tukar menukar barang dengan sertifikat yang dipegang. Maka timbul pikiran, mengapa tidak memanfaatkan emas dan perak itu sebagai pinjaman atau kredit? Bukankah hal itu merupakan rejeki nomplok, tanpa modal sendiri mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan berupa bunga pinjaman yang diberikan. Memang jaman dahulu bunga pinjaman diharamkan oleh agama dan masyarakat umum. Tapi bagi orang yahudi hal itu tidak masalah selama bunga itu dikenakan terhadap para peminjam goyim (non-yahudi), bukan kepada sesama yahudi.
Maka terjadilah apa yang dipikirkan goldsmith. Tanpa modal apapun dan tanpa kerja apapun dan hanya meminjamkan emas dan perak titipan pelanggannya, sang yahudi mendapatkan keuntungan. Sepanjang emas dan perak yang ditarik kembali oleh pemiliknya tidak melebihi emas dan perak yang dititipkan, sang yahudi bisa menjalankan bisnis ribanya itu.
Kemudian sang yahudi mendapatkan pemikiran baru yang lebih "cemerlang". Kepada orang-orang yang meminjam emas dan perak, ia cukup mengeluarkan sertifikat sebagaimana yang diberikan kepada orang-orang yang menitipkan emas dan perak. Dan setelah beberapa waktu, ia mendapatkan pengembalian berupa emas dan perak. Semakin banyak ia mengeluarkan pinjaman berupa sertifikat, semakin banyak ia mendapatkan keuntungan. Tidak ada bisnis yang lebih menguntungkan dibandingkan temuannya itu. Bermodal kertas, ia mendapatkan emas dan perak yang jumlahnya hanya bisa dibatasi oleh ketersediaan kertas. Sertifikat-sertifikat inilah yang kemudian berubah menjadi uang kertas hingga sekarang.
Seiring berjalannya waktu, secara sistematis sang goldsmith berhasil menumpuk emas dan perak dengan imbalan uang kertas. Kemudian karena tidak ada lagi emas dan perak yang dimiliki masyarakat kecuali perhiasan yang dipakai, sang yahudi hanya bisa mendapatkan pengembalian berupa uang kertas yang dicetaknya. Maka muncullah ide selanjutnya. Ia menahan uang kertas hingga terjadi krisis keuangan atau krisis moneter (krismon) di tengah-tengah masyarakat karena ketiadaan uang di peredaran. Saat itu harga barang-barang mengalami penurunan tajam karena uang telah menjadi komiditas yang langka dan mahal. Suku bunga yang merupakan indikator harga uang pun melonjak tajam. Banyak perusahaan dan orang-orang kaya yang jatuh bangkrut. Pada saat itulah sang yahudi memborong barang-barang dan aset-aset perusahaan yang bangkrut. Bankan setelah uang kertas persediaannya habis, sang yahudi mencetak lagi uang kertas baru untuk memborong barang-barang yang diincarnya.
Modus ini kemudian menjadi kegemaran para goldsmith. Setiap saat ingin mengeruk kekayaan masyarakat secara besar-besaran, mereka cukup menahan peredaran uang hingga terjadi krisis keuangan atau krisis moneter untuk kemudian ia menggelontorkan uang untuk memborong barang-barang dan asset-asset dengan harga murah. Dengan variasi yang lebih maju, goldsmith membujuk atau berkonspirasi dengan pemerintah untuk mengeluarkan talangan (bailout) dengan menggunakan dana pinjaman para goldsmith untuk kemudian ditanggung oleh rakyat dengan pajak yang dibayarkan. Ingat, di jaman modern para goldsmith bukan saja berubah menjadi bankir swasta, tapi bahkan menjadi pemilik bank sentral yang berwenang mencetak uang.
Perekonomian memang kembali berjalan kembali setelah terjadinya penggelontoran uang, tapi sekaligus juga terjadi inflasi karena uang kertas yang beredar juga bertambah. Inflasi sebenarnya adalah kerugian yang ditanggung masyarakat karena harus menanggung kenaikan harga barang-barang yang diakibatkan oleh terus bertambahnya uang kertas. Penambahan uang kertas bahkan terjadi meski bank-bank milik goldsmith menghentikan pencetakan uang. Hal ini terjadi karena adanya sebuah mekanisme yang disebut "cadangan minimum".
"Cadangan minimum" adalah sebuah ketentuan yang mewajibkan bank menyimpan sebagian dari modalnya sebagai cadangan untuk mencegah kebangkrutan. Katakanlah undang-undang perbankan mewajibkan cadangan minumum bank adalah 10%. Jika sebuah bank memiliki modal sebesar 100 triliun, maka bank itu berhak untuk memberikan pinjaman (kredit) hingga 90 triliun dan 10 triliun sisanya untuk cadangan. Selanjutnya karena debitur tidak mungkin menyimpan semua dana pinjamannya di rumah, mereka menabungkannya atau mendepositokannya ke bank, sementara dana lainnya yang untuk investasi pun sebagian darinya kembali disimpan atau didepositokan di bank. Katakanlah dari 90 triliun kredit yang diberikan, separohnya atau 45 triliun kembali ke bank bersangkutan, maka bank bersangkutan mendapat tambahan modal sebesar 45 triliun. Oleh bank modal tambahan itu kembali dikreditkan sesuai ketentuan cadangan minimum, yaitu sebesar 40,5 triliun dan 4,5 triliun sisanya untuk cadangan. Kemudian dari 40,5 triliun kredit yang diberikan, separohnya lagi, atau 20,25 triliun kembali ke bank dalam bentuk tabungan atau deposito. Oleh bank, dana tersebut kembali dikreditkan dengan ketentuan cadangan minimun. Seterusnya sehingga bank terus-menerus bisa memberikan kredit yang hampir tak terbatas. Dengan demikian secara efektif jumlah uang beredar di masyarakat terus bertambah meski secara fisik jumlahnya tetap. Inilah yang menjadi penyebab terjadinya inflasi.
Saya ingin memberikan contoh kasus Bank Century. Dengan maksud mengeruk kekayaan masyarakat secara mudah dan dalam jumlah super besar, pemilik dan manajemen Bank Century menggelapkan dana simpanan masyarakat. Sedemikian besar jumlah yang digelapkan sehingga Bank Century mengalami krisis likuiditas. Dengan konspirasi otoritas moneter dan keuangan, Bank Century mendapatkan talangan senilai Rp6,7 triliun yang diambilkan dari dana Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang notabene adalah dana masyarakat (sebagian bahkan berasal dari APBN). Secara fisik sebenarnya dana yang digelapkan Bank Century tidak menguap di udara melainkan tetap ada, hanya berpindah tempat ke brankas pribadi manajemen dan owner bank, dapat dipastikan sebagiannya juga ke kantong para pejabat otoritas moneter dan keuangan. Akibat adanya kucuran dana bailout, maka jumlah uang beredar bertambah yang akibat selanjutnya adalah inflasi.
Semudah dan sesederhana itu. Soal dampak sistemik yang digembar-gemborkan para pejabat moneter dan keuangan, itu hanya bualan saja.
