Angkatan laut Iran dan Rusia akan melakukan latihan perang bersama di Laut Kaspia tahun ini. Latihan bersama ini merupakan yang kedua kalinya setelah sebelumnya dilakukan tahun 2009 dengan melibatkan sekitar 30 kapal perang dari kedua negara.
Demikian pengumuman yang dikeluarkan Deputi Panglima Armada Laut Kaspia Rusia Nikolai Yakubovsky setelah mengadakan pertemuan dengan komanda armada laut Iran yang bertamu ke kota pelabuhan Astrakhan, Jum'at (28/6) sebagaimana dilaporkan media Rusia "RIA Novosti".
Iran telah mengirim 2 kapal berpeluru kendali buatan domestik ke Astrakhan, Laut Kaspia, sebagai bagian dari peningkatan kerjasama militer kedua negara. Selama kunjungan tersebut para perwira AL Iran mengadakan kunjungan ke berbagai fasilitas militer Rusia di kota sekitar serta mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat dan perwira tinggi Rusia.
Kunjungan kapal-kapal perang Iran tersebut merupakan balasan dari kunjungan kapal-kapal perang Rusia dari Armada Pasifik, ke pelabuhan Bandar Abbas, tgl 21 April lalu. Armada kecil Rusia itu terdiri dari destroyer anti-kapal selam "Admiral Panteleyev", dan kapal logistik "Peresvet" dan kapal pengangkut "Admiral Nevelskoi" dengan jumlah personil mencapai 712 orang Kapal-kapal tersebut selanjutnya berlayar ke Laut Tengah untuk mengaktifkan kembali Armada Laut Tengah Rusia yang dinon-aktifkan setelah runtuhnya UNi Sovyet.
Sunday, 30 June 2013
PEMBERONTAK SYRIA SEMBELIH PENDETA DAN ASISTENNYA
Aksi brutal kembali dipertontonkan oleh para pemberontak Syria. Seorang pendeta dan 2 orang asistennya disembelih oleh para pemberontak di depan publik dengan menggunakan pisau komando di pinggiran kota Idlib, Syria. Menurut sumber-sumber di Gereja Orthodox Syria, pendeta malang tersebut bernama François Murad, namun belum diketahui nama 2 asistennya tersebut.
Kepala-kepala yang terpotong diletakkan di atas kursi untuk dipertontonkan kepada publik dan selanjutnya dipasangkan kembali ke jasadnya. Gereja tempat mereka mengabdikan hidupnya dibakar dan barang-barangnya dijarah.
Aksi brutal ini menggemakan kembali berbagai aksi-aksi brutal yang dilakukan para pemberontak sebelumnya yang mengikuti seruan para ulama takfiri-wahabi seperti Yusuf Qardhawi, termasuk pembantaian terhadap seluruh penghuni sebuah perkampungan Kristen di kawasan Kota Homs bulan lalu, ketika pemberontak melarikan diri dari Al Qusayr. Sampai saat inipun 2 orang pendeta Kristen yang diculik pemberontak di Aleppo beberapa waktu lalu, masih belum diketahui nasibnya.
Pemberontak memang sering menyasar orang-orang Kristen dan kelompok-kelompok minoritas lainnya seperti orang-orang Alawi, Kurdi dan Druze yang umumnya memilih menjadi pendukung regim Bashar al Assad daripada diperintah oleh para teroris pemberontak. Namun orang-orang Shiah merupakan sasaran utama pemberontak. Minggu lalu misalnya, pemberontak membantai lebih dari 60 orang Shiah di Hatla. Sejak itu berbagai laporan aksi-aksi brutal dari rumah ke rumah yang dilakukan pemberontak bermunculan.
Bulan ini dunia menyaksikan eskalasi kebrutalan para pemberontak Syria yang seluruh dunia mengetahui mendapatkan dukungan dana dan senjata dari Amerika, negara-negara Eropa, Saudi, Qatar dan Turki. Kebrutalan-kebrutalan tersebut mengiringi berbagai laporan pengiriman senjata-senjata baru ke tangan pemberontak menyusul terpukul mundurnya para pemberontak dari al Qusayr.
Kepala-kepala yang terpotong diletakkan di atas kursi untuk dipertontonkan kepada publik dan selanjutnya dipasangkan kembali ke jasadnya. Gereja tempat mereka mengabdikan hidupnya dibakar dan barang-barangnya dijarah.
Aksi brutal ini menggemakan kembali berbagai aksi-aksi brutal yang dilakukan para pemberontak sebelumnya yang mengikuti seruan para ulama takfiri-wahabi seperti Yusuf Qardhawi, termasuk pembantaian terhadap seluruh penghuni sebuah perkampungan Kristen di kawasan Kota Homs bulan lalu, ketika pemberontak melarikan diri dari Al Qusayr. Sampai saat inipun 2 orang pendeta Kristen yang diculik pemberontak di Aleppo beberapa waktu lalu, masih belum diketahui nasibnya.
Pemberontak memang sering menyasar orang-orang Kristen dan kelompok-kelompok minoritas lainnya seperti orang-orang Alawi, Kurdi dan Druze yang umumnya memilih menjadi pendukung regim Bashar al Assad daripada diperintah oleh para teroris pemberontak. Namun orang-orang Shiah merupakan sasaran utama pemberontak. Minggu lalu misalnya, pemberontak membantai lebih dari 60 orang Shiah di Hatla. Sejak itu berbagai laporan aksi-aksi brutal dari rumah ke rumah yang dilakukan pemberontak bermunculan.
Bulan ini dunia menyaksikan eskalasi kebrutalan para pemberontak Syria yang seluruh dunia mengetahui mendapatkan dukungan dana dan senjata dari Amerika, negara-negara Eropa, Saudi, Qatar dan Turki. Kebrutalan-kebrutalan tersebut mengiringi berbagai laporan pengiriman senjata-senjata baru ke tangan pemberontak menyusul terpukul mundurnya para pemberontak dari al Qusayr.
QARDHAWI, SANG ULAMA TAKFIRI
A Nizami
Kabar Islam, 5 April 2013
========
Menurut Yusuf Qaradhawi, siapa pun yang berada di pihak Presiden Syria Bashar al Assad, entah itu militer, sipil, ulama, orang-orang bodoh harus dibunuh.
Kalau Qaradhawi memfatwa mati Assad sebagaimana dia memfatwa mati Qaddafi, masih dimaklumi, tapi dia memfatwa mati SEMUA PENDUKUNG ASSAD termasuk sipil, ULAMA, dan orang2 awam yang justru sebagian besar adalah Muslim Sunni seperti Syekh Al Buthi (ulama besar Syria yang dihormati umat Islam se-dunia termasuk Indonesia). Jadi tindakan Qaradhawi itu kekeliruan yang fatal yang harus dikoreksi. Tidak boleh dibiarkan/didiamkan karena menyangkut nyawa banyak manusia.
Entah benar atau tidak, yang jelas banyak ulama seperti Syeikh Al Buthi (84 thn) yang dituduh pemberontak berpihak pada Assad akhirnya tewas dibom di masjid bersama 49 jema’ahnya. Syaikh Hassan Saifuddin (80 tahun) secara brutal dipenggal kepalanya di bagian utara Kota Aleppo oleh sekelompok militan yang dibekingi pihak asing dan menyeret tubuhnya di jalanan. Kepalanya ditanam di menara sebuah masjid yang biasa digunakan untuk berkhotbah. Syaikh Saifuddin juga dikenal sebagai seorang anti-milisi, dan penentang perang yang sedang berkecamuk melawan pemerintah Suriah..
Sementara Imam-imam masjid lain ada yang mengungsi karena ada orang-orang bersenjata mencarinya. Persis seperti di Indonesia dulu saat PKI membunuhi para ulama. Yusuf Qaradhawi sebelumnya juga berfatwa halal untuk membunuh Qaddafi, dan Qaddafi sekarang tewas dibunuh.
Sesungguhnya sikap para ulama seperti Syekh Al Buthi adalah ijtihad yang sesuai syariah karena bughot/pemberontakan itu haram. Ini sudah dicontohkan oleh Nabi Musa yang hijrah menyeberang laut merah, Nabi Muhammad yg hijrah ke Madinah, serta para pemuda Ashabul Kahfi yg menyingkir ke gua.
Jadi kenapa mereka difatwa mati?
Nabi Muhammad saat Futuh Mekkah saja tidak mau membunuh Abu Sofyan yang jadi musuh utamanya. Begitu pula para pengikutnya. Jadi kalau ada ulama berfatwa untuk membunuh semua orang yg dianggap berpihak pada Assad, sesuaikah itu dgn Islam? Apa bedanya dia dgn Assad yg dia anggap kejam?
Pantaskah membunuh ulama/imam masjid yang berada di masjid? Nabi hanya membunuh musuhnya, para prajurit di medan perang. Bukan orang-orang sipil yang berada di tempat ibadah/masjid.
Bagaimana jika para pengikut ulama tsb membalas dengan membunuh Yusuf Qaradhawi dan ulama2 Ikhwanul Muslimin?
Sebelumnya Yusuf Qaradhawi berfatwa untuk membunuh Khaddafi:
Fatwa Syaikh Qardhawi: "Bunuh Muammar Gaddafi!" dan "Darah Gaddafi Halal!" Walhasil Khaddafi yang anti AS dan Israel tewas dan diganti dengan Boneka AS: Abdurrahim Al Kaib
Yusuf Qaradhawi juga pernah berfatwa tentang Zakat Profesi yang menurut jumhur Ulama seperti MUI adalah Bid’ah. Bahkan Yusuf Qaradhawi juga berfatwa halal mengucapkan Selamat Natal.
Buat pengikut Ikhwanul Muslimin, ketimbang berdebat dgn saya yg telah membawa dalil yg jelas dan taqlid buta kepada Qaradhawi, kenapa tidak menasehati ulamanya jika menyimpang? Seperti kata Yusuf Supendi (pendiri PKS yang kini membelot ke Hanura), jangan seperti orang Yahudi yg tidak berani mengkoreksi ulamanya sehingga ikut-ikutan salah.
Kabar Islam, 5 April 2013
========
Menurut Yusuf Qaradhawi, siapa pun yang berada di pihak Presiden Syria Bashar al Assad, entah itu militer, sipil, ulama, orang-orang bodoh harus dibunuh.
Kalau Qaradhawi memfatwa mati Assad sebagaimana dia memfatwa mati Qaddafi, masih dimaklumi, tapi dia memfatwa mati SEMUA PENDUKUNG ASSAD termasuk sipil, ULAMA, dan orang2 awam yang justru sebagian besar adalah Muslim Sunni seperti Syekh Al Buthi (ulama besar Syria yang dihormati umat Islam se-dunia termasuk Indonesia). Jadi tindakan Qaradhawi itu kekeliruan yang fatal yang harus dikoreksi. Tidak boleh dibiarkan/didiamkan karena menyangkut nyawa banyak manusia.
Entah benar atau tidak, yang jelas banyak ulama seperti Syeikh Al Buthi (84 thn) yang dituduh pemberontak berpihak pada Assad akhirnya tewas dibom di masjid bersama 49 jema’ahnya. Syaikh Hassan Saifuddin (80 tahun) secara brutal dipenggal kepalanya di bagian utara Kota Aleppo oleh sekelompok militan yang dibekingi pihak asing dan menyeret tubuhnya di jalanan. Kepalanya ditanam di menara sebuah masjid yang biasa digunakan untuk berkhotbah. Syaikh Saifuddin juga dikenal sebagai seorang anti-milisi, dan penentang perang yang sedang berkecamuk melawan pemerintah Suriah..
Sementara Imam-imam masjid lain ada yang mengungsi karena ada orang-orang bersenjata mencarinya. Persis seperti di Indonesia dulu saat PKI membunuhi para ulama. Yusuf Qaradhawi sebelumnya juga berfatwa halal untuk membunuh Qaddafi, dan Qaddafi sekarang tewas dibunuh.
Sesungguhnya sikap para ulama seperti Syekh Al Buthi adalah ijtihad yang sesuai syariah karena bughot/pemberontakan itu haram. Ini sudah dicontohkan oleh Nabi Musa yang hijrah menyeberang laut merah, Nabi Muhammad yg hijrah ke Madinah, serta para pemuda Ashabul Kahfi yg menyingkir ke gua.
Jadi kenapa mereka difatwa mati?
Nabi Muhammad saat Futuh Mekkah saja tidak mau membunuh Abu Sofyan yang jadi musuh utamanya. Begitu pula para pengikutnya. Jadi kalau ada ulama berfatwa untuk membunuh semua orang yg dianggap berpihak pada Assad, sesuaikah itu dgn Islam? Apa bedanya dia dgn Assad yg dia anggap kejam?
Pantaskah membunuh ulama/imam masjid yang berada di masjid? Nabi hanya membunuh musuhnya, para prajurit di medan perang. Bukan orang-orang sipil yang berada di tempat ibadah/masjid.
Bagaimana jika para pengikut ulama tsb membalas dengan membunuh Yusuf Qaradhawi dan ulama2 Ikhwanul Muslimin?
Sebelumnya Yusuf Qaradhawi berfatwa untuk membunuh Khaddafi:
Fatwa Syaikh Qardhawi: "Bunuh Muammar Gaddafi!" dan "Darah Gaddafi Halal!" Walhasil Khaddafi yang anti AS dan Israel tewas dan diganti dengan Boneka AS: Abdurrahim Al Kaib
Yusuf Qaradhawi juga pernah berfatwa tentang Zakat Profesi yang menurut jumhur Ulama seperti MUI adalah Bid’ah. Bahkan Yusuf Qaradhawi juga berfatwa halal mengucapkan Selamat Natal.
Buat pengikut Ikhwanul Muslimin, ketimbang berdebat dgn saya yg telah membawa dalil yg jelas dan taqlid buta kepada Qaradhawi, kenapa tidak menasehati ulamanya jika menyimpang? Seperti kata Yusuf Supendi (pendiri PKS yang kini membelot ke Hanura), jangan seperti orang Yahudi yg tidak berani mengkoreksi ulamanya sehingga ikut-ikutan salah.
Saturday, 29 June 2013
"KATAK TEROBSESI LEMBU" ITU NEGARA BAGIAN AMERIKA
Persis seperti telah menjadi pemberitaan media massa internasional beberapa waktu lalu, termasuk ditulis dalam blog ini, penguasa Qatar, Emir Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani secara resmi akhirnya mengundurkan diri dari kekuasaan dan menyerahkannya kepada putra mahkotanya Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Meski tentu saja tidak disebutkan secara resmi oleh pemerintah Qatar maupun Amerika, penyerahan kekuasaan tersebut sekaligus mengkonfirmasi rumor yang menyebutkan peran Amerika sebagai faktor penentu transfer kekuasaan tersebut.
"Anda menyerahkan kekuasaan kepada salah seorang putra Anda yang kami setujui, atau kami akan membekukan harta Anda di seluruh dunia," demikian ancaman seorang pejabat CIA yang menjadi penghubung antara pemerintah Amerika dan Qatar, kepada Emir Hamad bin Khalifa beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip berbagai media massa dunia termasuk blog ini.
Dan "perintah" itupun dipatuhi oleh Emir Qatar hari Selasa lalu (25/6) dan rakyatnya, termasuk ulama takfiri terkenal Yusuf Qardhawi, meski ia tahu apa yang terjadi bertentangan dengan hukum Islam ataupun prinsip dasar demokrasi modern.
"Saya sarankan Anda untuk melihat konstitusi Qatar. Itu adalah konstitusi dagelan. Pada Pasal 64 konstitusi itu ada 68 atau 69 kalimat tentang Emir. Ada satu bab khusus yang berbicara tentang emir, para pangeran dan penguasa. Pada dasarnya satu-satunya konstitusi di negeri ini adalah para penguasa," kata analis politik Timur Tengah Entifadh Qanbar dalam wawancara dengan Press TV tgl 25 Juni lalu, tentang perpindahan kekuasaan di Qatar.
"Jadi, menyerukan negara lain untuk menerapkan demokrasi, atau bersama-sama negara-negara barat menyerukan demokrasi di Syria, hal itu lebih tepat sebagai dagelan daripada realitas," tambahnya menyinggung tingkah polah Qatar yang mengklaim sebagai negara demokratis.