Thursday, 16 September 2010
MARIA MAGHDALENA
Indonesian Free Press -- Maria Maghdalena adalah seorang figur yang sangat kontroversial, tidak saja bagi umat Kristen, tapi juga bagi umat Islam. Meski kitab-kitab Injil menunjukkan dengan jelas dan tegas hubungan istimewa antara Maria dengan Yesus Isa Al Masih, namun keberadaannya nyaris dilupakan oleh umat Kristen. Tidak hanya itu, Maria digambarkan sebagai sosok yang negatif, seringkali bahkan dianggap sebagai pelacur.
Keistimewaan Maria di dalam Injil-Injil “resmi” terlihat dari banyaknya peristiwa penting dalam hidup Yesus di mana Maria hadir bersamanya. Maria hadir dalam peristiwa “pernikahan Cana”, “penyaliban Yesus” bahkan juga pada peristiwa “kenaikan Yesus” yang bahkan tidak dihadiri oleh satupun murid (rasul) terdekat Yesus. Dalam peristiwa “pernikahan Cana” bahkan Maria memainkan peran yang sangat istimewa, yaitu membasuh kaki Yesus dengan menggunakan rambutnya. Para ahli sejarah percaya bahwa apa yang dilakukan Maria dan Yesus dalam peristiwa itu adalah sebuah prosesi pernikahan bangsawan yahudi.
Keistimwaan Maria semakin jelas setelah ditemukannya kumpulan kitab-kitab kuno Naag Hammadi. Kumpulan kitab-kitab yang ditemukan di Naag Hammadi, Mesir tahun 1930-an itu berisi kitab-kitab kuno yang ditulis pada masa awal kekristenan oleh murid-murid terdekat Yesus termasuk Maria Maghdalena sendiri. Salah satu kitab itu, Injil Philipus (diduga ditulis oleh Philips, seorang murid terdekat Yesus), menuliskan bagaimana kedekatan Yesus dengan Maria dimana dengan gamblang dituliskan bahwa Yesus sering mencium Maria di depan para muridnya.
Perlu dicatat bahwa keyakinan awal Kristen adalah mengakui Yesus sebagai manusia yang konsekuensinya adalah beristri dan beranak. “Ketuhanan” Yesus baru diresmikan oleh kerajaan Romawi melalui Konsili Nicea pada abad 6 masehi. Bahkan sampai abad pertengahan, sebagian umat Kristen masih mempertahankan keyakinan Yesus sebagai manusia. Namun pelan tapi pasti keyaninan “kemanusiaan” Yesus terlindas oleh keyakinan lainnya yang lebih kuat, yaitu “ketuhanan” Yesus.
Sebagaimana umumnya umat Kristen, sebagian besar umat Islam juga percaya bahwa Yesus Isa Al Masih tidak memiliki istri dan keturunan. Padahal dalam Al Qur’an surat Ar-Rad disebutkan firman Allah: “Sungguh Aku telah mengutus beberapa Nabi sebelum kamu (Muhammad). Kepada mereka kami berikan istri-istri dan keturunan.” Lihatlah bagaimana Allah tidak hanya memberikan seorang istri tapi beberapa istri sekaligus, yang artinya para nabi melakukan poligami. Kemungkinan besar keyakinan tersebut karena pengaruh dari keyakinan Kristen.
Lalu marilah kita kaji dari sisi sosio-histori. Sebagian suku di Indonesia, seperti misalnya suku Batak, menganggap seorang laki-laki yang tidak memiliki anak sebagai orang yang “tidak berharga”. Demikian juga orang yahudi, terlebih lagi yahudi orthodok di masa lalu. Dan Yesus Isa Al Masih adalah seorang yahudi orthodok: ia keturunan nabi-raja Daud dan Sulaiman. Sejak kelahirannya ia telah dipersiapkan oleh orang-orang terdekat dan keluarganya untuk menjadi messiah (nabi penutup jaman) sebagaimana telah diramalkan oleh kitab-kitab suci kuno. Dan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang nabi adalah menikah dan mempunyai anak. Ada satu sarat lagi yang unik sebagaimana tertulis dalam kitab suci perjanjian lama, yaitu mengendarai keledai jika bepergian (tradisi ini juga diikuti oleh Nabi Muhammad).
Sebagai seorang muslim, saya percaya bahwa Yesus Isa Al Masih memiliki istri-istri dan keturunan sesuai firman Allah dalam surat Ar-Rad. Dan salah satu wanita itu adalah Maria Maghdalena.
Adalah mengejutkan saya bahwa keyakinan bahwa Yesus menikahi Maria Maghdalena ternyata diyakini pula oleh sebagian seniman besar Eropa. Salah satunya tentu saja Leonardo da Vinci yang lukisannya “Perjamuan Terakhir” menjadi inspirasi novel The Da Vinci Code yang terkenal karya Dan Brown. Namun lebih mengejutkan lagi karena di dalam kitab Injil perjalanan hidup Maria Maghdalena digambarkan cukup detil dalam Injil Yohannes Kitab Wahyu 12:1-17 (Injil King James):
“And there appeared a great wonder in heaven, a woman clothed with the sun, and the moon under her feet, and upon her head a crown of twelve stars.
And she being with child cried, travailing in birth, and pained to be delivered…….
And she brought forth a man child….
And the woman fled into the wilderness, where she hath a place prepared of God….
And when the dragon saw that he was cast unto the earth, he persecuted the woman which brought forth the man child.
And to the woman were given two wings of a great eagle, the she might fly into the wilderness, into her place …
And the dragon was worth with the woman, and went to make war with the remnant of her seed, which keep the commadments of God, and have the testimony of the Jesus Christ.”
Saya coba menterjemahkannya secara singkat: seorang wanita dengan anaknya yang masih kecil lari dari kejaran iblis (dragon). Dengan pertolongan Tuhan melalui malaikat-malaikatnya wanita tersebut berhasil melepaskan diri dari iblis. Tapi iblis terus memerangi keturunan wanita tersebut yang tercerai berai (remnant of her seed), yang mana adalah orang-orang yang menjaga agama Tuhan dan menjadi saksi atas jati diri Jesus Kristus.
Orang mungkin menterjemahkan wanita itu adalah Maria ibunda Yesus sang “perawan suci”. Tapi mengingat wanita itu melahirkan anak keturunan yang tercerai berai di mana-mana, maka tidak lain wanita itu adalah Maria Magdalena yang melahirkan anak-anak Yesus (Isa Al Masih dalam Islam).
Demi Allah, saya baru kepikir bahwa Khadijah istri Muhammad Rosulullah ada kemungkinan adalah salah satu anak keturunan Yesus dan Maria Magdalena yang tercerai berai. Bukankah Khadijah berasal dari keluarga penganut Kristen yang taat? Bagi pembaca yang menganut Islam, jangan berburuk sangka pada semua orang kristen pada masa sebelum kedatangan Islam. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang dipuji Allah dalam Al Qur’an karena keimanan mereka. Sebagian lainnya dari mereka adalah para pemuda ahli surga yang disebutkan dalam Surat Al Kahfi.
Dr. Barbara Thiering, peneliti dokumen-dokumen Dead Sea Schrolls dan ahli sejarah Yahudi dan Kristen dalam bukunya Jesus the Man, sebagaimana Laurence Gardner dengan bukunya Bloodline of the Holy Grail, membuat analisis yang sinkron dengan isi kitab-kitab Injil baik yang resmi (Yohannes, Mathius, Lukas, Markus) maupun apokrip (tersembunyi) dan yang terlarang (gnostik) seperti Injil Barnabas, dokumen Naag Hammadi dan Dead Sea Schrolls (Gulungan-gulungan Laut Mati). Menurut Thiering dan Gardner, Yesus menikahi Maria Maghdalena bulan September tahun 30 Masehi. Saat itu Yesus berumur 36 tahun. Setelah menjalani masa selibat selama tiga bulan, mereka diijinkan berkumpul selama bulan Desember untuk kemudian kembali menjalani masa selibat selama setahun penuh sembari menunggu kepastian kehamilan mempelai wanita. Setelah Pada tahun 33 Masehi Maria melahirkan anak pertamanya, seorang bayi wanita yang diberi nama Tamar (bermakna pohon palem). Pada tahun 37 Maria melahirkan anak laki-laki pertama bernama Jesus Justus, disusul anak laki-laki kedua Joseph yang lahir di Provence, Perancis Selatan, tahun 44.
Atas kelahiran keturunan anak-anak Yesus ini Injil Perjanjian Baru memberitakannya: “The Word of God (Yesus) grew and multiplied” (Act 12:24).
Kelahiran anak ketiga di Perancis menyusul pemberontakan di Palestina oleh umat Kristen Nazarene (Kristen awal yang berbeda keyakinan sangat jauh dengan kristen modern sekarang, di antaranya mengakui Yesus sebagai manusia, bukan Tuhan) terhadap penjajah Romawi dan penguasa bonekanya, raja yahudi Herod of Chalcis tahun 44. Maria dalam keadaan mengandung melarikan diri ke Provence yang telah menjadi semacam koloni bagi orang-orang yahudi di Eropa Barat (lihat Kitab Wahyu sebagaimana telah disebutkan di atas). Adapun Yesus al Masih saat itu tengah berdakwah di Galatia (Turki) bersama muridnya John Markus. Pada tahun 46 putra tertua, Jesus Justus belajar di sebuah sekolah (semacam seminari) di Caesaria (Palestina), tiga tahun kemudian menyusul ibunya ke Provence.
Pada tahun 60 Jesus al Masih berada di Roma setelah berlayar dari Turki melalui Kreta dan Malta. Tahun 64 terjadi kerusuhan di Roma yang mengakibatkan kaisar Nero menghukum mati Paulus dan Peter, murid senior Jesus al Masih yang mendirikan Gereja Roma yang eksis hingga sekarang. Sebelum dieskekusi Paulus sempat menulis surat kepada murid Jesus al Masih yang lain, Timotius, memberitakan bahwa Jesus al Masih berada di tempat yang aman: “The Word of God is not bound”. Paulus tidak memberitakan di mana keberadaan Yesus, namun diduga beliau pergi ke India menyusul muridnya yang sudah berada di sana untuk berdakwah, Thomas the Apostle. Sebuah nisan bertuliskan Yesus Kristus ditemukan berada di Srinagar. Pada tahun 65 Simon Zelotes, murid Jesus al Masih, demi menghindari ketegangan dengan penguasa Romawi, memimpin kaum Kristen Nazarene eksodus dari Jerussalem ke Jordania timur, sebagian dari mereka meneruskan hingga ke Iran dan Irak serta negara-negara Arab lainnya. Tahun 66 kaum nasrani di Palestina memberontak dan berhasil menduduki Jerussalem selama empat tahun. Pada tahun 70, tentara Romawi dibawah pimpinan Flavius Titus menyerbu Palestina dan menguasai kembali Jerussalem untuk kemudian menghancurkan kota tersebut beserta penduduk dan semua isinya. Benteng pertahanan terakhir di Masada jatuh ke tangan Romawi tahun 74. Saat itu Romawi menghancurkan semua warisan sejarah yahudi dan kristen, namun sebagian di antaranya berhasil diselamatkan, termasuk dokumen Dead Sea Schrolls. Sebagian besar orang yahudi dan nasrani kemudian mengungsi ke luar negeri, memulai proses diaspora ke seluruh penjuru dunia. Yang tinggal, orang-orang yang kini menjadi warga Palestina, kemudian berubah keyakinan memeluk Islam setelah datangnya agama baru ini di Palestina pada abad 8 masehi. Sebagian lainnya tetap memeluk agama kristen Orthodok, dan sisanya yang lebih kecil tetap mempertahankan keyakinan agama yahudinya.
Sementara itu Maria Maghdalena, setelah berhasil mengkristenkan penduduk Provence, meninggal dunia pada tahun 63 masehi, jauh dari kampung halaman dan suaminya. Adapun anak keturunannya, setelah mengalami tekanan dari penguasa dan Gereja Romawi yang berbeda pandangan keimanan dengan kristen Nazarene, tercerai berai sebagaimana ajaran Nazarene dan hanya meninggalkan jejaknya berupa legenda “cawan suci”, cerita-cerita dan lagu-lagu rakyat, permainan tarot, patung-patung, lukisan-lukisan, dan beberapa gereja yang masih meninggalkan prasasti keberadaan mereka seperti misalnya Gereja Glastonburry di Inggris, atau Gereja Maria Maghdalena di Rusia.
Maria Maghdalena lahir tahun 3 masehi, atau 9 tahun lebih muda dibanding Jesus al Masih. Ia putri dari seorang pendeta tinggi yahudi di Capernaum bernama Syrus atau Jarius. Saat menikah dengan Yesus al Masih tahun 30 masehi, ia berumur 27 tahun.
Perlu dicatat bahwa penanggalan masehi sebenarnya didasarkan pada penanggalan yahudi yang berpatokan pada tahun di mana diramalkan seorang messiah (nabi penolong) akan lahir. Seiring berjalan waktu, tahun penanggalan yahudi semakin berkurang hingga pada tahun di mana diramalkan datangnya sang messiah, tahun menunjukkan angka 0. Namun Jesus, ternyata lahir 6 tahun sebelum tahun 0 di samping bulan kelahirannya yang tidak sesuai dengan adat yahudi yang semestinya di bulan September, Jesus lahir di bulan Maret, sehingga menjadi salah satu penyebab ditolaknya kenabiannya oleh sebagian kaum yahudi.
Sejarah Maria Maghdalena hingga pengungsiannya ke Provence ditulis secara lengkap oleh sejarahwan Raban Maar (776-856) yang manuskripnya ditemukan di Oxford University pada tahun 1400-an. Matthew Paris juga menulis sejarah Maria Maghdalena dalam bukunya, Chronica Majora sekitar tahun 1190 yang juga ditemukan manuskripnya di Oxford. Selain itu pendeta ordo Dominican, Pere Lacordaire menulis buku Saint Mary Magdalene pada abad 18. Tulisan lainnya di antaranya adalah La Legende de Sainte Marie Madeleine dan Legenda Aurea oleh uskup Genoa Jacobus de Voragine pada abad 15.