Tentang peran Amerika dalam politik Qatar, Entifadh Qanbar menyebutkan bahwa Amerika menganggap Qatar hanya sebagai kantor "Public Relation" yang berada di kawasan Teluk Parsi.
"Ini bukan sebuah negara dalam arti sebenarnya, dan tanpa bermaksud menyinggung rakyat Qatar, pemerintahan mereka bukanlah pemerintahan yang semestinya. Pada dasarnya Emir Qatar adalah seorang "menteri" dalam kabinet pemerintahan Amerika, yang menempatkan kekuatan besarnya pada Central Command (CENTCOM, pusat komando militer Amerika di Timur Tengah yang bermarkas di Qatar) dan juga memproses proyek-proyek untuk negara-negara di Timur Tengah dan Israel."
Berbagai analisa mengiringi penyerahan kekuasaan di Qatar. Beberapa analis memperkirakan Amerika menganggap Qatar telah membuat Amerika kesulitan mengontrol gerakan pemberontakan di Syria karena terlalu agresif menggelontorkan bantuan pada para teroris di Syria. Analisa lainnya menyebutkan adanya desakan Saudi, melalui Amerika, yang tidak senang dengan ambisi Qatar untuk menjadi "pemain utama" perpolitikan Timur Tengah sekaligus menyingkirkan peran Saudi.
"Anda menyerahkan kekuasaan kepada salah seorang putra Anda yang kami setujui, atau kami akan membekukan harta Anda di seluruh dunia," demikian ancaman seorang pejabat CIA yang menjadi penghubung antara pemerintah Amerika dan Qatar, kepada Emir Hamad bin Khalifa beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip berbagai media massa dunia termasuk blog ini.
Dan "perintah" itupun dipatuhi oleh Emir Qatar hari Selasa lalu (25/6) dan rakyatnya, termasuk ulama takfiri terkenal Yusuf Qardhawi, meski ia tahu apa yang terjadi bertentangan dengan hukum Islam ataupun prinsip dasar demokrasi modern.
"Saya sarankan Anda untuk melihat konstitusi Qatar. Itu adalah konstitusi dagelan. Pada Pasal 64 konstitusi itu ada 68 atau 69 kalimat tentang Emir. Ada satu bab khusus yang berbicara tentang emir, para pangeran dan penguasa. Pada dasarnya satu-satunya konstitusi di negeri ini adalah para penguasa," kata analis politik Timur Tengah Entifadh Qanbar dalam wawancara dengan Press TV tgl 25 Juni lalu, tentang perpindahan kekuasaan di Qatar.
"Jadi, menyerukan negara lain untuk menerapkan demokrasi, atau bersama-sama negara-negara barat menyerukan demokrasi di Syria, hal itu lebih tepat sebagai dagelan daripada realitas," tambahnya menyinggung tingkah polah Qatar yang mengklaim sebagai negara demokratis.
Tentang peran Amerika dalam politik Qatar, Entifadh Qanbar menyebutkan bahwa Amerika menganggap Qatar hanya sebagai kantor "Public Relation" yang berada di kawasan Teluk Parsi.
"Ini bukan sebuah negara dalam arti sebenarnya, dan tanpa bermaksud menyinggung rakyat Qatar, pemerintahan mereka bukanlah pemerintahan yang semestinya. Pada dasarnya Emir Qatar adalah seorang "menteri" dalam kabinet pemerintahan Amerika, yang menempatkan kekuatan besarnya pada Central Command (CENTCOM, pusat komando militer Amerika di Timur Tengah yang bermarkas di Qatar) dan juga memproses proyek-proyek untuk negara-negara di Timur Tengah dan Israel."
Berbagai analisa mengiringi penyerahan kekuasaan di Qatar. Beberapa analis memperkirakan Amerika menganggap Qatar telah membuat Amerika kesulitan mengontrol gerakan pemberontakan di Syria karena terlalu agresif menggelontorkan bantuan pada para teroris di Syria. Analisa lainnya menyebutkan adanya desakan Saudi, melalui Amerika, yang tidak senang dengan ambisi Qatar untuk menjadi "pemain utama" perpolitikan Timur Tengah sekaligus menyingkirkan peran Saudi.
TURKI: PRESIDEN GUL "SERANG" PM ERDOGAN
Isu perpecahan antara Presiden Abdullah Gul dengan PM Tayyip Erdogan seakan mendapatkan konfirmasi dengan adanya pernyataan Gul yang "menyerang" Erdogan terkait aksi-aksi kerusuhan yang melanda Turki.
Berbicara di hadapan para wartawan dalam sebuah acara di Istana Kepresidenan di Ankara, 18 Juni 2013 lalu, Abdullah Gul menyebut kondisi Turki saat ini mengkhawatirkan, terutama "image" buruk yang disandang Turki di mata internasional yang dapat mempengaruhi para investor serta mengganggu ambisi penyelenggaraan "event-event" besar seperti Olimpiade.
Sampai di sini publik masih belum bisa membaca siapa yang "diserang" Gul dalam pernyataannya tersebut. Namun saat memberikan pernyataan berikut, para analis baru mengetahui, ia "menyerang" Erdogan:
"Tidak diragukan terdapat banyak pelajaran bagi semua orang. Kini semua orang harus menyadarinya bersama-sama, kalau tidak kita akan mulai menghancurkan diri sendiri. Anda bisa menghabiskan waktu 10 tahun membangun imej baik namun menghancurkannya hanya dalam waktu seminggu."
Pernyataan tersebut diberikan Gul sebagai jawaban pertanyaan wartawan tentang tuduhan PM Erdogan tentang adanya “konspirasi besar dalam negeri dan internasional” dan “bagian dari permainan besar yang dimainkan atas Turki" atas berbagai aksi kerusuhan yang kini terus melanda Turki.
Selama hampir 10 tahun Erdogan berhasil membangun citra baik tentang Turki dan sekaligus citra dirinya, namun saat ini ia menjadi sorotan negatif publik Turki termasuk dunia internasional atas sikap kerasnya terhadap para demonstran. Tidak disangsikan lagi, pernyataan Gul di atas sebagai "serangan" terhadap Erdogan.
Gul, yang pernyataannya tersebut dipublikasikan luas oleh media massa Turki, mengingatkan bahwa kekhawatiran kini mulai melanda para investor asing tentang kondisi Turki, pada saat Turki membutuhkan partisipasi investor bagi pembangunan infrastruktur Turki, termasuk persiapan menyambut pesta Olimpiade.
Analisa bahwa pernyataan Gul tersebut sebagai "serangan" terhadap Erdogan, dikukuhkan oleh salah seorang petinggi partai AKP yang merupakan pendukung setia Erdogan, Samil Tayyar. Mantan jurnalis ini menuduh Gul berusaha "mengail di air keruh". Ia juga menyinggung pernyataan Gul sebelumnya yang dianggap sebagai "serangan" terhadap Erdogan beberapa waktu lalu dengan mengatakan, "demokrasi bukan hanya sekedar memenangkan pemilu."
Menurut Tayyar, Gul tengah berupaya mendapatkan keuntungan politis dari masalah yang kini dihadapi Erdogan, khususnya untuk menghadapi pemilihan presiden tahun depan dimana disebut-sebut Erdogan sangat berambisi untuk menduduki jabatan tersebut setelah 2 kali kepemimpinannya sebagai perdana menteri berakhir. Para analis percaya, Gul yang selama ini adalah sekutu dekat Erdogan di AKP namun selama krisis demonstrasi melanda Turki mulai menunjukkan rivalitas, bakal menjadi pesaing Erdogan.
Sejauh ini Gul belum memberikan pernyataan apapun tentang partisipasinya dalam pemilihan presiden mendatang, namun berbagai indikasi kuat menunjukkan ia bakal maju, dan hal inilah yang menjadi pembicaraan para aktifis AKP. Beberapa komentar-komentar dan aksi-aksinya terkesan "memojokkan" Erdogan, apalagi dengan kesan positif yang diberikan oleh pejabat dan media-media massa barat atas Gul sementara kesan negatif justru ditimpakan pada Erdogan. Ketika aksi-aksi demonstrasi baru berjalan beberapa hari dan Erdogan tengah berada di luar negeri, Abdullah Gul bertemu wakil perdana menteri di istana negara dan kemudian secara mengejutkan wakil perdana menteri mengeluarkan permintaan ma'af pada para demonstran, yang bertolak belakang dengan pernyataan-pernyataan keras Erdogan terhadap para demonstran termasuk menuduh mereka sebagai "penjarah" hingga "teroris". Ini merupakan aksi "serangan" yang vulgar yang dilakukan Gul dan sang wakil perdana menteri terhadap Erdogan.
Berbicara di hadapan para wartawan dalam sebuah acara di Istana Kepresidenan di Ankara, 18 Juni 2013 lalu, Abdullah Gul menyebut kondisi Turki saat ini mengkhawatirkan, terutama "image" buruk yang disandang Turki di mata internasional yang dapat mempengaruhi para investor serta mengganggu ambisi penyelenggaraan "event-event" besar seperti Olimpiade.
Sampai di sini publik masih belum bisa membaca siapa yang "diserang" Gul dalam pernyataannya tersebut. Namun saat memberikan pernyataan berikut, para analis baru mengetahui, ia "menyerang" Erdogan:
"Tidak diragukan terdapat banyak pelajaran bagi semua orang. Kini semua orang harus menyadarinya bersama-sama, kalau tidak kita akan mulai menghancurkan diri sendiri. Anda bisa menghabiskan waktu 10 tahun membangun imej baik namun menghancurkannya hanya dalam waktu seminggu."
Pernyataan tersebut diberikan Gul sebagai jawaban pertanyaan wartawan tentang tuduhan PM Erdogan tentang adanya “konspirasi besar dalam negeri dan internasional” dan “bagian dari permainan besar yang dimainkan atas Turki" atas berbagai aksi kerusuhan yang kini terus melanda Turki.
Selama hampir 10 tahun Erdogan berhasil membangun citra baik tentang Turki dan sekaligus citra dirinya, namun saat ini ia menjadi sorotan negatif publik Turki termasuk dunia internasional atas sikap kerasnya terhadap para demonstran. Tidak disangsikan lagi, pernyataan Gul di atas sebagai "serangan" terhadap Erdogan.
Gul, yang pernyataannya tersebut dipublikasikan luas oleh media massa Turki, mengingatkan bahwa kekhawatiran kini mulai melanda para investor asing tentang kondisi Turki, pada saat Turki membutuhkan partisipasi investor bagi pembangunan infrastruktur Turki, termasuk persiapan menyambut pesta Olimpiade.
Analisa bahwa pernyataan Gul tersebut sebagai "serangan" terhadap Erdogan, dikukuhkan oleh salah seorang petinggi partai AKP yang merupakan pendukung setia Erdogan, Samil Tayyar. Mantan jurnalis ini menuduh Gul berusaha "mengail di air keruh". Ia juga menyinggung pernyataan Gul sebelumnya yang dianggap sebagai "serangan" terhadap Erdogan beberapa waktu lalu dengan mengatakan, "demokrasi bukan hanya sekedar memenangkan pemilu."
Menurut Tayyar, Gul tengah berupaya mendapatkan keuntungan politis dari masalah yang kini dihadapi Erdogan, khususnya untuk menghadapi pemilihan presiden tahun depan dimana disebut-sebut Erdogan sangat berambisi untuk menduduki jabatan tersebut setelah 2 kali kepemimpinannya sebagai perdana menteri berakhir. Para analis percaya, Gul yang selama ini adalah sekutu dekat Erdogan di AKP namun selama krisis demonstrasi melanda Turki mulai menunjukkan rivalitas, bakal menjadi pesaing Erdogan.
Sejauh ini Gul belum memberikan pernyataan apapun tentang partisipasinya dalam pemilihan presiden mendatang, namun berbagai indikasi kuat menunjukkan ia bakal maju, dan hal inilah yang menjadi pembicaraan para aktifis AKP. Beberapa komentar-komentar dan aksi-aksinya terkesan "memojokkan" Erdogan, apalagi dengan kesan positif yang diberikan oleh pejabat dan media-media massa barat atas Gul sementara kesan negatif justru ditimpakan pada Erdogan. Ketika aksi-aksi demonstrasi baru berjalan beberapa hari dan Erdogan tengah berada di luar negeri, Abdullah Gul bertemu wakil perdana menteri di istana negara dan kemudian secara mengejutkan wakil perdana menteri mengeluarkan permintaan ma'af pada para demonstran, yang bertolak belakang dengan pernyataan-pernyataan keras Erdogan terhadap para demonstran termasuk menuduh mereka sebagai "penjarah" hingga "teroris". Ini merupakan aksi "serangan" yang vulgar yang dilakukan Gul dan sang wakil perdana menteri terhadap Erdogan.
Friday, 28 June 2013
DAN DIRUT PLN PUN HANYA BISA "CENGENGESAN"
"Dirut PLN Nur Pamudji hanya diam dan sesekali "cengengesan" saat dikonfirmasi soal "biarpet" pasokan listrik di Sumut, Selasa (25/6)."
Demikian tulis media Tribun Medan tgl 26 Juni lalu pada "headline"-nya yang berjudul "Dirut PLN Hanya Terdiam". Tulisan tersebut adalah tentang pertanyaan wartawan kepada Dirut PLN mengenai sering matinya aliran listrik di Provinsi Sumut, khususnya saat berlangsung pertemuan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan ratusan delegasi APEC di Medan, yang tidak ditanggapi dengan semestinya.
Saya tidak bisa membayangkan seorang pejabat tinggi negara (Dirut BUMN) bersikap tidak "gentleman" seperti itu. "Cengengesan", cerminan orang yang tidak percaya diri dan tidak bertanggungjawab. Namun saya tidak terlalu menyalahkannya. Ia hanya mengikuti pendahulunya yang kini menjadi Meneg BUMN Dahlan Iskan, yang "cengengesan" saat dimintai pertanggungjawabannya atas kasus pemborosan PLN selama dipimpin olehnya hingga puluhan triliunan rupiah --- kasus mega korupsi ini seolah menghilang ditelan awan, dan KPK hanya bisa memburu kasus-kasus korupsi "recehan". Terlebih lagi saya tidak terlalu menyalahkannya karena ia (mungkin terpaksa) hanya menjalankan agenda besar yang telah ditetapkan atasan-atasannya: liberalisasi PLN yang berujung pada swastanisasi dan destruksi perekonomian nasional demi kepentingan pemodal asing.
"Jaman edan, yen ora edan ora keduman", begitu kira-kira bunyi ramalan Joyoboyo, sastrawan dan filsuf Jawa beberapa ratus tahun lalu. Artinya adalah: pada jaman gila, orang-orang menjadi gila agar mendapatkan bagian. Begitulah yang terjadi pada para pejabat Indonesia kini: rela menjadi orang gila demi mendapatkan jabatan. Maka tidaklah heran jika seorang Dirut PLN dan Meneg BUMN hanya "cengengesan" saat dimintai pertanggungjawabannya.
Dan inilah salah satu dampak kenaikan harga BBM yang tidak pernah disinggung-singgung para pejabat pemerintah yang menghabiskan puluhan milir uang rakyat (APBN) hanya untuk mensosialisasikan kenaikan harga BBM: biaya operasional PLN membengkak yang mengakibatkan PLN harus menurunkan kualitas pelayanannya dengan melakukan pemadaman bergilir, atau dengan sengaja menurunkan daya listrik meski akibatnya ribuan peralatan rumah tangga milik masyarakat menjadi rusak. Sama seperti tidak bertanggungjawabnya pemerintah atas dampak kenaikan harga BBM terhadap angkutan massal yang merembet pada semua sektor ekonomi. Hanya untuk mengurangi beban APBN (katanya sih, padahal sebenarnya merupakan aspirasi asing yang menginginkan harga BBM di Indonesia menjadi menarik agar para pengusaha asing bisa turut "bermain" di sektor bisnis minyak domestik), pemerintah rela membuat seluruh rakyat menderita.
Demikian tulis media Tribun Medan tgl 26 Juni lalu pada "headline"-nya yang berjudul "Dirut PLN Hanya Terdiam". Tulisan tersebut adalah tentang pertanyaan wartawan kepada Dirut PLN mengenai sering matinya aliran listrik di Provinsi Sumut, khususnya saat berlangsung pertemuan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan ratusan delegasi APEC di Medan, yang tidak ditanggapi dengan semestinya.