Berikut adalah sebagian terjemahan tulisan Jacobus de Voragine Legenda Aurea (Legenda Emas):
“St. Martha, pelayan setia Yesus Kristus, adalah keluarga bangsawan yahudi. Ayahnya bernama Syro (Sirius atau Jarius) dan ibunya Eucharia berasal dari Syria. Bersama dengan saudari perempuannya (Maria Maghdalena), Martha mewarisi tiga istana di Maghdalene, Bethany dan Jerussalem. Setelah “kenaikan” Yesus Kristus, saat para murid Yesus tercerai berai, Martha dengan saudara laki-lakinya Lazarus dan saudara perempuannya Mary (Maghdalena), juga St Maxim, berlayar ke barat dan tiba dengan selamat di Marseilles (satu kota di Provence, Perancis selatan). Selanjutnya mereka pindah ke Aix di mana mereka berhasil mengkristenkan penduduk setempat.”
Tuesday, 14 September 2010
YAHUDI DAN SEKS
Dari: Dr Lasha Darkmoon, Occidental Observer, 29 Agustus 2010
Tulisan Dr Lasha Darkmoon yang menjadi sumber artikel ini, “Sex and the Jews: Letter to a Jewish Correspondent”, ditulis berdasarkan korespondensinya dengan seorang wanita keturunan yahudi yang tersinggung ketika Dr Lasha menulis kalimat perpisahan “selamat tinggal teman wanita yahudi (jewess)-ku”. Tanpa diduga sang teman wanita yahudi marah karena disebut jewess dan menuduh Dr Lasha sebagai anti-semit.
Sebagai seorang ahli sejarah dan sastra kuno, Dr Lasha kemudian melakukan penelitian tentang sejarah wanita yahudi dan di sana ia menemukan banyak fakta-fakta sejarah yang kiranya telah membuat wanita yahudi tersebut tersinggung, yaitu bahwa jewess tidak hanya berarti “wanita yahudi”, tapi juga “pelacur yahudi”.
Dr Lasha menemukan sebuah fenomena sejarah, dimana kaum wanita yahudi banyak terlibat dalam bisnis prostitusi. Sebagian karena tuntutan hidup mengingat di masa lalu kaum yahudi banyak mengalami penindasan, namun sebagian besar lainnya karena orang-orang yahudi pada dasarnya memiliki obsesi yang sangat kuat terhadap seks.
“Di masa lalu di sebagian besar kota besar Eropa, suatu tipe prostitusi ditemukan: penampilan exotik dan berciri asia. Mereka adalah para pelacur yahudi dan mereka banyak dicari lelaki hidung belang. Kata “Jewess” kemudian menjadi sinonim dengan pelacur yahudi,” tulis Dr Lasha.
Saat Baudelaire menulis sebuah puisi tentang pelacur dari Persia dengan siapa ia menghabiskan malam, ia cukup menulisnya sebagai “Jewess”. Itu sudah cukup untuk menunjukkan sebagai seorang pelacur. “One night as I lay next to a frightful Jewess…”).
Saat Keats menulis sebuah puisi dalam sebuah surat pribadi (th 1819) menyinggung tentang seorang pelacur, ia cukup menulisnya sebagai “Jewesses”. Mengapa? Karena banyaknya wanita yahudi yang mendominasi dunia perpelacuran sehingga antara keduanya, wanita yahudi dan pelacur, seakan tidak terpisahkan. Keats juga menyinggung ciri pelacur yang dimaksudkannya, wajah dan dandanan model Asia atau Eropa Timur. Mereka juga mengenakan bel kecil di kaki untuk menunjukkan kehadirannya, hal yang sudah dilakukan para pelacur India kuno.
Pada suatu masa kota Odessa di Ukraina penah menjadi surganya para lelaki hidung belang yang mencari pelacur. Kota ini terkenal dengan rumah-rumah bordilnya yang dikelola oleh germo wanita yahudi yang dulunya merangkap sebagai pelacur. Terkenal dengan gayanya yang genit dan rayuannya yang menggoda, pelacur-pelacur itu biasa disebut sebagai "Jewesses."
Pada tahun 1860-an seorang penulis Perancis yang mengunjungi Odessa menulis bahwa yahudi adalah pelaku perdagangan wanita Rusia yang dijual ke Turki. Pada sensu yang diadakan tahun 1889 menunjukkan bahwa wanita yahudi menjalankan 30 dari 36 rumah bordil di provinsi Kherson, dimana terletak kota Odessa. Pada tahun 1908 konsul American di Odessa mengakui bahwa seluruh bisnis prostitusi dikuasai oleh yahudi. Dari 5127 pelacur yang terdaftar, 1122 di antaranya, atau 22% adalah yahudi. Padahal populasi yahudi di Ukraina saat itu hanya 4%.
Rabbi Rosenak dari Jerman menulis tahun 1902 bahwa separoh dari seluruh pelacur di Jerman adalah yahudi.
Pelacuran yahudi berkembang pesat di seluruh kerajaan Austro-Hungarian. Para germo yahudi banyak mempekerjakan wanita kulit putih kriten sebaimana wanita yahudi sendiri. Sebagian besar dari mereka diperdaya terlebih dahulu, sebagian kecil lainnya merelakan diri menjadi pelacur. Salah seorang germo yahudi yang terkenal adalah Madame "Lucky” Sarah, yang disebut “beruntung” karena bisa menjalankan bisnis prostitusi skala besar, termasuk membangun jaringan internasional yang berbasis di Hungaria. Gadis-gadis Hungaria dianggap sebagai gadis paling menarik, terutama dengan leher dan bahunya yang tinggi.
Germo “besar” terkenal lainnya adalah Sarah Grossman, wanita yahudi yang memiliki sebutan "The Turk" karena menguasai bisnis prostitusi antara Hungaria hingga Konstantinopel, Turki. Dua kota kerajaan prostitusi saat itu adalah Czernowitz dan Lemberg. Pada tahun 1892 kerajaan Hongaria mengadili para germo yahudi yang kemudian memicu sentimen anti-yahudi di Hongaria kala itu.
Salah satu upaya germo yahudi dalam menjerat calon pelacur adalah dengan menggunakan upacara perkawinan ala-yahudi yang disebut stillah chuppah. Calon korban prostitusi yang mengira telah mendapatkan suami idaman, ternyata justru dijerumuskan ke dalam lembah hina sebagai pelacur. Sebagian besar pelacur yahudi terjebak karena modus ini. Mereka dijebak oleh orang se-etnis sendiri, di antaranya bahkan para rabbi alias pemuka agama yahudi.
Setelah industri film Hollywood berkembang, muncullah artis-artis top ber-type pelacur wanita yahudi, “jewess”, yang lebih dikenal dengan sebutan femme fatale atau juga disebut “the Vamp”: Theda Bara, nama asli yahudinya Theodosia Goodman, 1885–1955, artis film bisu Hollywood yang terkenal sebagai femme fatale.
Selanjutnya Dr Lasha meminta teman koresponden wanitanya yang berdarah yahudi untuk lebih berintrospekdi daripada mengumbar tuduhan anti-semit kepada orang-orang yang kritis terhadap tindak-tanduk orang-orang yahudi. Meski demikian Dr Lasha tidak memandang negatif semua yahudi, hanya para pemimpin yahudi yang telah menghancurkan reputasi umat yahudi, termasuk para pemimpin agamanya.
“Tidak ada kelompok manusia lain yang sedemikian terobsesi dengan seks selain para rabbi yahudi orthodok. Seluruh agama-agama di dunia menjaga moral yang tinggi sebagai jalan keselamatan yang ditawarkannya, kecuali agama yahudi. Hanya agama yahudi yang kitab sucinya, Perjanjian Lama dan Talmud secara vulgar menulis kata-kata porno seperti (ma’af) puting susu, penis, zakar, pelacur hingga mani.
Ini adalah sebagian dari isi kitab Perjanjian Lama:
There she lusted after her lovers whose genitals were like those of donkeys and whose emission was like that of horses. So you longed for the lewdness of your youth when in Egypt your bosom was caressed and your young breasts fondled. (Ezekiel 23: 20-21).
Dan jika kita membaca kita Talmud (kitab ini ditulis oleh para pemuka yahudi, tapi kemudian dianggap lebih sakral dibandingkan kitab yang diturunkan Tuhan kepada Nabi Musa (Taurat/Torah) dan Nabi Daud (Zabur)) kita akan memasuki dunia pornografi dengan aktornya para pemuka agama yahudi (rabbi).
Salah satu cerit dalam Talmud adalah sbb: “Mereka berkata bahwa Rabbi Elazar ben Dordia tidak pernah meninggalkan satu rumah bordil pun untuk tidak dikunjunginya. Suatu hari ia mendengar ada rumah bordil baru yang terletak di pinggir pantai. Rabbi Elazar pun segera mengumpulkan uangnya dan mengarungi tujuh sungai untuk menuju rumah bordil itu.” (Tractate Avodah Zara 17a).
Cerita lainnya: “Pada suatu masa ada seorang laki-laki yang mendengar adanya seorang pelacur di rumah bordil di tepi pantai yang tarifnya 400 koin emas. Laki-laki itu membawa 400 koin emas miliknya untuk mendapatkan pelacur itu. Saat ia masuk ke kamar, pelacur itu duduk di ranjangnya dengan keadaan telanjang.” (Tractate Menachot, 44a).
Kitab Talmud dipenuhi dengan cerita-cerita semacam itu, tentang para rabbi dan muridnya yang keluyuran ke rumah-rumah bordil. Dan karena istilah pornografi artinya adalah “menulis tentang pelacuran atau perzinahan”, maka Talmud adalah sebuah kitab porno.
Kitab Talmud juga mentolerir tindakan pedhopilia (berhubungan seks dengan anak kecil).
Satu kisah lainnya dalam Talmud menceritakan seorang calon pendeta muda yahudi yang menyusup ke kamar tidur sang Rabbi untuk mengintip gurunya itu melakukan hubungan seks dengan istrinya. Saat ketahuan dan sang Rabbi memarahinya dan mengusirnya pergi. Namun sang murid menolak. “Saya tidak akan pergi. Biarkan saya belajar tentang apa yang diajarkan Torah.” (The Passionate Talmud, Introduction, p. 1)
Pada bagian lainnya Talmud mengajarkan Another bestiality (berhubungan seks dengan binatang). Disebutkan para janda dilarang memelihara anjing piaraan karena dikhawatirkan akan melakukannya dengan anjingnya. Lebih jauh bahkan Talmud mendiskusikan tentang ukuran alat vital laki-laki.
Ilana Hammerman dalam bukunya In Foreign Parts: Trafficking in Women in Israel menulis tentang industri seks di Israel dan menyebutnya sebagai yang terbesar di dunia. Disebutkan dalam buku itu, ribuan gadis-gadis Rusia dan Eropa Timur diculik untuk kemudian dijebloskan ke rumah-rumah bordil di Israel. Kekurangan makanan dan tinggal di rumah bordil yang kumuh, gadis-gadis itu (umumnya beragama Kristen Katholik) kadang dipaksa melayani tamu hingga 60 orang sehari. Salah satu tipe lelaki hidung belang langganan mereka adalah para rabbi yang meniduri mereka dengan masih menggunakan kopiahnya.
Sebagian temuan Hammerman dalam bukunya:
“I had a very famous rabbi who would come and order a girl to have sex with him in the doggie position, and would ask her to bark," a former brothel owner testified at a [Knesset] parliamentary committee. One of the working women, presented as a devout Christian, expresses an aversion to her religious clients: "They had a big black hat and under it [another] little black hat and they were real perverts.”
Menurut film dokumentasi CNN tahun 1998, Israel adalah negeri penikmat pelacuran per-kapita terbesar di dunia. Setiap bulan tercatat terjadi satu juta kali kunjungan ke tempat pelacuran oleh para lelaki Israel. Ribuan wanita diculik setiap tahunnya dari Rusia, Ukraine, Moldavia, Uzbekistan dan bahkan China untuk dijual sebagai budak sek di Israel.
Mengomentari dokumentasi CNN tersebut Jonathan Rosenblum, seorang komentator televisi Israel mengatakan, “Orang-orang pembenci yahudi (anti semit) menuduh kita sebagai penyebar seks bebas dan seks menyimpang. Kini kita dengan senang hati mengakui hal itu.”
Seorang penulis yahudi, David Weinberg dalam sebuah artikel berjudul “Not So Holy Land” tentang pelacuran di Israel tahun 1998, menulis, “Kondisinya sedemikian buruknya sehingga cukup untuk membuat Anda menangis sedih, atau muntah karena malu.”
Woody Allen, sutradara film berdarah yahudi, dituduh istrinya sendiri, Mia Farrow, telah melakukan pelecehan seks terhadap anak angkatnya yang masih berumur 7 tahun bernama Dylan. Woody dengan tenang membantah tuduhan itu dan berkata, “Saya hanya berhubungan seks dengan orang yang saya cintai.” Woody adalah pendukung setia temannya sesama sutradara film berdarah yahudi, Roman Polansky yang melarikan diri ke Swiss setelah dituduh melakukan pemerkosaan terhadap seorang gadis kecil di Amerika.
Hope Weissman, seorang professor berdarah yahudi di Wesleyan University di Connecticut, adalah profesor pertama yang mengajarkan kepada mahasiswanya tentang pornography dengan cara melihat gambar-gambar majalah porno serta melihat pertunjukan tari telanjang oleh seorang artis porno berdarah yahudi, Annie Sprinkle. Puncaknya para mahasiswa satu demi satu diperintahkan untuk memandang dari dekat (dilengkapi dengan lampu senter), alat kewanitaan Annie.
Pada tahun 2001, seorang profesor yahudi lainnya, Peter Singer, menulis artikel berjudul “Heavy Petting” di Princetown University, menyarankan orang untuk mencoba berhubungan seks dengan anjing. Pada tahun yang sama sebuah berita menghebohkan muncul di Inggris tentang sebuah pertunjukan tari telanjang di sebuah sinagog.
“Saya adalah mesin seks. Saya bisa mengubah sepotong kayu menjadi sesuatu yang merangsang syahwat,” kata seorang host radio terkenal Amerika berdarah yahudi, Howard Stern suatu ketika.