Saya tidak bisa membayangkan seorang pejabat tinggi negara (Dirut BUMN) bersikap tidak "gentleman" seperti itu. "Cengengesan", cerminan orang yang tidak percaya diri dan tidak bertanggungjawab. Namun saya tidak terlalu menyalahkannya. Ia hanya mengikuti pendahulunya yang kini menjadi Meneg BUMN Dahlan Iskan, yang "cengengesan" saat dimintai pertanggungjawabannya atas kasus pemborosan PLN selama dipimpin olehnya hingga puluhan triliunan rupiah --- kasus mega korupsi ini seolah menghilang ditelan awan, dan KPK hanya bisa memburu kasus-kasus korupsi "recehan". Terlebih lagi saya tidak terlalu menyalahkannya karena ia (mungkin terpaksa) hanya menjalankan agenda besar yang telah ditetapkan atasan-atasannya: liberalisasi PLN yang berujung pada swastanisasi dan destruksi perekonomian nasional demi kepentingan pemodal asing.
"Jaman edan, yen ora edan ora keduman", begitu kira-kira bunyi ramalan Joyoboyo, sastrawan dan filsuf Jawa beberapa ratus tahun lalu. Artinya adalah: pada jaman gila, orang-orang menjadi gila agar mendapatkan bagian. Begitulah yang terjadi pada para pejabat Indonesia kini: rela menjadi orang gila demi mendapatkan jabatan. Maka tidaklah heran jika seorang Dirut PLN dan Meneg BUMN hanya "cengengesan" saat dimintai pertanggungjawabannya.
Dan inilah salah satu dampak kenaikan harga BBM yang tidak pernah disinggung-singgung para pejabat pemerintah yang menghabiskan puluhan milir uang rakyat (APBN) hanya untuk mensosialisasikan kenaikan harga BBM: biaya operasional PLN membengkak yang mengakibatkan PLN harus menurunkan kualitas pelayanannya dengan melakukan pemadaman bergilir, atau dengan sengaja menurunkan daya listrik meski akibatnya ribuan peralatan rumah tangga milik masyarakat menjadi rusak. Sama seperti tidak bertanggungjawabnya pemerintah atas dampak kenaikan harga BBM terhadap angkutan massal yang merembet pada semua sektor ekonomi. Hanya untuk mengurangi beban APBN (katanya sih, padahal sebenarnya merupakan aspirasi asing yang menginginkan harga BBM di Indonesia menjadi menarik agar para pengusaha asing bisa turut "bermain" di sektor bisnis minyak domestik), pemerintah rela membuat seluruh rakyat menderita.
Wednesday, 26 June 2013
PETUALANGAN ASSIR BERAKHIR SEBAGAI BURONAN
Berbulan-bulan menjadi aktor utama ketidakstabilan sosial dan politik di kota Sidon khususnya dan seluruh Lebanon umumnya, ulama wahabi-salafi garis keras, Ahmad Al Assir, berakhir nasibnya menjadi buronan. Tidak lama setelah tentara berhasil memporak-porandakan markas besarnya di Masjid Bilal Sidon dan membunuh serta menangkapi para pendukungnya, pengadilan Lebanon mengeluarkan perintah penangkapan terhadap dirinya. Kini ia menjadi buronan paling dicari di Lebanon.
"Beberapa orang menyebut ia menyamar sebagai wanita dan bersembunyi di Tripoli (Lebanon Utara, Sidon di Lebanon Selatan). Sumber-sumber lain menyebut ia telah menyelinap ke Syria," kata sumber militer Lebanon kepada kantor berita Perancis AFP, Selasa (25/6).
Ini adalah akhir yang buruk bagi seorang "ulama" yang dipuja-puji ribuan pendukungnya dan dilindungi oleh beberapa politisi Lebanon dan para pemimpin Arab. Ketika pertempuran al Qusayr tengah berkecamuk, Al Assir membuat berita heboh dengan mempublikasikan keterlibatannya langsung di medan perang melawan tentara Syria yang didukung Hizbollah, meski kemudian terbukti ia tidak cukup berani untuk berhadapan muka dengan Hizbollah. Ia pun lari dari medan perang setelah melihat para pemberontak Syria kocar-kacir meninggalkan mayat-mayat anak buahnya, sebagaimana ia meninggalkan mayat-mayat pendukungnya di Sidon. Meski setiap hari pekerjaannya adalah memprovokasi para pendukungnya untuk "mati syahid" di medan perang Syria, ia sendiri ternyata takut mati.
Militer Lebanon menyebut telah menangkap sejumlah besar pengikut al Assir setelah berhasil menguasai kompleks Masjid Bilal yang dijadikan sebagai markas gerakan Al Assir. Di dalam kompleks tersebut ditemukan sejumlah besar perlengkapan militer termasuk berkilo-kilo bahan peledak. Militer juga meledakkan sejumlah ranjau dan bom jalanan yang dipasang pendukung al Assir di kompleks tersebut.
"Beberapa orang menyebut ia menyamar sebagai wanita dan bersembunyi di Tripoli (Lebanon Utara, Sidon di Lebanon Selatan). Sumber-sumber lain menyebut ia telah menyelinap ke Syria," kata sumber militer Lebanon kepada kantor berita Perancis AFP, Selasa (25/6).
Ini adalah akhir yang buruk bagi seorang "ulama" yang dipuja-puji ribuan pendukungnya dan dilindungi oleh beberapa politisi Lebanon dan para pemimpin Arab. Ketika pertempuran al Qusayr tengah berkecamuk, Al Assir membuat berita heboh dengan mempublikasikan keterlibatannya langsung di medan perang melawan tentara Syria yang didukung Hizbollah, meski kemudian terbukti ia tidak cukup berani untuk berhadapan muka dengan Hizbollah. Ia pun lari dari medan perang setelah melihat para pemberontak Syria kocar-kacir meninggalkan mayat-mayat anak buahnya, sebagaimana ia meninggalkan mayat-mayat pendukungnya di Sidon. Meski setiap hari pekerjaannya adalah memprovokasi para pendukungnya untuk "mati syahid" di medan perang Syria, ia sendiri ternyata takut mati.
Militer Lebanon menyebut telah menangkap sejumlah besar pengikut al Assir setelah berhasil menguasai kompleks Masjid Bilal yang dijadikan sebagai markas gerakan Al Assir. Di dalam kompleks tersebut ditemukan sejumlah besar perlengkapan militer termasuk berkilo-kilo bahan peledak. Militer juga meledakkan sejumlah ranjau dan bom jalanan yang dipasang pendukung al Assir di kompleks tersebut.
AKHIRNYA TOP SEJUTA
Selain angka kunjungan sejuta hit, gengsi suatu blog juga ditentukan oleh Alexa Ranking (AR) yang rendah. Di dunia internet AR yang dianggap rendah dan karena itu dianggap sebagai standar eksistensi sebuah web pada umumnya dan blog pada khususnya, adalah AR di bawah sejuta atau Top Sejuta.
Mengapa sejuta? Bukankah angka tersebut masih terlalu tinggi? Harap dimaklumi bahwa di dunia maya terdapat ratusan juta alamat situs, web, blog dll yang semuanya masuk dalam perhitungan Alexa Ranking. Jika dalam satu negara terdapat 100 juta penduduk dan Anda termasuk dalam kelompok sejuta (atau 1%) penduduk paling kaya, Anda tentu merasa bangga bukan?
Meski tidak pernah stabil dan selalu menempati ranking di atas sejuta, akhirnya blog ini berhasil menembus Top Sejuta Alexa Ranking beberapa hari yang lalu dengan menempati posisi nomor 932.417.
Namun lebih daripada itu, yang paling membanggakan blogger adalah fakta bahwa blog ini terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan. Jika pada akhir bulan Maret lalu, yaitu ketika blog ini berhasil menembus angka kunjungan sejuta hit, angka kunjungan harian baru mencapai 2.500-an hit per-hari, saat ini angkanya telah mencapai 4.500 hit per-hari. Bankan jika angka ini yang menjadi ukuran, maka blogger yakin blog ini menempati rangking yang lebih tinggi lagi, atau setidaknya masuk kelompok top 50 blog di Indonesia.
Performen yang semakin membaik ini mau tidak mau telah "memaksa" blogger untuk terus meningkatkan kualitas blog, sekaligus "memaksa" blogger untuk mengeluarkan energi lebih. Para pengunjung bisa melihat sendiri bahwa jumlah postingan yang diberikan blog ini untuk para pengunjung terus meningkat dari waktu ke waktu.
Dengan hukum energi yang tidak berubah (kekal), maka energi yang dikeluarkan untuk mengelola blog ini telah mengurangi energi yang harus dikeluarkan untuk kegiatan yang lain. Apalagi dengan kondisi ekonomi blogger yang masih belum stabil, hal ini tentu menjadi persoalan yang sangat serius. Maka untuk itu sekali lagi kembali blogger menghimbau para pengunjung untuk terus memberikan donasinya kepada blog ini (Rekening tersebut di bagian pengumuman di kolom kanan atas).
Demikian atas perhatian dan kunjungannya blogger mengucapkan terima kasih. wassalam.
Medan, 25 Juni 2013
Blogger,
Cahyono Adi.
Mengapa sejuta? Bukankah angka tersebut masih terlalu tinggi? Harap dimaklumi bahwa di dunia maya terdapat ratusan juta alamat situs, web, blog dll yang semuanya masuk dalam perhitungan Alexa Ranking. Jika dalam satu negara terdapat 100 juta penduduk dan Anda termasuk dalam kelompok sejuta (atau 1%) penduduk paling kaya, Anda tentu merasa bangga bukan?
Meski tidak pernah stabil dan selalu menempati ranking di atas sejuta, akhirnya blog ini berhasil menembus Top Sejuta Alexa Ranking beberapa hari yang lalu dengan menempati posisi nomor 932.417.
Namun lebih daripada itu, yang paling membanggakan blogger adalah fakta bahwa blog ini terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan. Jika pada akhir bulan Maret lalu, yaitu ketika blog ini berhasil menembus angka kunjungan sejuta hit, angka kunjungan harian baru mencapai 2.500-an hit per-hari, saat ini angkanya telah mencapai 4.500 hit per-hari. Bankan jika angka ini yang menjadi ukuran, maka blogger yakin blog ini menempati rangking yang lebih tinggi lagi, atau setidaknya masuk kelompok top 50 blog di Indonesia.
Performen yang semakin membaik ini mau tidak mau telah "memaksa" blogger untuk terus meningkatkan kualitas blog, sekaligus "memaksa" blogger untuk mengeluarkan energi lebih. Para pengunjung bisa melihat sendiri bahwa jumlah postingan yang diberikan blog ini untuk para pengunjung terus meningkat dari waktu ke waktu.
Dengan hukum energi yang tidak berubah (kekal), maka energi yang dikeluarkan untuk mengelola blog ini telah mengurangi energi yang harus dikeluarkan untuk kegiatan yang lain. Apalagi dengan kondisi ekonomi blogger yang masih belum stabil, hal ini tentu menjadi persoalan yang sangat serius. Maka untuk itu sekali lagi kembali blogger menghimbau para pengunjung untuk terus memberikan donasinya kepada blog ini (Rekening tersebut di bagian pengumuman di kolom kanan atas).
Demikian atas perhatian dan kunjungannya blogger mengucapkan terima kasih. wassalam.
Medan, 25 Juni 2013
Blogger,
Cahyono Adi.
RUSIA AKAN PERSENJATAI SYRIA DENGAN "SENJATA YANG TIDAK PERNAH TERLIHAT"
Rusia akan mempersenjatai Syria dengan senjata-senjata yang tidak pernah ada di Timur Tengah sebagai respons atas keputusan negara-negara barat mempersenjatai pemberontak. Konflik Syria terancam semakin membesar.
Minggu lalu Presiden Amerika Barack Obama memutuskan untuk mempersenjatai para pemberontak Syria. Dengan berbagai retorika tentang penerapan "zona larangan terbang" di Syria serta keberadaan pasukannya di perbatasan Yordania, Amerika tampak serius untuk melibatkan diri secara langsung dalam konflik di Syria. Namun di sisi lain Rusia di bawah kepemimpinan PM Vladimir Putin tetap berkukuh untuk membela sekutunya, Syria, bahkan jika hal itu bakal mengantarkan kepada kondisi terburuk: bertikai langsung melawan Amerika dan sekutu-sekutunya. Rusia dikabarkan siap mempersenjatai Syria dengan senjata-senjata paling canggih di dunia yang tidak pernah terlihat di seluruh kawasan Timur Tengah.
Menurut sumber-sumber inteligen Inggris, Vladimir Putin baru-baru ini telah mengirim pesan kepada Barack Obama dan Presiden Perancis Hollande melalui PM Inggris David Cameron. Pesan itu adalah bahwa Rusia akan mempersenjatai Syria dengan senjata-senjata tercanggih di dunia. Demikian informasi yang dilaporkan media Syria Dam Press dan Dyar Newspaper baru-baru ini.
Dengan senjata-senjata itu, operasi militer Amerika dan sekutu-sekutunya akan berbeda jauh dengan apa yang mereka alami di Irak atau Libya dimana angkatan udara Amerika dan NATO tidak mengalami hambatan berarti untuk menghancurkan kekuatan musuh. Di Syria, kodisinya jauh lebih serius.
Presiden Syaia Bashar al Assad beberapa waktu lalu membuat pengkuan publik bahwa Syria telah memiliki rudal-rudal S-300. Meski tidak menyebutkan apakah rudal tersebut merupakan kiriman dari Rusia sebagaimana kontrak yang telah disetujui kedua negara, atau didapatkan dari pasar gelap, serta tidak ada keterangan berapa jumlah S-300 yang telah dimiliki Syria, kehadiran senjata tersebut bisa menjadi penangkal ampuh terhadap serangan udara Amerika. Rudal ini memiliki kemampuan mendeteksi lebih dari 100 sasaran sekaligus dan menembak 12 sasaran seketika dari jarak hingga 200 km. Dengan kecepatan hipersonik dan dikendalikan oleh satelit atau program komputer, senjata ini tahan terhadap setiap upaya perang elektronik dan memiliki tingkat akurasi hampir 100%.
Rusia sendiri menyatakan pengiriman senjata sejenis baru akan dimulai beberapa waktu mendatang. Namun perkembangan yang dinamis dapat mempercepat pengiriman tersebut.
Minggu lalu Presiden Amerika Barack Obama memutuskan untuk mempersenjatai para pemberontak Syria. Dengan berbagai retorika tentang penerapan "zona larangan terbang" di Syria serta keberadaan pasukannya di perbatasan Yordania, Amerika tampak serius untuk melibatkan diri secara langsung dalam konflik di Syria. Namun di sisi lain Rusia di bawah kepemimpinan PM Vladimir Putin tetap berkukuh untuk membela sekutunya, Syria, bahkan jika hal itu bakal mengantarkan kepada kondisi terburuk: bertikai langsung melawan Amerika dan sekutu-sekutunya. Rusia dikabarkan siap mempersenjatai Syria dengan senjata-senjata paling canggih di dunia yang tidak pernah terlihat di seluruh kawasan Timur Tengah.
Menurut sumber-sumber inteligen Inggris, Vladimir Putin baru-baru ini telah mengirim pesan kepada Barack Obama dan Presiden Perancis Hollande melalui PM Inggris David Cameron. Pesan itu adalah bahwa Rusia akan mempersenjatai Syria dengan senjata-senjata tercanggih di dunia. Demikian informasi yang dilaporkan media Syria Dam Press dan Dyar Newspaper baru-baru ini.
Dengan senjata-senjata itu, operasi militer Amerika dan sekutu-sekutunya akan berbeda jauh dengan apa yang mereka alami di Irak atau Libya dimana angkatan udara Amerika dan NATO tidak mengalami hambatan berarti untuk menghancurkan kekuatan musuh. Di Syria, kodisinya jauh lebih serius.