Satu hal yang pasti, suatu kaum yang bercampur dengan sebagian orang yahudi, bagaimana pun tingginya standar moral kaum tersebut, dalam waktu singkat dapat dipastikan berubah menjadi kaum yang hancur moralnya. Sepanjang sejarah dipenuhi oleh hal-hal seperti itu: Romawi, Inggris, Perancis, Rusia, Turki, Eropa, Amerika dlsb. Hal serupa kini tengah terjadi di Indonesia meski dengan proses yang relatif lambat. Lihat saja acara-acara hiburan televisi yang dipenuhi oleh para pelaku free sex, bencong dan homoseks.
Apa kabar Luna Maya-Ariel-Cut Tari? Oh ya siapa ya ibundanya Luna Maya, bule wanita yang menyarankan Luna untuk menjalani hidup bersama tanpa nikah dengan Ariel? Dan siapa pula suami Cut Tari, setengah bule yang tetap enjoi meski istrinya ditiduri orang dan ditonton jutaan orang? Kalau bukan yahudi, saya berhenti menulis di blog ini.
Sunday, 5 September 2010
Ahmadinejad Kembali Peringatkan Israel
Rakyat Iran dan Palestina Peringati Hari Al Quds Internasional
Puluhan ribu rakyat Iran berkumpul di ibukota Iran, Teheran, Jumat (3/9) menyambut peringatan Hari Al Quds Internasional yang diadakan untuk memberikan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina merebut tanah airnya dari pendudukan Israel. Pada saat yang sama puluhan ribu rakyat Palestina juga memperingati Hari Al Quds di Masjidil Agsa, Jerussalem.
Peringata Hari Al Quds di Teheran dipimpin oleh Presiden Iran Ahmadinejad dan dihadiri oleh seluruh pemimpin tertinggi Iran, termasuk dari kalangan moderat seperti mantan presiden Rafsanjani. Ahmadinejad dalam sambutannya kembali memberi peringatan keras terhadap Israel atas pendudukannya terhadap bumi Palestina. Menurut Ahmadinejad rakyat Timur Tengah mampu untuk menyingkirkan Israel dari muka bumi.
"Jika para pemimpin di wilayah ini tidak mempunyai keberanian, maka rakyat sanggup untuk menghapuskan Israel dari muka bumi ini," kata Ahmadinejad yang disambut dengan seruan "Mampuslah Amerika dan Israel!" oleh khalayak ramai.
Ahmadinejad menambahkan dalam pidatonya bahwa pembicaraan "damai" Palestina-Israel yang mulai diadakan di Washington, Kamis (2/9) setelah selama 20 bulan terhenti karena pelanggaran Israel membangun pemukiman yahudi di wilayah pendudukan, kambali akan mengalami kegagalan. "Apa yang mereka inginkan untuk dirundingkan? Atas nama siapa mereka berunding? Apa saja yang akan mereka rundingkan?" kata Ahmadinejad menyinggung legalitas Mahmoud Abbas yang telah setahun lebih menduduki jabatan Presiden Otoritas Palestina tanpa melalui proses demokratis. Dua kali Abbas memperpanjang sendiri masa jabatannya sementara ia terus menunda diadakannya pemilihan umum.
Selain masalah legalitas Mahmoud Abbas, perundingan itu sendiri mendapat tantangan keras dari rakyat Palestina dan timur tengah, termasuk perdana menteri Palestina yang sah, Ismael Haniyeh, karena Israel belum memenuhi komitmen awal untuk menghentikan pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan.
"Siapa yang memberi mereka hak untuk menjual tanah Palestina? Rakyat Palestina dan Timur Tengah tidak akan mengijinkan mereka menjual sejengkal pun bumi Palestina kepada musuh," kata Ahmadinejad.
Sebelumnya dalam sebuah pidato di Tehran University yang diadakan Kamis (2/9) dan dipublikasikan oleh kantor berita lokal, IRNA, Ahmadinejad mengatakan bahwa "Israel membahayakan nilai-nilai budaya masyarakat internasional karena ambisi penjajahan dan kemenangan."
Menurut laporan media-media massa Iran, jutaan warga Iran berpartisipasi memperingati Hari Al Quds Internasional di seluruh penjuru Iran. Warga Iran, di samping Palestina, memang sangat antusias memperingati hari itu karena hari peringatan itu "diresmikan" oleh mantan pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Khomeini. Hari Al Quds diperingati setiap hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan.
Di Palestina
Sementara itu pada saat yang hampir bersamaan, puluhan ribu warga Palestina juga memperingati Hari Al Quds yang diadakan di kawasan Masjidil Aqsa yang dijaga ketat oleh tentara Israel. Menurut keterangan orotoritas Israel jumlah yang mengikuti peringatan tersebut antara 160.000 - 170.000. Namun otoritas Masjid Al Aqsa mengatakan jumlahnya lebih dari 200.000.
Dalam pidato yang disampaikan setelah sholat Jumat, Imam masjid Al Aqsa Sheikh Yusef Abu Sneineh mengkritik pembicaraan damai di Washington sebagai sebuah "dagelan". Menurut Sheikh Yusuf Israel berusaha "menjinakkan" negara-negara Islam sembari terus melakukan aksi kolonialisasi atas wilayah pendudukan Palestina.
Peringatan serupa juga diadakan di Jalur Gaza, wilayah yang dikuasi oleh faksi pemenang pemilu demokratis, Hamas dengan pemimpinnya Perdana Menteri Ismael Haniyeh. Dalam peringatan yang dihadiri oleh para pejabat Hamas dan faksi-faksi perlawanan Palestina lainnya itu dikeluarkan seruan untuk lebih banyak dilakukan serangan terhadap Israel, menyusul serangan terhadap pemukim yahudi di Tepi Barat yang mengakibatkan kematian empat pemukim yahudi.
"Jerusalem tidak akan bisa dibebaskan dengan perundingan, melainkan dengan jihad dan perlawanan bersenjata," kata pejabat senior Hamas kepada khalayak ramai seraya menyebutkan perundingan dengan Israel yang dilakukan Mahmoud Abbas adalah sebuah kejahatan.
Sebagaimana hari-hari Jumat sebelumnya, pasukan Israel melakukan pembatasan terhadap jamaah muslim yang hendak sholat di Masjid Al Aqsa, yaitu hanya mengijinkan jemaah yang berumur di atas 50 tahun bagi kaum laki-laki dan di atas 40 tahun untuk jemaah wanita. Jumlah tentara Isreal yang melakukan penjagaan di areal Al Aqsa mencapai 2.000 orang.
Thursday, 2 September 2010
MENGAPA TAKUT PADA MALAYSIA
Pada tahun 1521 sebuah armada besar Kerajaan Islam Demak berlayar dari pelabuhan Jepara menuju Malaka. Dari jumlah kapal yang turut berlayar, ukuran kapal serta persenjataan yang dibawa, armada yang berangkat itu adalah sebuah armada raksasa untuk ukuran saat itu. Kapal-kapal dalam armada tersebut dilengkapi dengan senjata meriam api cetbang, senjata yang pada masa kejayaan Majapahit merupakan senjata paling canggih di dunia. Dengan senjata itu pula Majapahit muncul sebagai kerajaan maritim terkuat di dunia pada saat itu.