Presiden Syaia Bashar al Assad beberapa waktu lalu membuat pengkuan publik bahwa Syria telah memiliki rudal-rudal S-300. Meski tidak menyebutkan apakah rudal tersebut merupakan kiriman dari Rusia sebagaimana kontrak yang telah disetujui kedua negara, atau didapatkan dari pasar gelap, serta tidak ada keterangan berapa jumlah S-300 yang telah dimiliki Syria, kehadiran senjata tersebut bisa menjadi penangkal ampuh terhadap serangan udara Amerika. Rudal ini memiliki kemampuan mendeteksi lebih dari 100 sasaran sekaligus dan menembak 12 sasaran seketika dari jarak hingga 200 km. Dengan kecepatan hipersonik dan dikendalikan oleh satelit atau program komputer, senjata ini tahan terhadap setiap upaya perang elektronik dan memiliki tingkat akurasi hampir 100%.
Rusia sendiri menyatakan pengiriman senjata sejenis baru akan dimulai beberapa waktu mendatang. Namun perkembangan yang dinamis dapat mempercepat pengiriman tersebut.
Tuesday, 25 June 2013
GAYA HIDUP BOROS PARLEMEN INGGRIS MENUAI KECAMAN
(TAK SEBERAPA DIBANDING INDONESIA)
Baru-baru ini publik Inggris dibuat marah oleh beredarnya berita tentang gaya hidup mewah para anggota parlemen Inggris. Namun jika dibandingkan, hal itu belum seberapa dibandingkan gaya hidup mewah para pejabat tinggi di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan surat kabar Inggris Daily Telegraph baru-baru ini para anggota parlemen Inggris telah menghabiskan dana publik hampir senilai £500,000 (atau setara sekitar Rp 7,5 miliar) untuk membeli tiket pesawat kelas bisnis sejak tahun 2010 hingga saat ini, atau sekitar Rp 2,5 miliar per-tahun.
"Besar"-nya dana publik yang dihabiskan itu telah membuat publik Inggris marah, terutama dengan adanya rencana penghematan anggaran negara tahun ini hingga senilai £11,5 miliar akibat krisis ekonomi global. Para aktifis menyebut hal itu sebagai hal yang "kotor" dan "tidak patut".
“Adalah tidak patut bahwa sejumlah anggota parlemen menikmati gaya hidup mewah dari pajak yang kita bayarkan," kata Matthew Sinclair, ketua dari asosiasi para pembayar pajak (Taxpayers’ Alliance).
Sebanyak 50 orang anggota parlemen Inggris diketahui sering bepergian dengan menggunakan tiket pesawat kelas bisnis yang harganya 2 kali harga tiket kelas standar, demikian laporan Daily Telegraph. Biaya yang dikeluarkan untuk membiayai ongkos penerbangan itu diketahui telah melonjak 2 x lipat dalam satu tahun, dan sekitar 10 anggota parlemen telah menggunakan fasilitas penerbangan lebih dari 100 kali.
Namun jika dibandingkan dengan Indonesia, gaya hidup boros para pejabat Inggris itu pasti masih kalah jauh. Presiden Indonesia SBY baru saja membeli pesawat kepresidenan mewah, yang ongkos pembelian dan disain interiornya hampir mencapai Rp 1 triliun. PM David Cameron tidak memiliki pesawat dinas seperti itu. Pemerintah kita juga mengalokasikan dana yang luar biasa besar, mencapai Rp 20 triliun lebih (setara $2 miliar), hanya untuk membiayai perjalanan dinas para pejabat Indonesia.
Baru-baru ini publik Inggris dibuat marah oleh beredarnya berita tentang gaya hidup mewah para anggota parlemen Inggris. Namun jika dibandingkan, hal itu belum seberapa dibandingkan gaya hidup mewah para pejabat tinggi di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan surat kabar Inggris Daily Telegraph baru-baru ini para anggota parlemen Inggris telah menghabiskan dana publik hampir senilai £500,000 (atau setara sekitar Rp 7,5 miliar) untuk membeli tiket pesawat kelas bisnis sejak tahun 2010 hingga saat ini, atau sekitar Rp 2,5 miliar per-tahun.
"Besar"-nya dana publik yang dihabiskan itu telah membuat publik Inggris marah, terutama dengan adanya rencana penghematan anggaran negara tahun ini hingga senilai £11,5 miliar akibat krisis ekonomi global. Para aktifis menyebut hal itu sebagai hal yang "kotor" dan "tidak patut".
“Adalah tidak patut bahwa sejumlah anggota parlemen menikmati gaya hidup mewah dari pajak yang kita bayarkan," kata Matthew Sinclair, ketua dari asosiasi para pembayar pajak (Taxpayers’ Alliance).
Sebanyak 50 orang anggota parlemen Inggris diketahui sering bepergian dengan menggunakan tiket pesawat kelas bisnis yang harganya 2 kali harga tiket kelas standar, demikian laporan Daily Telegraph. Biaya yang dikeluarkan untuk membiayai ongkos penerbangan itu diketahui telah melonjak 2 x lipat dalam satu tahun, dan sekitar 10 anggota parlemen telah menggunakan fasilitas penerbangan lebih dari 100 kali.
Namun jika dibandingkan dengan Indonesia, gaya hidup boros para pejabat Inggris itu pasti masih kalah jauh. Presiden Indonesia SBY baru saja membeli pesawat kepresidenan mewah, yang ongkos pembelian dan disain interiornya hampir mencapai Rp 1 triliun. PM David Cameron tidak memiliki pesawat dinas seperti itu. Pemerintah kita juga mengalokasikan dana yang luar biasa besar, mencapai Rp 20 triliun lebih (setara $2 miliar), hanya untuk membiayai perjalanan dinas para pejabat Indonesia.
RULES OF ENGAGEMENT
Tadi malam (Senin, 25/6) di layar televisi saya melihat film yang sangat menarik berjudul "Rules of Engagement" yang dibintangi beberapa aktor top Hollywood seperti Samuel Jackson, Tommy Lee Jones dan Ben Kingsley (peraih Oscar dalam film "Gandhi").
Menarik bagi saya karena dalam film tersebut ditunjukkan tiga tokoh yang mewakili 3 etnis pembentuk jatidiri bangsa Amerika yaitu kulit putih, kulit hitam dan yahudi (meski tidak disebutkan dalam narasi film, hanya berdasarkan cici-ciri fisik semata). Tokoh kulit putih dimainkan oleh Samuel Jackson, yahudi oleh Ben Kingsley, dan kulit putihnya oleh seorang aktor yang tidak begitu saya kenal yang memainkan tokoh seorang jaksa militer. Tommy Lee Jones meski secara etnis mungkin seorang kulit putih, namun bagi saya lebih tampak sebagai seorang yahudi dengan hidungnya yang besar dan melengkung sebagaimana Ben Kingsley.
Awalnya saya menyangka Ben Kingsley akan memainkan peran protagonis sebagimana film-film Hollywood yang biasanya "menjilat pantat yahudi". Namun ternyata film tersebut memainkannya sebagai peran antagonis, yaitu seorang duta besar yang "pengecut", "egois", "a-nasionalis" "opportunis" dan "khianat". Inilah nilai lebih film ini yang membuat saya tertarik, yaitu berani menempatkan seorang yahudi dengan kharakter dasarnya yang serba negatif.
Film ini bercerita tentang satu regu pasukan marinir Amerika yang ditugaskan untuk mengevakuasi duta besar Amerika di Sana'a, Yaman, yang kantornya diserbu oleh para demonstran anti-Amerika. Namun upaya penyelamatan tersebut berakhir dengan tragis setelah komandan pasukan marinir tersebut memerintahkan anak buahnya menembaki para demonstran hingga mengakibatkan 90 demonstran, sebagiannya wanita dan anak-anak, tewas serta puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Dianggap melanggar aturan, sang komandan marinir berpangkat Kolonel pun (diperankan oleh Samuel Jackson) harus menjalani sidang disiplin militer, yang secara kalkulatif bakal menjebloskan sang komandan ke balik jeruji. Diperlihatkan bagaimana seluruh sistem kekuasaan di Amerika telah sepakat untuk menjadikan sang Kolonel sebagai kambing hitam demi menyelamatkan reputasi Amerika. Di antara upaya pengkambinghitaman tersebut adalah menyembunyikan rekaman CCTV yang bisa menguak kebenaran peristiwa tersebut.
Ada perbedaan pendapat dalam persidangan tentang bentuk aksi unjuk rasa yang terjadi di kedubes Amerika di Sana'a. Sang Kolonel berkukuh bahwa para demonstran, termasuk wanita dan anak-anaknya, membawa senjata dan melakukan penyerangan yang mengakibatkan tewasnya beberapa personil marinir. Sementara saksi-saksi yang dihadirkan semuanya menyatakan tidak melihat secara langsung apakah pelaku penembakan yang menewaskan personil marinir adalah para demonstran, atau para penembak jitu yang bersembunyi di atap-atap gedung.
Menarik bagi saya karena dalam film tersebut ditunjukkan tiga tokoh yang mewakili 3 etnis pembentuk jatidiri bangsa Amerika yaitu kulit putih, kulit hitam dan yahudi (meski tidak disebutkan dalam narasi film, hanya berdasarkan cici-ciri fisik semata). Tokoh kulit putih dimainkan oleh Samuel Jackson, yahudi oleh Ben Kingsley, dan kulit putihnya oleh seorang aktor yang tidak begitu saya kenal yang memainkan tokoh seorang jaksa militer. Tommy Lee Jones meski secara etnis mungkin seorang kulit putih, namun bagi saya lebih tampak sebagai seorang yahudi dengan hidungnya yang besar dan melengkung sebagaimana Ben Kingsley.
Awalnya saya menyangka Ben Kingsley akan memainkan peran protagonis sebagimana film-film Hollywood yang biasanya "menjilat pantat yahudi". Namun ternyata film tersebut memainkannya sebagai peran antagonis, yaitu seorang duta besar yang "pengecut", "egois", "a-nasionalis" "opportunis" dan "khianat". Inilah nilai lebih film ini yang membuat saya tertarik, yaitu berani menempatkan seorang yahudi dengan kharakter dasarnya yang serba negatif.
Film ini bercerita tentang satu regu pasukan marinir Amerika yang ditugaskan untuk mengevakuasi duta besar Amerika di Sana'a, Yaman, yang kantornya diserbu oleh para demonstran anti-Amerika. Namun upaya penyelamatan tersebut berakhir dengan tragis setelah komandan pasukan marinir tersebut memerintahkan anak buahnya menembaki para demonstran hingga mengakibatkan 90 demonstran, sebagiannya wanita dan anak-anak, tewas serta puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Dianggap melanggar aturan, sang komandan marinir berpangkat Kolonel pun (diperankan oleh Samuel Jackson) harus menjalani sidang disiplin militer, yang secara kalkulatif bakal menjebloskan sang komandan ke balik jeruji. Diperlihatkan bagaimana seluruh sistem kekuasaan di Amerika telah sepakat untuk menjadikan sang Kolonel sebagai kambing hitam demi menyelamatkan reputasi Amerika. Di antara upaya pengkambinghitaman tersebut adalah menyembunyikan rekaman CCTV yang bisa menguak kebenaran peristiwa tersebut.
Ada perbedaan pendapat dalam persidangan tentang bentuk aksi unjuk rasa yang terjadi di kedubes Amerika di Sana'a. Sang Kolonel berkukuh bahwa para demonstran, termasuk wanita dan anak-anaknya, membawa senjata dan melakukan penyerangan yang mengakibatkan tewasnya beberapa personil marinir. Sementara saksi-saksi yang dihadirkan semuanya menyatakan tidak melihat secara langsung apakah pelaku penembakan yang menewaskan personil marinir adalah para demonstran, atau para penembak jitu yang bersembunyi di atap-atap gedung.
MILITER LEBANON TANGKAP PARA PENDUKUNG AL ASSIR
Breaking News: Tentara Lebanon hari ini berhasil menguasai benteng pertahanan Al Assir di kamp Ain al-Hilweh dan masjid Bilal bin Rabah. Sidon, membunuh belasan pengikut al Assir dan menangkap sekitar 60 lainnya. Namun keberadaan Al Assir belum diketahui.
***
Entah apa yang menjadi pertimbangan Ahmad Al-Assir, ulama wahabi-salafi garis keras di Lebanon, memerintahkan pendukung-pendukungnya hari Minggu (23/6), menyerang pos militer Lebanon di Abra, Sidon, hingga menyebabkan 15 personil militer tewas. Mungkin ia berharap, aksi-aksi kerusuhan yang dilakukannya akan membakar Lebanon sehingga menyibukkan Hizbollah dengan konflik internal dan mengendorkan dukungannya pada pemerintah Syria yang saat ini tengah berada di atas angin. Namun yang pasti, untuk sementara Al Assir harus berhadapan dengan militer Lebanon, dan hal itu bukan pilihan yang baik.
Menyusul serangan tersebut, militer melakukan tindakan keras untuk menangkap Al Assir dan menghancurkan kekuasan para pendukungnya. Dengan tank-tank, pada hari Senin (24/6) militer menerobos pertahanan pendukung Al Assir di masjid Bilal bin Rabah, Sidon, dimana Al Assir selama ini menjadi imamnya. Namun belum ada laporan apakah Al Assir berhasil ditangkap. Pertempuran juga merembet ke kamp Ain al-Hilweh yang menjadi pusat kegiatan pendukung Al Assir.
"Tentara tidak akan tinggal diam atas kerugian yang dialami secara militer dan politik dan akan melanjutkan misinya untuk menghancurkan upaya membuat kekacauan di Sidon dan wilayah-wilayah lain dan akan membalas dengan keras siapa saja yang berfikir bisa menumpahkan darah personil militer serta akan menindak siapa saja yang melindungi para pengacau itu secara politik atau yang memberikan dukungan media massa."
Demikian pernyataan yang dikeluarkan militer Lebanon tentang kerusuhan berdarah di Sidon. Meski tidak menyebutkan secara langsung, militer menuduh para politisi Lebanon dari blok oposisi, khususnya dari partai Gerakan Masa Depan (Al Muqtabal) yang dipimpin mantan perdana menteri Saad Hariri dan Fuad Siniora, yang selama ini menjadi pelindung politik Al Assir.
Al Muqtabal dan Al Assir merupakan pendukung kuat para pemberontak Syria. Mereka mengorganisir milisi-milisi bersenjata dan menyelundupkan senjata dan perlengkapan untuk pemberontak di Syria. Al Assir bahkan dikabarkan terlibat langsung dalam pertempuran di Al Qusayr, Syria. Namun keterlibatan Hizbollah membantu pasukan pemerintah Syria mengacaukan misi mereka turut menumbangkan regim Syria dan menggantinya dengan pemerintahan baru yang tidak anti-Israel dan Amerika sebagaimana Presiden Bashar al Assad. Sementara militer Lebanon, yang dengan gigih menjalankan tugasnya menjaga perbatasan dan mencegah penyusupan pemberontak Syria dari perbatasan Lebanon, dianggap turut mengacaukan misi mereka. Dan ketika para pemberontak Syria terdesak, Al Assir pun menjadi mata gelap.
***
Entah apa yang menjadi pertimbangan Ahmad Al-Assir, ulama wahabi-salafi garis keras di Lebanon, memerintahkan pendukung-pendukungnya hari Minggu (23/6), menyerang pos militer Lebanon di Abra, Sidon, hingga menyebabkan 15 personil militer tewas. Mungkin ia berharap, aksi-aksi kerusuhan yang dilakukannya akan membakar Lebanon sehingga menyibukkan Hizbollah dengan konflik internal dan mengendorkan dukungannya pada pemerintah Syria yang saat ini tengah berada di atas angin. Namun yang pasti, untuk sementara Al Assir harus berhadapan dengan militer Lebanon, dan hal itu bukan pilihan yang baik.
Menyusul serangan tersebut, militer melakukan tindakan keras untuk menangkap Al Assir dan menghancurkan kekuasan para pendukungnya. Dengan tank-tank, pada hari Senin (24/6) militer menerobos pertahanan pendukung Al Assir di masjid Bilal bin Rabah, Sidon, dimana Al Assir selama ini menjadi imamnya. Namun belum ada laporan apakah Al Assir berhasil ditangkap. Pertempuran juga merembet ke kamp Ain al-Hilweh yang menjadi pusat kegiatan pendukung Al Assir.
"Tentara tidak akan tinggal diam atas kerugian yang dialami secara militer dan politik dan akan melanjutkan misinya untuk menghancurkan upaya membuat kekacauan di Sidon dan wilayah-wilayah lain dan akan membalas dengan keras siapa saja yang berfikir bisa menumpahkan darah personil militer serta akan menindak siapa saja yang melindungi para pengacau itu secara politik atau yang memberikan dukungan media massa."