Tujuan armada Demak tersebut adalah membebaskan kerajaan Islam Malaka yang merupakan keturunan dari kerajaan Islam Samodra Pasai di Aceh, dari pendudukan penjajah Portugis. Sejak masa kerajaan Sriwijaya, Singasari, Majapahit hingga Demak, semenanjung Malaka merupakan wilayah kekuasaan raja-raja Nusantara (Indonesia).
Portugis, bersama dengan Spanyol saat itu adalah kerajaan superpower di dunia karena persenjataan meriam ledaknya (berbeda dengan cetbang yang hanya bisa membakar, meriam ledak Portugis bisa menghancurkan kapal yang dikenainya). Setelah kalah oleh kerajaan Tuban (penerus kekuasaan Majapahit sebelum Demak) dalam perang memperebutkan Tuban serta terusir dari Jakarta oleh kekuatan militer Demak, Portugis akhirnya mengalihkan kekuatannya merebut Malaka sebagai kota pelabuhan yang strategis di Selat Malaka.
Melihat Malaka dikuasai Portugis, tentu saja Demak sebagai penguasa Nusantara tidak mau diam berpangku tangan. Maka dikirimkanlah armada besar sebagaimana disebutkan di atas. Dalam menghadapi pertempuran di Malaka, Demak menggalang kekuatan kerajaan-kerajaan bawahannya di Nusantara seperti kerajaan Bugis, Aceh, Melayu termasuk tentunya sisa-sisa pasukan kerajaan Malaka. Pasukan koalisi Nusantara dipimpin oleh Sultan Demak, Pati Unus.
Tidak berlebihan jika dikatakan Perang Malaka tahun 1521 adalah salah satu perang laut terbesar sepanjang sejarah karena melibatkan dua kekuatan laut terbesar di dunia pada masa itu.
Memang pada akhirnya pasukan koalisi Nusantara kalah melawan armada laut Portugis yang lebih canggih persenjataannya. Pati Unus sendiri tewas dalam peertemupran itu. Namun serbuan Demak terhadap Malaka, plus pengalaman kekalahan di Tuban dan Jakarta membuat Portugis yang sekali lagi adalah negara superpower dunia, sadar diri untuk tidak meluaskan kekuasaannya ke Nusantara. Lagipula Demak sama sekali belum runtuh. Di masa pemerintahan Sultan Trenggono pengganti Adipati Unus, Demak mencoba sekali lagi untuk merebut Malaka, meski gagal karena kematian Sultan Trenggono dalam perang meluaskan pengaruh Islam ke ujung timur Pulau Jawa. Sebagian pasukan ekspedisi yang sempat dikirim ke Malaka bermarkas di daerah yang kini bernama Trengganu, nama turunan dari Sultan Trenggono.
Maksud tulisan ini adalah mengingatkan kembali kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa kita adalah bangsa yang kuat. Kita telah membuat gentar Portugis dengan militansi banga ini. Kita pernah mengalahkan tentara Mongol yang pada masanya adalah tentara paling kuat di dunia, yang telah menaklukkan Cina, Eropa dan kekhalifahan Abassiyah di Baghdad, sehingga banga Cina pun tidak pernah berani melakukan aksi militer di Nusantara meski memiliki armada laut yang kuat di bawah kepemimpinan Laksamana Cheng Ho. Lebih jauh Indonesia bahkan mengalahkan kekuatan kolonialis-imperalis Belanda-Jepang-Inggris serta kekuatan komunisme. Hanya Indonesia, satu-satunya negara di dunia bisa malakukan kekuatan kolonialis dan komunis sekaligus.
Malaysia? Negara bekas taklukan Indonesia itu kemerdekaannya saja diberi oleh Inggris. Malaysia adalah bangsa yang tidak pernah mengalami peperangan. Kita akan ajarkan Malaysia bagaimana cara berperang agar mereka menjadi lebih dewasa, bukan mental orang kaya baru sebagaimana menjangkiti sebagian besar rakyat Malaysia saat ini.
Tapi sayangnya harapan itu tidak mungkin tercapai selama Indonesia dipimpin oleh pemimpin korup yang lebih mementingkan kepentingan asing daripada memajukan rakyat sendiri. Dan selama itu pula Indonesia, bangsa yang kaya dengan SDM unggul dan kekayaan alam yang melimpah, tetap dipandang remeh oleh bangsa lain, bahkan oleh bangsa Malaysia sekali pun.
Lihatlah bagaimana presiden Indonesia, karena takut tidak bisa menghidupi 2 juta rakyatnya yang menjadi TKI di Malaysia, membiarkan harga diri seluruh bangsa besar ini diinjak-injak Malaysia, bekas negara taklukan Indonesia itu. Padahal dengan kecerdasan minimal saja, masalah 2 juta TKI itu bisa diselesaikan dengan mudah. Buat jalan trans Kalimantan, buka ladang dan kebun di sana, maka 2 juta TKI itu akan terserap tenaga kerjanya. Belum lagi Irian Jaya, surga sumber daya alam yang belum terjamah.
Kenapa itu semua tak dilakukan? Karena para pemimpin kita hanya menjalankan peran sebagai pelayan kepentingan asing. Mereka tidak mau membangun infrastuktur di Kalimantan, Irian, Sulawesi, dan Sumatera karena akan membuat Indonesia maju dan orang-orang asing itu takut dengan bangsa Indonesia yang maju. Mereka lebih memilih membangun Jembatan Suramadu untuk dijadikan obyek wisata daripada jembatan Selat Sunda yang jauh lebih strategis nilainya. Mereka tidak mau membatasi penjualan mobil asing di Indonesia dan menyediakan sistem transportasi massal yang nyaman dan aman, karena komisi besar yang mereka terima dari industri mobil Jepang, Eropa dan Amerika. Meski oleh karenanya kota-kota besar di Indonesia menjadi macet dan kotor karena polusi. Mereka lebih memilih membangun gedung DPR triliunan rupiah daripada insfrastruktur, meski untuk itu APBN menjadi defisit dan harus dipenuhi dengan hutang luar negeri yang menjerat leher anak cucu.
Jangan-jangan bahkan para pemimpin itu mendapatkan dana sumbangan dari perusahaan-perusahaan Malaysia dalam masa kampanye lalu.
Wednesday, 1 September 2010
ANDAI SAJA RUDOLF HESS BERHASIL
Keterangan: Rudolf Hess (lingkaran) bersama dengan Hitler dan kawan-kawan di masa perjuangaa tahun 1920-an. Sebelah kanan bawah foto Hess saat diadili di Nurenburg.
Sumber dan foto: incogman.net
Glasgow, Skotlandia, 10 Mei 1941 malam. Seorang pilot Jerman terbang dengan pesawat Messerschmidt ME 110 di tengah udara malam yang dingin, menembus sistem pertahanan udara Inggris yang tengah siaga penuh di tengah perang dunia II yang tengah berkecamuk. Namun meski sang pilot adalah seorang pilot yang berpengalaman tinggi, veteran pilot tempur dalam Perangn Dunia I, namun tetap saja pesawatnya tidak mampu bertahan terlalu lama dari kejaran pesawat Splitfire dan battere pertahanan udara Inggris. Maka beberapa mil dari tujuan akhirnya, pilot tersebut melompat dari cockpit dan mendarat dengan parasut.