Demikian pernyataan yang dikeluarkan militer Lebanon tentang kerusuhan berdarah di Sidon. Meski tidak menyebutkan secara langsung, militer menuduh para politisi Lebanon dari blok oposisi, khususnya dari partai Gerakan Masa Depan (Al Muqtabal) yang dipimpin mantan perdana menteri Saad Hariri dan Fuad Siniora, yang selama ini menjadi pelindung politik Al Assir.
Al Muqtabal dan Al Assir merupakan pendukung kuat para pemberontak Syria. Mereka mengorganisir milisi-milisi bersenjata dan menyelundupkan senjata dan perlengkapan untuk pemberontak di Syria. Al Assir bahkan dikabarkan terlibat langsung dalam pertempuran di Al Qusayr, Syria. Namun keterlibatan Hizbollah membantu pasukan pemerintah Syria mengacaukan misi mereka turut menumbangkan regim Syria dan menggantinya dengan pemerintahan baru yang tidak anti-Israel dan Amerika sebagaimana Presiden Bashar al Assad. Sementara militer Lebanon, yang dengan gigih menjalankan tugasnya menjaga perbatasan dan mencegah penyusupan pemberontak Syria dari perbatasan Lebanon, dianggap turut mengacaukan misi mereka. Dan ketika para pemberontak Syria terdesak, Al Assir pun menjadi mata gelap.
Monday, 24 June 2013
PERANG PECAH DI SIDON, 15 TENTARA TEWAS
Pertempuran sengit terjadi di kota Sidon (Saida), Lebanon Selatan, Minggu kemarin antara tentara Lebanon melawan milisi pendukung ulama wahabi Amad Al-Assir. Sebanyak 15 personil militer dikabarkan tewas dalam pertempuran tersebut setelah para pendukung Al-Assir dengan menggunakan roket dan mortir melakukan serangan dadakan terhadap pos penjagaan militer di kota itu.Militer bertekad untuk membalas serangan tersebut dan menangkap Al-Assir.
Pertempuran yang disebut militer sebagai "mengingatkan" era Perang Sipil Lebanon tahun 1970an sampai 1990-an itu juga mengakibatkan 38 tentara mengalami luka-luka. Belum didapat keterangan tentang korban di pihak Al Assir.
.
Sumber-sumber militer menyebutkan pos militer di dekat masjid Bilal bin Rabah dimana Assir menjadi imam-nya tiba-tiba saja diserang dengan senjata RPG (granat yang diluncurkan dengan roket) oleh pendukung-pendukung Assir. Satu buah kendaraan pengangkut lapis baja hancur akibat serangan tersebut.
Pertempuran sengit terjadi juga di kamp Ain al-Hilweh hari ini dengan militer mengerahkan kendaraan lapis bajanya. Tank-tank menerobos pertahanan di sekeliling masjid Bilal bin Rabah dalam upaya militer menangkap Al Assir. Sejumlah pendukung terjebak di sekitar masjid dalam pertempuran tersebut dan militer berusaha menyelamatkannya.
Sumber:
Almanar.com.lb "Fighting Rages in Sidon: 15 Soldiers Killed, Army Vows Retaliation", 24 Juni 2013
Local
Pertempuran yang disebut militer sebagai "mengingatkan" era Perang Sipil Lebanon tahun 1970an sampai 1990-an itu juga mengakibatkan 38 tentara mengalami luka-luka. Belum didapat keterangan tentang korban di pihak Al Assir.
.
Sumber-sumber militer menyebutkan pos militer di dekat masjid Bilal bin Rabah dimana Assir menjadi imam-nya tiba-tiba saja diserang dengan senjata RPG (granat yang diluncurkan dengan roket) oleh pendukung-pendukung Assir. Satu buah kendaraan pengangkut lapis baja hancur akibat serangan tersebut.
Pertempuran sengit terjadi juga di kamp Ain al-Hilweh hari ini dengan militer mengerahkan kendaraan lapis bajanya. Tank-tank menerobos pertahanan di sekeliling masjid Bilal bin Rabah dalam upaya militer menangkap Al Assir. Sejumlah pendukung terjebak di sekitar masjid dalam pertempuran tersebut dan militer berusaha menyelamatkannya.
Sumber:
Almanar.com.lb "Fighting Rages in Sidon: 15 Soldiers Killed, Army Vows Retaliation", 24 Juni 2013
Local
Sunday, 23 June 2013
PERANG YANG LAIN DI SYRIA
Berbagai sumber menyebutkan bahwa konflik Syria hampir dipastikan akan segera berakhir setelah tiga kekuatan yang paling berpengaruh dalam konflik ini, yaitu Amerika, Rusia dan Iran secara diam-diam telah sepakat untuk membiarkan regim Bashar al Assad tetap berkuasa hingga pemilu tahun depan. Di sisi lain, Amerika, maksudnya adalah zionis kapitalis internasional, telah mempersiapkan strategi baru, yaitu menguasai kendali ekonomi Syria paska konflik, sekaligus mengurangi ancaman terhadap Israel. Namun hal itu tidak mudah untuk direalisasikan karena nasionalisme rakyat Syria yang tengah membuncah saat ini.
Demikian tulis kolumnis terkenal Franklim Lamb pada media online "Foreign Policy Journal" tgl 23 Juni lalu berjudul "The Obama Administration prepares a “Marshall Plan” to reconstruct Syria, but not for the Syrians". Analisis dalam tulisan tersebut sebenarnya telah dikuatkan oleh pernyataan Presiden Bashar al Assad dalam wawancara dengan media asing baru-baru ini yang menyebutkan bahwa Amerika dan IMF telah menawarkan "bantuan baik hati" senilai puluhan miliar dolar kepada dirinya, namun tawaran tersebut ditolaknya.
Dalam program rekonstruksi yang disamarkan sebagai "bantuan kemanusiaan" tersebut Amerika hendak meniru program "Marshall Plan", program bantuan besar-besaran untuk negara-negara Eropa paska Perang Dunia II. Kala itu Amerika mengeluarkan dana hingga $13 miliar, atau setara $100 miliar saat ini untuk mentata kembali Eropa Barat dari kehancuran perang. Sedangkan untuk Syria, diperkirakan Amerika dan lembaga-lembaga keuangan internasional termasuk negara-negara Teluk, akan menyediakan dana hingga $300 miliar dengan imbalan hak kepemilikan di berbagai sektor publik Syria sebagai jaminannya.
Untuk memuluskan rencana tersebut dikabarkan Amerika dan negera-negara Teluk telah mencoba menyuap beberapa orang penting Syria termasuk Rami Makhlouf, saudara sepupu Presiden Bashar al Assad. Seorang pejabat penting lainnya yang tidak bersedia menyebutkan namanya mengaku kepada Franklin Lamb bahwa ia telah diiming-imingi $50 juta, namun ditolaknya mentah-mentah.
"Berapapun jumlahnya, uang tidak akan bisa memisahkan ikatan suci bangsa Syria," kata pejabat tersebut kepada Lamb.
Demikian tulis kolumnis terkenal Franklim Lamb pada media online "Foreign Policy Journal" tgl 23 Juni lalu berjudul "The Obama Administration prepares a “Marshall Plan” to reconstruct Syria, but not for the Syrians". Analisis dalam tulisan tersebut sebenarnya telah dikuatkan oleh pernyataan Presiden Bashar al Assad dalam wawancara dengan media asing baru-baru ini yang menyebutkan bahwa Amerika dan IMF telah menawarkan "bantuan baik hati" senilai puluhan miliar dolar kepada dirinya, namun tawaran tersebut ditolaknya.
Dalam program rekonstruksi yang disamarkan sebagai "bantuan kemanusiaan" tersebut Amerika hendak meniru program "Marshall Plan", program bantuan besar-besaran untuk negara-negara Eropa paska Perang Dunia II. Kala itu Amerika mengeluarkan dana hingga $13 miliar, atau setara $100 miliar saat ini untuk mentata kembali Eropa Barat dari kehancuran perang. Sedangkan untuk Syria, diperkirakan Amerika dan lembaga-lembaga keuangan internasional termasuk negara-negara Teluk, akan menyediakan dana hingga $300 miliar dengan imbalan hak kepemilikan di berbagai sektor publik Syria sebagai jaminannya.
Untuk memuluskan rencana tersebut dikabarkan Amerika dan negera-negara Teluk telah mencoba menyuap beberapa orang penting Syria termasuk Rami Makhlouf, saudara sepupu Presiden Bashar al Assad. Seorang pejabat penting lainnya yang tidak bersedia menyebutkan namanya mengaku kepada Franklin Lamb bahwa ia telah diiming-imingi $50 juta, namun ditolaknya mentah-mentah.
"Berapapun jumlahnya, uang tidak akan bisa memisahkan ikatan suci bangsa Syria," kata pejabat tersebut kepada Lamb.
BILA BULAN SABIT MENJADI PURNAMA
Para penguasa Arab, terutama Arab Saudi dan negara-negara Teluk, kini tengah dihinggapi ketakutan bahwa "bulan sabit Shiah", yaitu kawasan yang mayoritas dihuni oleh orang-orang Shiah yang membujur dari Yaman, Iran hingga Sinai, akan menjadi "bulan purnama", seiring menguatnya pengaruh Iran dan sekutu-sekutunya.
Kekhawatiran tersebut setidaknya telah diungkapkan oleh mantan kepala inteligen Saudi Arabia Pangeran Muqrin kepada para diplomat Amerika, sebagaimana ditulis Angus McDowall dalam satu artikel di kantor berita Inggris Reuters belum lama ini.
"Ketakutan itu, yang terbongkar melalui kabel komunikasi kedubes Amerika yang dibocorkan oleh Wikileaks tahun 2009, kini terpusat pada Syria. Pasukan Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran kini tengah bergerak maju dengan bantuan pejuang-pejuang Shiah Hezbollah, sementara para pemberontak Sunni yang didukung Saudi bertempur melawan mereka.”
Menurut Reuters konflik Syria dipandang oleh Saudi Arabia sebagai titik berat dari persaingannya melawan Iran, negara yang dianggap sebagai ancamana terbesar Saudi Arabia.
Abdulaziz al-Sager, pimpinan pada lambaga kajian Gulf Research Centre di Jeddah, membongkar beberapa aspek lain yang menjadi perhatian Saudi Arabia atas konflik di Syria: "Jika pemerintah Syria menang, hal itu membuktikan pada negara-negara Arab bahwa Iran sanggup melindungi sekutu dekatnya di kawasan. Hal ini akan melemahkan aliansi barat dan sekutu-sekutunya."
Kemenangan militer Syria dengan bantuan Hizbollah di al-Qusayr baru-baru ini membuat Saudi Arabia gelisah. Mereka merasa bahwa negara-negara barat, terutama Amerika, telah menunjukkan sikap ambivalen: di satu sisi menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al Assad, namun di sisi lain tidak bersedia melakukan tindakan nyata seperti melakukan intervensi. Bahkan ketika Presiden Obama mengumumkan akan mempersenjatai para pemberontak Syria, namun kapan dan bagaimana mekanismenya belum dijelaskan oleh Amerika. Hal ini memaksa Saudi harus "menanggung beban sendirian" dengan meningkatkan bantuan senjata pada pemberontak termasuk rudal-rudal anti-pesawat. Namun itu pun dianggap masih belum cukup untuk mengubah peta kekuatan di medan perang Syria. Apalagi kini, kecuali Hizbollah, Syria juga mendapat bantuan dari milisi Shiah Irak "Brigade Abolfazl al-Abbas" yang keduanya mendapat julukan sebagai "cekikan besi Iran".
"Empat orang yang menangangi Syria dalam pemerintahan Saudi, yaitu Raja Abdullah dan ketiga keponakannya Menlu Pengeran Saud al-Faisal, Kepala Inteligen Pangeran Bandar bin Sultan serta Kepala Dewan Keamanan Nasional Pangeran Salman bin Sultan, menginginkan keterlibatan Amerika yang lebih besar di Syria," tulis Reuters.
Kekhawatiran tersebut setidaknya telah diungkapkan oleh mantan kepala inteligen Saudi Arabia Pangeran Muqrin kepada para diplomat Amerika, sebagaimana ditulis Angus McDowall dalam satu artikel di kantor berita Inggris Reuters belum lama ini.
"Ketakutan itu, yang terbongkar melalui kabel komunikasi kedubes Amerika yang dibocorkan oleh Wikileaks tahun 2009, kini terpusat pada Syria. Pasukan Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran kini tengah bergerak maju dengan bantuan pejuang-pejuang Shiah Hezbollah, sementara para pemberontak Sunni yang didukung Saudi bertempur melawan mereka.”
Menurut Reuters konflik Syria dipandang oleh Saudi Arabia sebagai titik berat dari persaingannya melawan Iran, negara yang dianggap sebagai ancamana terbesar Saudi Arabia.
Abdulaziz al-Sager, pimpinan pada lambaga kajian Gulf Research Centre di Jeddah, membongkar beberapa aspek lain yang menjadi perhatian Saudi Arabia atas konflik di Syria: "Jika pemerintah Syria menang, hal itu membuktikan pada negara-negara Arab bahwa Iran sanggup melindungi sekutu dekatnya di kawasan. Hal ini akan melemahkan aliansi barat dan sekutu-sekutunya."
Kemenangan militer Syria dengan bantuan Hizbollah di al-Qusayr baru-baru ini membuat Saudi Arabia gelisah. Mereka merasa bahwa negara-negara barat, terutama Amerika, telah menunjukkan sikap ambivalen: di satu sisi menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al Assad, namun di sisi lain tidak bersedia melakukan tindakan nyata seperti melakukan intervensi. Bahkan ketika Presiden Obama mengumumkan akan mempersenjatai para pemberontak Syria, namun kapan dan bagaimana mekanismenya belum dijelaskan oleh Amerika. Hal ini memaksa Saudi harus "menanggung beban sendirian" dengan meningkatkan bantuan senjata pada pemberontak termasuk rudal-rudal anti-pesawat. Namun itu pun dianggap masih belum cukup untuk mengubah peta kekuatan di medan perang Syria. Apalagi kini, kecuali Hizbollah, Syria juga mendapat bantuan dari milisi Shiah Irak "Brigade Abolfazl al-Abbas" yang keduanya mendapat julukan sebagai "cekikan besi Iran".
"Empat orang yang menangangi Syria dalam pemerintahan Saudi, yaitu Raja Abdullah dan ketiga keponakannya Menlu Pengeran Saud al-Faisal, Kepala Inteligen Pangeran Bandar bin Sultan serta Kepala Dewan Keamanan Nasional Pangeran Salman bin Sultan, menginginkan keterlibatan Amerika yang lebih besar di Syria," tulis Reuters.
Legalitas Ahlusunnah, Perlukah?
Javad Mu'nis Atthas : Mungkin saja, kaum Syiah membutuhkan legalitas dari Sunnah sebagai mayoritas Islam dunia. Mungkin saja, kaum Syiah membutuhkan pengakuan dari Sunnah supaya hak-haknya terpenuhi. Tapi apakah Sunnah membutuhkan Syiah sehingga melegalkan kaum tersebut dan mengakuinya sebagai Islam? Kalau iya, berarti Syiah dan Sunnah saling membutuhkan, dan ini baik. Kalau tidak, berarti Sunnah berpikiran luas sehingga menerima perbedaan madzhab, dan ini juga baik.
Apa mungkin ulama-ulama besar antar madzhab, dengan luasnya pemikiran mereka, tertipu dengan kaum Syiah? Mereka hanya tidak memperlebar perbedaan, dan ini sangat baik.
Aisya Fadiya : Salam Warahmah. Konteksnya mungkin lebih dari sekedar butuh tak butuh. Di Indonesia misalnya, dibebaskan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Menjadi non-muslim saja dibolehkan, tentu menjadi non- sunni juga boleh bukan? Ironisnya, ketika sang mayoritas berkuasa, yang minoritas terabaikan hak-haknya, termasuk hak untuk hidup dan ini sudah terbukti dari kasus Sampang.
Javad Mu'nis Atthas : Alaykissalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Terima kasih telah menanggapi. Yang saya jabarkan di atas adalah demi menghapus sangkaan orang-orang yang masih memandang sinis. Mereka bilang Syiah ahli taqiyah. Menurut hemat saya sebagai Syiah, taqiyah adalah urusan hidup dan mati. Jika dalam keadaan aman, haram bertaqiyah. Sebagai konsekuensinya, dalam keadaan apapun, kaum Syiah wajib menjunjung tinggi persatuan Islam, dan haram menistakan kelompok lain. Tentunya berbeda pendapat adalah keniscayaan, dan sah saja jika saling menghormati.
Sebuah status yang lewat di newsfeed saya membuat saya merenung cukup lama. Renungan itu, kini saya tulis, semoga bisa diambil pelajaran terutama untuk diri saya sendiri.
Apa mungkin ulama-ulama besar antar madzhab, dengan luasnya pemikiran mereka, tertipu dengan kaum Syiah? Mereka hanya tidak memperlebar perbedaan, dan ini sangat baik.
Aisya Fadiya : Salam Warahmah. Konteksnya mungkin lebih dari sekedar butuh tak butuh. Di Indonesia misalnya, dibebaskan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Menjadi non-muslim saja dibolehkan, tentu menjadi non- sunni juga boleh bukan? Ironisnya, ketika sang mayoritas berkuasa, yang minoritas terabaikan hak-haknya, termasuk hak untuk hidup dan ini sudah terbukti dari kasus Sampang.
Javad Mu'nis Atthas : Alaykissalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Terima kasih telah menanggapi. Yang saya jabarkan di atas adalah demi menghapus sangkaan orang-orang yang masih memandang sinis. Mereka bilang Syiah ahli taqiyah. Menurut hemat saya sebagai Syiah, taqiyah adalah urusan hidup dan mati. Jika dalam keadaan aman, haram bertaqiyah. Sebagai konsekuensinya, dalam keadaan apapun, kaum Syiah wajib menjunjung tinggi persatuan Islam, dan haram menistakan kelompok lain. Tentunya berbeda pendapat adalah keniscayaan, dan sah saja jika saling menghormati.
Sebuah status yang lewat di newsfeed saya membuat saya merenung cukup lama. Renungan itu, kini saya tulis, semoga bisa diambil pelajaran terutama untuk diri saya sendiri.
Friday, 21 June 2013
IBLIS YANG SEBENARNYA
Setelah menyerukan "jihad" kepada pengikut-pengikutnya yang bodoh dan kanibal, menyerukan orang-orang muslim di seluruh dunia untuk berbondong-bondong ke Syria melawan "penguasa iblis", kini kita melihat sang iblis yang sebenarnya: Al Aafiri berliburan di kawasan elit "Oxford Street" London, membuang jubah palsunya dan menggantinya
dengan pakaian mewah yang dibayar dengan darah rakyat Syria dan Arab.
dengan pakaian mewah yang dibayar dengan darah rakyat Syria dan Arab.
SBY Setuju Pengungsi Syiah Sampang Diusir
Pengantar blogger:
Kecurigaan saya bahwa penghargaan World Statesman Award yang diterima SBY dari Appeal of Conscience Foundation (ACF), merupakan "inisiasi" masuknya SBY ke dalam "kelompok elit" penyembah dajjal tampaknya mulai terbukti. Salah satu ciri anggota kelompok ini adalah suka memberikan sesembahan kepada dajjal dalam bentuk tindakan-tindakan keji. Termasuk di antaranya menaikkan harga BBM dan menganiaya para pengungsi Sampang yg telah hidup menderita selama bertahun-tahun. Padahal selama ini pemerintah sudah terlalu banyak menganiaya mereka dengan malarikan diri dari taggungjawab atas mereka.
ACF didirikan oleh pemuka agama yahudi (rabbi) Arthur Schneier pada tahun 1965. Tampak dalam gambar di atas bersama SBY adalah para "gembong" zionisme termasuk Henry Kissinger (kanan)
***
Tak sampai sebulan setelah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
menerima pengharagaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience
Foundation (ACF) atas keberhasilannya membina dan menciptakan harmoni
kehidupan umat beragama di Indonesia, sudah terlihat yang diciptakan
oleh SBY sebenarnya adalah intoleransi, bukan toleransi. Yang dipelihara
oleh SBY sebenarnya adalah kekerasan dan pemaksaan bukan perdamaian dan
ketenangan
Kecurigaan saya bahwa penghargaan World Statesman Award yang diterima SBY dari Appeal of Conscience Foundation (ACF), merupakan "inisiasi" masuknya SBY ke dalam "kelompok elit" penyembah dajjal tampaknya mulai terbukti. Salah satu ciri anggota kelompok ini adalah suka memberikan sesembahan kepada dajjal dalam bentuk tindakan-tindakan keji. Termasuk di antaranya menaikkan harga BBM dan menganiaya para pengungsi Sampang yg telah hidup menderita selama bertahun-tahun. Padahal selama ini pemerintah sudah terlalu banyak menganiaya mereka dengan malarikan diri dari taggungjawab atas mereka.
ACF didirikan oleh pemuka agama yahudi (rabbi) Arthur Schneier pada tahun 1965. Tampak dalam gambar di atas bersama SBY adalah para "gembong" zionisme termasuk Henry Kissinger (kanan)
***
Tak sampai sebulan setelah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
menerima pengharagaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience
Foundation (ACF) atas keberhasilannya membina dan menciptakan harmoni
kehidupan umat beragama di Indonesia, sudah terlihat yang diciptakan
oleh SBY sebenarnya adalah intoleransi, bukan toleransi. Yang dipelihara
oleh SBY sebenarnya adalah kekerasan dan pemaksaan bukan perdamaian dan
ketenangan
Gedung Olah Raga (GOR) Sampang hari ini menjadi
saksi dan bukti hal di atas. Setelah tempat tinggal yang mereka huni
bertahun-tahun lamanya dibakar dan terpaksa mengungsi di Gedung Olah
Raga (GOR) sampang tanpa kelayakan bantuan dan perhatian Pemerintah
Daerah dan Pusat, kini para pengungsi yang menderita namun tegar ini
dipaksa harus gedung yang menampung mereka. Dengan alasan akan
diadakannnya istighasah oleh beberapa kiai di sampang, Pihak pemkab
Sampang dibantu aparat kepolisian melakukan pengusiran dan evakuasi
paksa di GOR. Para wanita tua dan muda ditarik paksa oleh aparat polisi.
Barang-barang pribadi mereka sudah diangkut. Aparat menakuti pengungsi
GOR bila tdk mau meninggalkan GOR maka massa istighosah akan memaksa
masuk dan melakukan pengusiran.
Thursday, 20 June 2013
RESENSI BUKU "PRAHARA SURIAH" KARYA DINA Y. SULAEMAN
Hanya ada satu komentar saya (blogger) tentang buku ini: luar biasa. Keunggulan buku ini tidak saja pada upaya penulisnya untuk menggambarkan konflik Syria secara komprehensif, jujur dan adil, namun juga pada keberhasilan penulis merekonstruksi gambaran utuh konflik Syria dari serpihan-serpihan informasi yang beredar luas di berbagai media massa. Suatu pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi dari penulisnya. Namun bagi penulis yang sudah banyak melahirkan buku-buku berkualitas dan "bestseller" seperti "Mukjizat Abad 20" dan "Pelangi di Persia", tentu bukan hal yang terlalu sulit.
Tentu saja ada beberapa kelemahan dalam buku ini seperti Perdana Menteri Turki Tayyep Erdogan yang salah ditulis sebagai presiden, serta tanda baca atau beberapa huruf pembentuk kata yang hilang. Juga ketika dengan panjang lebar menjelaskan tentang pemberontakan Libya dan penggulingan Khadaffi (hingga eksekusi jalanan terhadapnya) yang ternyata adalah proyek zionisme luar dalam (meski HTI mengklaim sebagai keberhasilan proyek khilafah Islam di Libya), termasuk dengan memaparkan peran sentral yang dilakukan zionis Bernard Henry Levy, buku ini tidak menyinggung tentang pabrik-pabrik senjata kimia (dan reaktor nuklir?) Libya yang kini menjadi milik Israel dan dioperasikan oleh tentara dan agen-agen rahasia Israel. Juga pada halaman 145 terdapat ketidak-konsistenan logika antara alinea pertama dan kedua.
Namun kelemahan-kelemahan tersebut tidak mampu mengurangi nilai lebih buku ini. Buku yang harus dibaca oleh semua orang yang ingin mendapatkan informasi sesungguhnya tentang konflik di Syria, salah satu konflik yang paling menarik dalam sejarah modern.
Buku ini dijamin akan membuka mata orang-orang yang selama ini "tersihir" oleh kampanye media massa dan orasi beberapa ulama (sesat?) yang menyebut konflik di Syria adalah "perjuangan demokrasi" atau "jihad Islam". Karena sesungguhnya, sebagaimana fakta-fakta yang ditampilkan dalam buku ini, konflik Syria merupakan "proyek zionisme internasional" yang mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan politik demi mengamankan ide pembentukan negara Israel Raya, serta tujuan ekonomi untuk menguasai cadangan gas raksasa yang ditemukan di Syria.
Buku ini sudah bisa didapatkan di jaringan toko-toko buku besar tanah air dengan harga yang cukup terjangkau.
Berikut sekilas data tentang buku "Prahara Suriah - Membongkar Persekongkolan Internasional"
Penulis: Dina Y. Sulaeman
Jumlah halaman: 238
Ukuran: 13 cm x 20,5 cm
Penerbit: Pustaka IIMaN
Distributor: Mizan Media Utama
Tentu saja ada beberapa kelemahan dalam buku ini seperti Perdana Menteri Turki Tayyep Erdogan yang salah ditulis sebagai presiden, serta tanda baca atau beberapa huruf pembentuk kata yang hilang. Juga ketika dengan panjang lebar menjelaskan tentang pemberontakan Libya dan penggulingan Khadaffi (hingga eksekusi jalanan terhadapnya) yang ternyata adalah proyek zionisme luar dalam (meski HTI mengklaim sebagai keberhasilan proyek khilafah Islam di Libya), termasuk dengan memaparkan peran sentral yang dilakukan zionis Bernard Henry Levy, buku ini tidak menyinggung tentang pabrik-pabrik senjata kimia (dan reaktor nuklir?) Libya yang kini menjadi milik Israel dan dioperasikan oleh tentara dan agen-agen rahasia Israel. Juga pada halaman 145 terdapat ketidak-konsistenan logika antara alinea pertama dan kedua.
Namun kelemahan-kelemahan tersebut tidak mampu mengurangi nilai lebih buku ini. Buku yang harus dibaca oleh semua orang yang ingin mendapatkan informasi sesungguhnya tentang konflik di Syria, salah satu konflik yang paling menarik dalam sejarah modern.
Buku ini dijamin akan membuka mata orang-orang yang selama ini "tersihir" oleh kampanye media massa dan orasi beberapa ulama (sesat?) yang menyebut konflik di Syria adalah "perjuangan demokrasi" atau "jihad Islam". Karena sesungguhnya, sebagaimana fakta-fakta yang ditampilkan dalam buku ini, konflik Syria merupakan "proyek zionisme internasional" yang mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan politik demi mengamankan ide pembentukan negara Israel Raya, serta tujuan ekonomi untuk menguasai cadangan gas raksasa yang ditemukan di Syria.
Buku ini sudah bisa didapatkan di jaringan toko-toko buku besar tanah air dengan harga yang cukup terjangkau.
Berikut sekilas data tentang buku "Prahara Suriah - Membongkar Persekongkolan Internasional"
Penulis: Dina Y. Sulaeman
Jumlah halaman: 238
Ukuran: 13 cm x 20,5 cm
Penerbit: Pustaka IIMaN
Distributor: Mizan Media Utama
HIZBOLLAH: KAMI BERPERANG DENGAN BANGGA
“Kami berperang dengan bangga karena kami bersih dan tidak pernah berpura-pura. Kami tidak membunuh para pejuang (pemberontak Syria) yang melarikan diri (dari medan perang Qusayr Syria) karena komitmen kami pada agama dan Islam. Bahkan kami membantu mereka membawa mereka yang terluka dalam pertempuran," demikian pernyataan wakil ketua Hizbollah Sheikh Qassem dalam upacara penguburan para pejuang Hizbollah yang gugur di Syria, di komplek pemakaman Imam Hasan Al-Askari, Lebanon.
Pernyataan tersebut membantah berbagai desas-desus yang disebarkan musuh-musuh Hizbollah tentang berbagai dampak negatif keterlibatan Hizbollah di Syria.
Sheikh Qassem juga menegaskan bahwa Hizbollah selalu memperlakukan jasad para pejuangnya dengan terhormat dan penuh kebanggaan dan tidak menyembunyikan pemakamannya. "Karena mereka gugur demi Allah yang Maha Besar dan demi perjuangan membebaskan negeri, kemanusiaan dan kajayaan umat Islam."
Menurut Sheikh, keterlibatan Hizbollah dalam peperangan di Syria bukanlah untuk membela siapapun (termasuk regim Bashar al Assad), melainkan demi menggagalkan aliansi Amerika-Israel-Takfiri yang hendak menghancurkan "perlawanan" rakyat Syria terhadap Israel.
"Kami tidak bertempur untuk membela siapapun, bukan untuk Timur ataupun Barat, atau demi kawasan ini..... Biar semua orang tahu bahwa perjuangan kami hari ini merupakan bagian dasar dari proyek "perjuangan" melawan Israel. Ini adalah untuk melindungi punggung kami dan jalur suplai perjuangan kami, mencegah ancaman Israel terhadap rumah-rumah kami, dan memotong jaringan terorisme. Dan seperti saat kami berdiri menghadapi para tiran dalam perang Juli 2006 (melawan Israel), hari ini kami berdiri menghadapi para tiran dari seluruh dunia," tambah Sheikh Qassem.
Dalam kesempatan tersebut Sheikh Qassem mengkritik berbagai pihak yang mencoba mewujudkan ambisi politiknya melalui proyek zionisme Amerika-Israel. Ia juga mengecam para pemimpin negara yang mengkritik peran Hizbollah dan sebaliknya menyarankan mereka untuk menutup kantor-kantor kedutaaan Israel terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kritikan.
Pernyataan tersebut membantah berbagai desas-desus yang disebarkan musuh-musuh Hizbollah tentang berbagai dampak negatif keterlibatan Hizbollah di Syria.
Sheikh Qassem juga menegaskan bahwa Hizbollah selalu memperlakukan jasad para pejuangnya dengan terhormat dan penuh kebanggaan dan tidak menyembunyikan pemakamannya. "Karena mereka gugur demi Allah yang Maha Besar dan demi perjuangan membebaskan negeri, kemanusiaan dan kajayaan umat Islam."
Menurut Sheikh, keterlibatan Hizbollah dalam peperangan di Syria bukanlah untuk membela siapapun (termasuk regim Bashar al Assad), melainkan demi menggagalkan aliansi Amerika-Israel-Takfiri yang hendak menghancurkan "perlawanan" rakyat Syria terhadap Israel.
"Kami tidak bertempur untuk membela siapapun, bukan untuk Timur ataupun Barat, atau demi kawasan ini..... Biar semua orang tahu bahwa perjuangan kami hari ini merupakan bagian dasar dari proyek "perjuangan" melawan Israel. Ini adalah untuk melindungi punggung kami dan jalur suplai perjuangan kami, mencegah ancaman Israel terhadap rumah-rumah kami, dan memotong jaringan terorisme. Dan seperti saat kami berdiri menghadapi para tiran dalam perang Juli 2006 (melawan Israel), hari ini kami berdiri menghadapi para tiran dari seluruh dunia," tambah Sheikh Qassem.
Dalam kesempatan tersebut Sheikh Qassem mengkritik berbagai pihak yang mencoba mewujudkan ambisi politiknya melalui proyek zionisme Amerika-Israel. Ia juga mengecam para pemimpin negara yang mengkritik peran Hizbollah dan sebaliknya menyarankan mereka untuk menutup kantor-kantor kedutaaan Israel terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kritikan.