Sebagian dari Anda mungkin sudah mendengar Rudolf Hess, nama pilot tersebut di atas dan petualangan yang misteriusnya itu. Namun sama seperti saya, Anda pasti hanya pernah mendengar nama itu sekilas karena memang nama itu jarang disebutkan dalam buku-buku sejarah, meski apa yang dilakukannya itu sebenarnya memiliki arti yang sangat besar. Dan kalaupun ada artikel ataupun buku sejarah yang menulis tentang Hess, semuanya ditulis dalam perspektif yang tidak fair, yaitu selalu digambarkan sebagai sosok yang “kesehatan jiwanya terganggu”.
Rudolf Hess sama sekali bukan orang yang jiwanya “kurang sehat”. Ia orang yang sangat cerdas dengan fisik yang sangat prima. Mantan pilot pesawat tempur dan memiliki pangkat tinggi dalam kemiliteran maupun politik Jerman. Ia adalah orang terkuat ketiga Jerman pada masa itu, seorang deputi pemimpin tertinggi Jerman, Adolf Hitler. Setelah Hitler, kedudukannya hanya dikalahkan oleh Herman Goerring, Panglima Angkatan Udara Jerman.
Setelah meloncat dari pesawatnya, Hess mengalami kesulitan mendarat di kegelapan daerah yang masih asing baginya. Akibatnya parasutnya tersangkut pohon dan kakinya cedera. Dan alih-alih berhasil menemui orang-orang yang sedang menunggunya di sebuah kastil di Skotlandia, Hess ditawan oleh tentara Inggris dan dimasukkan ke penjara di Tower of London untuk menjalani “perawatan mental”.
Hitler yang “malu” dengan kabar tertangkapnya Rufolf Hess, terpaksa mengelak dari anggapan telah merestui missi Hess untuk pergi ke Inggris. Hess pun harus menghadapi nasibnya sendiri. Setelah menjalani masa penahanan yang sangat lama, termasuk menjalani terapi cuci otak yang intensif, Hess diadili di pengadilan perang di Nurenberg. Setelah itu ia menjalani hukuman penjara seumur hidup di penjara Spandau, Inggris hingga meninggal karena “bunuh diri” sehari sebelum penutupan penjara Spandau.
Di antara interogator Hess adalah psikiater dari Tavistock Institute, John Rawlings Rees. Sampai sekarang institut ini masih berdiri, melakukan manipulasi psikologi publik untuk kepentingan kaum kapitalis global. Hebatnya Tavistock Institute berani mengklaim diri dan disetujui oleh media massa sebagai sebuah yayasan sosial.
Untuk memahami apa motif Hess sebenarnya melakukan misi rahasia yang berbahaya ke Inggris itu kita harus melihatnya dari perspektif yang luas. Saat itu Hitler baru saja “membebaskan” tentara ekspedisi Inggris yang terjebak di Dunkirk, Perancis, untuk pulang dengan selamat ke negerinya. Seandainya Hitler menginginkan, seluruh pasukan yang jumlahnya mencapai 300.000 dan menjadi tulang punggung pasukan Inggris saat itu dihancurkan dengan mudah. Tapi Hitler tidak melakukannya, karena bagi Hitler Inggris tidak dianggap sebagai musuh. Musuh sebenarnya Hitler adalah Uni Sovyet Rusia yang telah menderita infeksi komunisme yahudi. Itulah sebabnya Hitler bermaksud mengadakan perdamaian dengan Inggris agar bisa memusatkan kekuatan militernya membebaskan rakyat Rusia dari cengkraman komunisme yahudi.
Di sisi lain, meski Inggris sudah diinfeksi sedemikian akut oleh yahudi, masih terdapat banyak orang berpengaruh yang menentang perang. Di antara figur-figur penentang perang itu adalah Chamberlein, perdana menteri yang dipecat dari jabatannya karena enggan berperang melawan Jerman dan Duke of Hamilton, adik kandung raja George VI. Dengan merekalah sebenarnya Hess akan bertemu untuk membicarakan tawaran damai dari Hitler.
Sekedar catatan, selain menguasai ekonomi dan perbankan, orang-orang yahudi pernah diusir dari Inggris pada awal abad XIII berhasil mendudukkan orang-orang Jerman bonekanya sebagai raja Inggris, yaitu Raja George I dan keturunannya yang menduduki tahta kerajaan Inggris hingga sekarang. Selain Gereja Katholik Vatican, Kerajaan Inggris adalah kekuatan yang paling diincar yahudi untuk ditaklukkan, dan sepanjang sejarahnya Inggris dipenuhi dengan berbagai konspirasi yahudi untuk menaklukannya. Di antara konspirasi itu adalah Perang Sipil yang berujung pada penghukuman mati raja Charles I pada awal abad XVI, duduknya William Orange, orang Belanda, sebagai raja Inggris, duduknya Raja George I dan keturunannya dari Jerman sebagai raja Inggris, dan pembentukan Bank of England sebagai bank sentral pertama di dunia.
Sejarahwan Allesandro De Felice pernah menulis tentang beberapa tawaran perdamaian Hitler kepada Inggris, di antaranya adalah penarikan mundur pasukan Jerman dari medan perang Eropa Barat mencakup seluruh wilayah pendudukan Jerman di Perancis, Belanda, Belgia, Norwegia, Denmark, Yugloslavia dan Yunani, kecuali dua provinsi Perancis dan Luxemburg yang secara tradisi adalah wilayah Jerman. Sebaliknya Jerman meminta Inggris untuk tidak campur tangan dalam urusan Jerman dengan negara-negara Eropa timur, khususnya Rusia.
Seandainya publik Inggris mengetahui tawaran Hitler yang dibawa oleh Hess, mungkin Perang Dunia II berakhir lain. Tidak perlu ada 60 juta orang yang tewas karena perang, termasuk 418.000 tentara Amerika.
Pengadilan, penahanan dan kematian Hess dipenuhi dengan misteri. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup meski tidak pernah malakukan kejahatan perang. Di dalam penjara ia diperlakukan istimewa hingga keluarga sekalipun tidak diijinkan mengunjunginya. Ia juga tidak pernah mendapatkan pengurangan hukuman meski rekan-rekan sepenjaranya satu demi satu dibebaskan dari tahanan. Dan akhirnya sebulan sebelum penutupan penjara Spandau pada tahun 1987, Hess ditemukan tewas “bunuh diri”. Saat itu Hess sudah berumur 93 tahun, terlalu tua untuk melakukan tindakan bunuh diri. Sementara itu orang-orang anti perang di Inggris satu demi satu ditangkapi atau meninggal secara misterius, seperti Duke of Hamilton yang meninggal sebulan setelah tertangkapnya Hess.
Cerita tentang Hess tentu sangat menarik untuk didokumentasikan oleh History Channel atau difilmkan oleh produser Hollywood. Namun orang-orang yahudi kapitalis global penguasa dunia tentu tidak ingin masyarakat umum tahu kebenaran cerita Hess. Mereka ingin kita tetap bodoh.
Subscribe to:
Posts (Atom)