PEJUANG PALESTINA KECAM PARA POLITISI DAN ULAMA ARAB, PUJI HIZBOLLAH
“Pernahkan Anda melihat mayat-mayat anak-anak kami yang hangus terbakar sebelum Arab Spring tahun 2008 dan setelah Arab Springs tahun 2012? Apa yang Anda lakukan selain mengirimi kami obat-obatan kadaluarsa dan penutup kasur lusuh? Apa yang Anda lakukan untuk rakyat yang selama 6 tahun berada dalam kepungan? Kami tidak pernah mendengar para ulama mengeluarkan fatwa seruan jihad ke Palestina untuk mengakhiri pendudukan (Israel)!”
Demikian bunyi sebagian dari pernyataan pers yang dikeluarkan "Brigade Martir Al Aqsa", sayap militer kelompok pejuang Palestina "Fatah" baru-baru ini. Pernyataan tersebut tentu saja menohok dengan telak para pemimpin dan ulama Arab yang selama ini menyerukan jihad ke Syria dengan mengabaikan penjajahan Israel atas Palestina.
Sebaliknya dalam pernyatan pers tersebut Brigade al Aqsa memuji-muji peran yang telah dilakukan Iran, Syria dan terutama kelompok pejuang Hizbollah.
"Kenyataan yang harus diketahui semua orang adalah bahwa pendukung utama perjuangan Palestina, yang menentang negara-negara barat pendukung zionis selama gerakan Intifada II (tahun 2000) adalah tiga bagian, yaitu Republik Islam Iran, Republik Arab Syria dan di atas semuanya adalah Hezbollah di Lebanon di bawah kepemimpinan Sayyed Hasan Nasrallah, yang mengulurkan senjata dan amunisi dan melakukan segalanya untuk memperkuat kemampuan pejuang Palestina. Jadi kami berterima kasih pada Hizbollah."
Selanjutnya Brigade al Aqsa menekankan, "kerjasama strategis dan solid dengan Hizbollah dan Sayyed Nasrallah yang menjanjikan kami bahwa tujuan perjuangannya untuk membebaskan masjid Al-Aqsa, dan bahwa masalah Palestina akan selalu menjadi perhatian utama hingga berakhirnya pendudukan zionis."
Brigade Al-Aqsa menganggap Arab Spring telah dikendalikan oleh kekuatan zionis-Amerika menjadi gerakan yang hanya menguntungkan Israel dan mengorbankan kepentingan rakyat Arab.
"Zionist telah membakar segalanya, dan hingga kini kami tidak pernah mendengar seruan dari pemimpin Arab untuk mempersenjatai orang-orang tanpa senjata yang telah berjuang melindungi tanah mereka selama berabad-abad, juga tidak ada seruan untuk menghentikan pelanggaran wilayah Palestina, Lebanon, dan perairan Laut Tengah dan Laut Merah oleh pesawat-pesawat Israel.”
Demikian bunyi sebagian dari pernyataan pers yang dikeluarkan "Brigade Martir Al Aqsa", sayap militer kelompok pejuang Palestina "Fatah" baru-baru ini. Pernyataan tersebut tentu saja menohok dengan telak para pemimpin dan ulama Arab yang selama ini menyerukan jihad ke Syria dengan mengabaikan penjajahan Israel atas Palestina.
Sebaliknya dalam pernyatan pers tersebut Brigade al Aqsa memuji-muji peran yang telah dilakukan Iran, Syria dan terutama kelompok pejuang Hizbollah.
"Kenyataan yang harus diketahui semua orang adalah bahwa pendukung utama perjuangan Palestina, yang menentang negara-negara barat pendukung zionis selama gerakan Intifada II (tahun 2000) adalah tiga bagian, yaitu Republik Islam Iran, Republik Arab Syria dan di atas semuanya adalah Hezbollah di Lebanon di bawah kepemimpinan Sayyed Hasan Nasrallah, yang mengulurkan senjata dan amunisi dan melakukan segalanya untuk memperkuat kemampuan pejuang Palestina. Jadi kami berterima kasih pada Hizbollah."
Selanjutnya Brigade al Aqsa menekankan, "kerjasama strategis dan solid dengan Hizbollah dan Sayyed Nasrallah yang menjanjikan kami bahwa tujuan perjuangannya untuk membebaskan masjid Al-Aqsa, dan bahwa masalah Palestina akan selalu menjadi perhatian utama hingga berakhirnya pendudukan zionis."
Brigade Al-Aqsa menganggap Arab Spring telah dikendalikan oleh kekuatan zionis-Amerika menjadi gerakan yang hanya menguntungkan Israel dan mengorbankan kepentingan rakyat Arab.
"Zionist telah membakar segalanya, dan hingga kini kami tidak pernah mendengar seruan dari pemimpin Arab untuk mempersenjatai orang-orang tanpa senjata yang telah berjuang melindungi tanah mereka selama berabad-abad, juga tidak ada seruan untuk menghentikan pelanggaran wilayah Palestina, Lebanon, dan perairan Laut Tengah dan Laut Merah oleh pesawat-pesawat Israel.”
DEMOKRASI IRAN YANG TERBAIK
(ROUHANI, FIGUR IDEAL UNTUK IRAN)
Pada saat yang nyaris bersamaan 3 negara yang bertentangan secara politik di kawasan Timur Tengah menunjukkan wajahnya yang bertolak belakang dalam perspektif demokrasi. Yang pertama, Qatar, kepala negara dan perdana menterinya bakal mundur dari jabatannya karena "perintah" Amerika. Yang kedua Saudi, rajanya yang tengah "sekarat" memerintahkan penangkapan kerabatnya sendiri yang juga mantan menteri pertahanan karena merencanakaan kudeta. Dan yang ketiga adalah Iran, 73% rakyatnya berpartisipasi dalam proses pemilu yang demokratis (termasuk angka partisipasi tertinggi dalam proses pemilu di seluruh dunia) dan damai dan menghasilkan pemimpin baru yang paling ideal: Dr. Sheikh Hassan Rouhani yang merupakan perpaduan antara ulama, ilmuwan dan diplomat-politisi (ketua tim negosiasi Iran dalam masalah nuklir).
"Demokrasi disini jauh lebih baik daripada Amerika dan kami sangat yakin dengan hal ini. Tanyakan sendiri pada rakyat Iran di jalanan. Mereka akan mengatakan hal yang sama," kata Foad Izadi, seorang profesor di Universitas Teheran dalam wawancaranya dengan kantor berita Iran Press TV baru-baru ini tentang pemilu di Iran.
Beberapa waktu sebelum pemilu, rakyat Iran mendengar berbagai seruan boikot pemilu yang disuarakan oleh media-media barat. Dengan tingkat partisipasi pemilu yang rendah, barat berhadap bisa menjadikannya sebagai "senjata" untuk menekan Iran dengan dalih pemerintahan Iran tidak didukung rakyat. Namun rakyat Iran menjawab seruan itu dengan berdondong-bondong ke tempat pemungutan suara.
"Menurut saya, hal yang perlu diingat dari pemilu kali ini adalah bahwa rakyat Iran menerima sistem pemerintahan negeri ini. Selama berminggu-minggu semua media massa yang terkait dengan pemerintahan Amerika dan Inggris menyerukan rakyat Iran untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu. Namun apa yang kita lihat adalah rakyat mengatakan "tidak" pada mereka," tambah Izadi.
Izadi juga membantah rumor yang disebarkan media massa tentang kecurangan selama pemilu. Menurutnya, jika pemerintah mau, bisa saja hasil penghitungan suara untuk Rouhani bisa saja diturunkan menjadi 35% sesuai hasil jajak-jajak pendapat sebelum pemilu, dan tidak akan ada yang protes. Dengan perolehan itu setidaknya pemilu harus diperpanjang sekaligus menghambat kemenangan Rouhani.
"Jadi, menurut saya inilah saatnya para "ahli" dari barat untuk mengakui bahwa demokrasi di Iran demokrasi yang asli. Dan selanjutnya mereka bisa berbicara kepada pemimpin mereka untuk menghentikan sanksi-sanksi ilegal yang diterapkan atas rakyat Iran," tambahnya.
Pada saat yang nyaris bersamaan 3 negara yang bertentangan secara politik di kawasan Timur Tengah menunjukkan wajahnya yang bertolak belakang dalam perspektif demokrasi. Yang pertama, Qatar, kepala negara dan perdana menterinya bakal mundur dari jabatannya karena "perintah" Amerika. Yang kedua Saudi, rajanya yang tengah "sekarat" memerintahkan penangkapan kerabatnya sendiri yang juga mantan menteri pertahanan karena merencanakaan kudeta. Dan yang ketiga adalah Iran, 73% rakyatnya berpartisipasi dalam proses pemilu yang demokratis (termasuk angka partisipasi tertinggi dalam proses pemilu di seluruh dunia) dan damai dan menghasilkan pemimpin baru yang paling ideal: Dr. Sheikh Hassan Rouhani yang merupakan perpaduan antara ulama, ilmuwan dan diplomat-politisi (ketua tim negosiasi Iran dalam masalah nuklir).
"Demokrasi disini jauh lebih baik daripada Amerika dan kami sangat yakin dengan hal ini. Tanyakan sendiri pada rakyat Iran di jalanan. Mereka akan mengatakan hal yang sama," kata Foad Izadi, seorang profesor di Universitas Teheran dalam wawancaranya dengan kantor berita Iran Press TV baru-baru ini tentang pemilu di Iran.
Beberapa waktu sebelum pemilu, rakyat Iran mendengar berbagai seruan boikot pemilu yang disuarakan oleh media-media barat. Dengan tingkat partisipasi pemilu yang rendah, barat berhadap bisa menjadikannya sebagai "senjata" untuk menekan Iran dengan dalih pemerintahan Iran tidak didukung rakyat. Namun rakyat Iran menjawab seruan itu dengan berdondong-bondong ke tempat pemungutan suara.
"Menurut saya, hal yang perlu diingat dari pemilu kali ini adalah bahwa rakyat Iran menerima sistem pemerintahan negeri ini. Selama berminggu-minggu semua media massa yang terkait dengan pemerintahan Amerika dan Inggris menyerukan rakyat Iran untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu. Namun apa yang kita lihat adalah rakyat mengatakan "tidak" pada mereka," tambah Izadi.
Izadi juga membantah rumor yang disebarkan media massa tentang kecurangan selama pemilu. Menurutnya, jika pemerintah mau, bisa saja hasil penghitungan suara untuk Rouhani bisa saja diturunkan menjadi 35% sesuai hasil jajak-jajak pendapat sebelum pemilu, dan tidak akan ada yang protes. Dengan perolehan itu setidaknya pemilu harus diperpanjang sekaligus menghambat kemenangan Rouhani.
"Jadi, menurut saya inilah saatnya para "ahli" dari barat untuk mengakui bahwa demokrasi di Iran demokrasi yang asli. Dan selanjutnya mereka bisa berbicara kepada pemimpin mereka untuk menghentikan sanksi-sanksi ilegal yang diterapkan atas rakyat Iran," tambahnya.
IRAN SUKSES TINGKATKAN AKURASI RUDAL BALLISTIK
Di luar Cina, Iran adalah satu-satunya negara yang berhasil mengembangkan rudal ballistik (rudal yang ditembakkan ke angkasa dan jatuh ke sasaran dengan kekuatan gravitasi) anti-kapal. Bahkan negara-negara maju seperti Amerika dan Rusia pun belum mengembangkan senjata jenis ini.
Rudal jenis ini yang dikembangkan Iran adalah Khalij Fars (Teluk Parsi) yang memiliki daya jangkau hingga sejauh 300 km dan bergerak dengan kecepatan supersonik. Dengan dilengkapi oleh 650 kg hululedak ditambah kekuatan kecepatan yang tinggi, rudal ini mampu menenggelamkan kapal-kapal ukuran besar. Dilengkapi dengan kombinasi beberapa sistem pengendali (laser dan TV program) rudal ini mampu melakukan manuver-manuver canggih untuk mengelakkan sergapan lawan.
Komandan Divisi Ruangangkasa Tentara Pengawal Republik Iran (IRGC) Brigjen Amir-Ali Hajizadeh baru-baru ini mengatakan bahwa para ahli Iran telah berhasil meningkatkan tingkat keakurasian rudal Khalij Fars dari dari sebelumnya 30 meter (penyimpangan maksimal dari titik sasaran sebenarnya) menjadi hanya 8,5 meter. Tingkat akurasi 30 meter tercatat dalam ujicoba yang dilakukan bulan Juli tahun lalu.
Hajizadeh membanggakan keberadaan rudal-rudal ini di jajaran IRGC telah membuat musuh-musuh Iran mempertimbangkan ulang rencana serangan militer terhadap Iran.
Sementara kebanyakan rudal anti-kapal adalah rudal jelajah dengan kecepatan subsonik (di bawah kecepatan suara) yang relatif mudah dideteksi dan dihentikan oleh sistem pertahanan udara musuh, rudal ballistik yang terbang tinggi dan jatuh nyaris vertikal dengan kecepatan tinggi, membuatnya sulit untuk diantisipasi.
Rudal jenis ini yang dikembangkan Iran adalah Khalij Fars (Teluk Parsi) yang memiliki daya jangkau hingga sejauh 300 km dan bergerak dengan kecepatan supersonik. Dengan dilengkapi oleh 650 kg hululedak ditambah kekuatan kecepatan yang tinggi, rudal ini mampu menenggelamkan kapal-kapal ukuran besar. Dilengkapi dengan kombinasi beberapa sistem pengendali (laser dan TV program) rudal ini mampu melakukan manuver-manuver canggih untuk mengelakkan sergapan lawan.
Komandan Divisi Ruangangkasa Tentara Pengawal Republik Iran (IRGC) Brigjen Amir-Ali Hajizadeh baru-baru ini mengatakan bahwa para ahli Iran telah berhasil meningkatkan tingkat keakurasian rudal Khalij Fars dari dari sebelumnya 30 meter (penyimpangan maksimal dari titik sasaran sebenarnya) menjadi hanya 8,5 meter. Tingkat akurasi 30 meter tercatat dalam ujicoba yang dilakukan bulan Juli tahun lalu.
Hajizadeh membanggakan keberadaan rudal-rudal ini di jajaran IRGC telah membuat musuh-musuh Iran mempertimbangkan ulang rencana serangan militer terhadap Iran.
Sementara kebanyakan rudal anti-kapal adalah rudal jelajah dengan kecepatan subsonik (di bawah kecepatan suara) yang relatif mudah dideteksi dan dihentikan oleh sistem pertahanan udara musuh, rudal ballistik yang terbang tinggi dan jatuh nyaris vertikal dengan kecepatan tinggi, membuatnya sulit untuk diantisipasi.
Tuesday, 18 June 2013
ERDOGAN SEGERA MENYUSUL MUBARAK? (5)
"Saat malam tiba, para demonstran dengan menggunakan helm pekerja bangunan dan masker bergerak menuju Gezi Park mencoba menduduki kembali tempat itu, namun dipukul mundur, berkali-kali, dengan lebih banyak gas air mata ditembakkan polisi. Penduduk lokal membuka jendela-jendela dan melemparkan pot serta panci membantu para demonstran. Satu regu polisi mengejar sekelompok demonstran ke arah Golden Horn, menangkapi beberapa di antara mereka yang bersembunyi di belakangnya. Istanbul, dan seluruh Turki, diliputi oleh kekacauan."
Demikian tulis wartawan TIME, Piotr Zalewski, di medianya tgl 17 Juni dengan judul "After a Violent Weekend Crackdown, Turkey Braces for More Chaos".
Erdogan boleh saja memainkan banyak jurus: dimulai dengan menggertak, kemudian memelas (menunda proyek pembangunan Gezi Park yang memicu kerusuhan di Turki), mengorganisir aksi dukungan baginya, hingga terakhir mengancam mengerahkan tentara untuk membubarkan aksi-aksi demonstrasi yang semakin membesar dari hari ke hari. Namun para demonstran justru semakin teguh pada pendiriannya, yaitu turunnya Erdogan dari kursi kesuasaan.
Pada hari Sabtu malam (15/6) polisi berhasil membersihkan Gazi Park dari para demonstran yang berkumpul disana melalui bentrokan sengit. Keesokan harinya, di hadapan pendukung-pendukungnya Erdogan memuji keberhasilan polisi sembari mengecam para demonstran sebagai "penjarah" dan "teroris". Namun ribuan demonstran kembali mengorganisir diri untuk menduduki kembali Gezi Park yang telah menjadi simbol perlawanan terhadap regim Erdogan sebagaimana laporan TIME di atas.
Dan kali ini aksi-aksi demonstrasi semakin intensif setelah 2 serikat pekerja terbesar Turki, KESK dan DISK pada hari Senin (17/6) mengumumkan aksi mogok nasional mendukung demonstran.
"Tuntutan kami adalah polisi segera menghentikan aksi-aksi kekerasan," kata jubir KESK Baki Cinar kepada kantor berita Perancis "AFP" Senin (17/6). Menurutnya aksi mogok yang akan dilakukan akan diikuti juga oleh para insinyur dan dokter. Menlu Muammer Guler sendiri mengecam aksi mogok tersebut sebagai "illegal" dan mengingatkan para buruh untuk tidak turun ke jalanan.
Kerusuhan yang terjadi hari Minggu (16/6) merupakan salah satu yang terbesar selama 2 minggu lebih menentang kekuasaan Erdogan yang hampir mendekati masa satu dekade. Pada hari itu saja sebanyak 600 orang ditangkap ditangkap dalam aksi-aksi demonstrasi di Ankara dan Intanbul. Dan meski Erdogan sudah "mengalah" dengan menunda pembangunan Gezi Park sampai ada keputusan pengadilan, para demonstran menganggap hal itu belumlah cukup.
"Kami akan berjuang sampai hak-hak rakyat, termasuk hak untuk hidup, dihormati," tulis Taksim Solidarity Platform, kelompok organiser demonstran dalam pernyataan pers-nya hari Sabtu (15/6). Kelompok ini selain menyerukan pendudukan Taman Gezi juga mengajukan tuntutan hukum terhadap para pejabat yang dianggap bertanggungjawab atas aksi brutal yang dilakukan polisi kepada para demosntran, serta pembebasan para demonstran yang ditahan polisi.
Amnesty International (AI) menyebutkan sebanyak 70 orang yang ditangkap polisi kini nasibnya tidak diketahui. Selain itu AI juga melaporkan banyaknya kasus kekerasan polisi terhadap para tahanan demonstran.
Demikian tulis wartawan TIME, Piotr Zalewski, di medianya tgl 17 Juni dengan judul "After a Violent Weekend Crackdown, Turkey Braces for More Chaos".
Erdogan boleh saja memainkan banyak jurus: dimulai dengan menggertak, kemudian memelas (menunda proyek pembangunan Gezi Park yang memicu kerusuhan di Turki), mengorganisir aksi dukungan baginya, hingga terakhir mengancam mengerahkan tentara untuk membubarkan aksi-aksi demonstrasi yang semakin membesar dari hari ke hari. Namun para demonstran justru semakin teguh pada pendiriannya, yaitu turunnya Erdogan dari kursi kesuasaan.
Pada hari Sabtu malam (15/6) polisi berhasil membersihkan Gazi Park dari para demonstran yang berkumpul disana melalui bentrokan sengit. Keesokan harinya, di hadapan pendukung-pendukungnya Erdogan memuji keberhasilan polisi sembari mengecam para demonstran sebagai "penjarah" dan "teroris". Namun ribuan demonstran kembali mengorganisir diri untuk menduduki kembali Gezi Park yang telah menjadi simbol perlawanan terhadap regim Erdogan sebagaimana laporan TIME di atas.
Dan kali ini aksi-aksi demonstrasi semakin intensif setelah 2 serikat pekerja terbesar Turki, KESK dan DISK pada hari Senin (17/6) mengumumkan aksi mogok nasional mendukung demonstran.
"Tuntutan kami adalah polisi segera menghentikan aksi-aksi kekerasan," kata jubir KESK Baki Cinar kepada kantor berita Perancis "AFP" Senin (17/6). Menurutnya aksi mogok yang akan dilakukan akan diikuti juga oleh para insinyur dan dokter. Menlu Muammer Guler sendiri mengecam aksi mogok tersebut sebagai "illegal" dan mengingatkan para buruh untuk tidak turun ke jalanan.
Kerusuhan yang terjadi hari Minggu (16/6) merupakan salah satu yang terbesar selama 2 minggu lebih menentang kekuasaan Erdogan yang hampir mendekati masa satu dekade. Pada hari itu saja sebanyak 600 orang ditangkap ditangkap dalam aksi-aksi demonstrasi di Ankara dan Intanbul. Dan meski Erdogan sudah "mengalah" dengan menunda pembangunan Gezi Park sampai ada keputusan pengadilan, para demonstran menganggap hal itu belumlah cukup.
"Kami akan berjuang sampai hak-hak rakyat, termasuk hak untuk hidup, dihormati," tulis Taksim Solidarity Platform, kelompok organiser demonstran dalam pernyataan pers-nya hari Sabtu (15/6). Kelompok ini selain menyerukan pendudukan Taman Gezi juga mengajukan tuntutan hukum terhadap para pejabat yang dianggap bertanggungjawab atas aksi brutal yang dilakukan polisi kepada para demosntran, serta pembebasan para demonstran yang ditahan polisi.
Amnesty International (AI) menyebutkan sebanyak 70 orang yang ditangkap polisi kini nasibnya tidak diketahui. Selain itu AI juga melaporkan banyaknya kasus kekerasan polisi terhadap para tahanan demonstran.
Monday, 17 June 2013
ERDOGAN SEGERA MENYUSUL MUBARAK? (4)
"Meskipun Ikhwanul Muslimin menggembar-gemborkan kebenciannya pada Amerika, mereka berkembang di bawah perlindungan Anglo-Americans (Inggris, Amerika, Israel) yang selalu dapat digunakannya untuk untuk melawan siapapun yang menghalanginya. Menlu Hillary Clinton telah menunjuk "pengawal pribadinya" Huma Abedin (istri dari zionis anggota Congress Amerika Anthony Weiner), yang ibunya, Saleha Abedin, adalah tokoh wanita gerakan Ikhwanul Muslimin. Dengan jaringan itulah Hillary Clinton mengendalikan Ikhwanul Muslimin".
Demikian tulis wartawan senior Perancis Thierry Meyssan di situs online Voltaire Network berjudul "The uprising against Brother Erdogan" tgl 10 Juni 2013. Jika tulisan Christianto Wibisono di Harian Suara Pembaharuan tgl 29 Mei 2007 berjudul "AMIEN RAIS DAN PAUL WOLFOWITZ" mengkonfirmasi kebenaran hubungan antara Amien Rais dengan para zionis, maka tulisan tersebut di atas mengkonfirmasi kebenaran hubungan antara gerakan Ikhwanul Muslimin dengan zionisme.
Selama ini kita mungkin sering dibuat bingung oleh berbagai anomali politik yang dimainkan oleh para politisi dan organisasi-organisasi yang dikenal dekat dengan kelompok "Ikhwanul Muslimin". Organisasi yang awalnya didirikan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel itu kini justru tampak menjadi sekutu dekat zionis.
Beberapa anomali itu misalnya adalah:
1. Enggannya Presiden Mesir Mohammad Moersi membuka blokade Gaza.
2. Mesir berubah menjadi negara debitur IMF.
3. Tidak maunya Mesir dan Turki (keduanya dipimpin oleh politisi Ikhwanul Muslimin) memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan justru memilih memutuskan hubungan dengan Syria yang sama-sama negara Islam.
4. Berubahnya wajah PKS (partai ini juga dipimpin oleh orang-orang yang terilhami, atau bahkan mungkin adalah anggota-anggota Ikhwanul Muslimin. Tokoh-tokohnya diketahui menjalin hubungan dekat dengan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin Turki) dari partai Islam menjadi partai "liberal".
Bagi Thierry Meyssan, aksi-aksi demonstrasi rakyat Turki yang saat ini terus berlangsung tidak ditujukan pada gaya kepemimpinan otoriter PM Erdogan, melainkan pada Ikhwanul Muslimin, yang mana Erdogan adalah mentornya. Dan aksi-aksi demonstrasi tersebut merupakana revolusi yang membuat gerakan "Arab Spring", gerakan yang berhasil mengantarkan Ikhwanul Muslimin menjadi penguasa di beberapa negara Timur Tengah, menjadi bahan pertanyaan.
Aksi-aksi demonstrasi di Turki, selanjutnya kita sebut sebagai fenomena "Turky Spring", berakar pada ketidak konsistenan kebijakan Erdogan. Jika awalnya Erdogan menggambarkan diri sebagai "Muslim Demokrat" tiba-tiba berubah menjadi regim otoritarian. Selain itu, yang sebelumnya menerapkan kebijakan luarnegeri yang "zero problem" dengan negara-negara tetangganya, tiba-tiba saja berubah menjadi agresor di Syria. Dan pengendali dari perubahan-perubahan tersebut adalah Ikhwanul Muslimin, organisasi rahasia dimana Erdogan dan elit politik Turki saat ini tergabung.
Penting untuk diperhatikan bahwa istilah "Arab Spring" yang diberikan oleh media-media massa barat merupakan bentuk "tipuan" untuk memberikan legitimasi bagi pengalihan kekuasaan regim otoriter menjadi kekuasaan Islam yang pro-Amerika dan zionis internasional. Adalah Amerika yang memerintahkan Zinedine el Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak (juga Soeharto dalam Gerakan Reformasi Indonesia tahun 1998) untuk mundur dari kursi kekuasaan, bukan massa di jalanan. Adalah NATO dan tentara bayarannya yang menumbangkan dan membantai Moammar Ghadaffi, bukan rakyat Libya sendiri. Dan kini, kelompok yang sama bersama Turki dan negara-negara Teluk yang menuntut Bashar al Assad mundur, bukan rakyat Syria sendiri.
Demikian tulis wartawan senior Perancis Thierry Meyssan di situs online Voltaire Network berjudul "The uprising against Brother Erdogan" tgl 10 Juni 2013. Jika tulisan Christianto Wibisono di Harian Suara Pembaharuan tgl 29 Mei 2007 berjudul "AMIEN RAIS DAN PAUL WOLFOWITZ" mengkonfirmasi kebenaran hubungan antara Amien Rais dengan para zionis, maka tulisan tersebut di atas mengkonfirmasi kebenaran hubungan antara gerakan Ikhwanul Muslimin dengan zionisme.
Selama ini kita mungkin sering dibuat bingung oleh berbagai anomali politik yang dimainkan oleh para politisi dan organisasi-organisasi yang dikenal dekat dengan kelompok "Ikhwanul Muslimin". Organisasi yang awalnya didirikan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel itu kini justru tampak menjadi sekutu dekat zionis.
Beberapa anomali itu misalnya adalah:
1. Enggannya Presiden Mesir Mohammad Moersi membuka blokade Gaza.
2. Mesir berubah menjadi negara debitur IMF.
3. Tidak maunya Mesir dan Turki (keduanya dipimpin oleh politisi Ikhwanul Muslimin) memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan justru memilih memutuskan hubungan dengan Syria yang sama-sama negara Islam.
4. Berubahnya wajah PKS (partai ini juga dipimpin oleh orang-orang yang terilhami, atau bahkan mungkin adalah anggota-anggota Ikhwanul Muslimin. Tokoh-tokohnya diketahui menjalin hubungan dekat dengan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin Turki) dari partai Islam menjadi partai "liberal".
Bagi Thierry Meyssan, aksi-aksi demonstrasi rakyat Turki yang saat ini terus berlangsung tidak ditujukan pada gaya kepemimpinan otoriter PM Erdogan, melainkan pada Ikhwanul Muslimin, yang mana Erdogan adalah mentornya. Dan aksi-aksi demonstrasi tersebut merupakana revolusi yang membuat gerakan "Arab Spring", gerakan yang berhasil mengantarkan Ikhwanul Muslimin menjadi penguasa di beberapa negara Timur Tengah, menjadi bahan pertanyaan.
Aksi-aksi demonstrasi di Turki, selanjutnya kita sebut sebagai fenomena "Turky Spring", berakar pada ketidak konsistenan kebijakan Erdogan. Jika awalnya Erdogan menggambarkan diri sebagai "Muslim Demokrat" tiba-tiba berubah menjadi regim otoritarian. Selain itu, yang sebelumnya menerapkan kebijakan luarnegeri yang "zero problem" dengan negara-negara tetangganya, tiba-tiba saja berubah menjadi agresor di Syria. Dan pengendali dari perubahan-perubahan tersebut adalah Ikhwanul Muslimin, organisasi rahasia dimana Erdogan dan elit politik Turki saat ini tergabung.
Penting untuk diperhatikan bahwa istilah "Arab Spring" yang diberikan oleh media-media massa barat merupakan bentuk "tipuan" untuk memberikan legitimasi bagi pengalihan kekuasaan regim otoriter menjadi kekuasaan Islam yang pro-Amerika dan zionis internasional. Adalah Amerika yang memerintahkan Zinedine el Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak (juga Soeharto dalam Gerakan Reformasi Indonesia tahun 1998) untuk mundur dari kursi kekuasaan, bukan massa di jalanan. Adalah NATO dan tentara bayarannya yang menumbangkan dan membantai Moammar Ghadaffi, bukan rakyat Libya sendiri. Dan kini, kelompok yang sama bersama Turki dan negara-negara Teluk yang menuntut Bashar al Assad mundur, bukan rakyat Syria sendiri.
Menguak Kebohongan Pemerintah Soal Kenaikan Harga BBM
(Penuturan "Orang Dalam")
Rencana kebijakan pemerintah yang ingin menaikkan harga BBM bersubsidi menimbulkan tanda tanya besar, bahkan dengan harga BBM bersubsidi Rp 4.500 per-liter sebenarnya pemerintah tidak mengeluarkan subsidi dari APBN.
Seorang oknum pejabat Pertamina yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, "Mas, perlu diketahui, istilah subsidi itu hanya kebohongan pemerintah dan Pertamina. Saya sendiri juga perih menyaksikan kerakusan para pejabat di Pertamina. Harga premium dan solar dari "Russian Oil" itu cuma $425 per-metrik ton atau sekitar kurang dari Rp 4.300 per-liter. Melalui Petral (maklar minyak piaraan pemerintah: blogger) angka tersebut di-mark up $300 menjadi $725, dan oleh Pertamina disempurnakan mark up-nya menjadi $950, angka inilah yang kemudian disebut sebagai harga pasar yang mengharuskan adanya istilah subsidi tersebut. Luar biasa bajingan mas!!"
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Petromine Watch Indonesia, Urai Zulhendri mengatakan, jika memang isi pesan tersebut memang benar adanya, maka pemerintah dan Pertamina melakukan mark up harga mencapai 100% dari harga $425 menjadi $950, Petral mengambil untung $300 dan Pertamina mengambil untung $125.
"Jelas, bahwa ini mengindikasi PT Pertamina Energy Trading (Petral) anak usaha PT Pertamina (Persero) masih menggunakan perantara (mafia minyak) dalam melakukan pembelian minyak mentah," katanya.
Tidak hanya itu, Urai menduga kuat bahwa mark up yang dilakukan PT Pertamina (Persero) sebesar $125 dicurigai sebagai bentuk upeti atau "commitment fee" dari Dirut Pertamina Karen Agustiawan, yang diduga diberikan kepada Ani Yudhoyono untuk mempertahankan posisinya sebagai Dirut Pertamina.
Rencana kebijakan pemerintah yang ingin menaikkan harga BBM bersubsidi menimbulkan tanda tanya besar, bahkan dengan harga BBM bersubsidi Rp 4.500 per-liter sebenarnya pemerintah tidak mengeluarkan subsidi dari APBN.
Seorang oknum pejabat Pertamina yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, "Mas, perlu diketahui, istilah subsidi itu hanya kebohongan pemerintah dan Pertamina. Saya sendiri juga perih menyaksikan kerakusan para pejabat di Pertamina. Harga premium dan solar dari "Russian Oil" itu cuma $425 per-metrik ton atau sekitar kurang dari Rp 4.300 per-liter. Melalui Petral (maklar minyak piaraan pemerintah: blogger) angka tersebut di-mark up $300 menjadi $725, dan oleh Pertamina disempurnakan mark up-nya menjadi $950, angka inilah yang kemudian disebut sebagai harga pasar yang mengharuskan adanya istilah subsidi tersebut. Luar biasa bajingan mas!!"
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Petromine Watch Indonesia, Urai Zulhendri mengatakan, jika memang isi pesan tersebut memang benar adanya, maka pemerintah dan Pertamina melakukan mark up harga mencapai 100% dari harga $425 menjadi $950, Petral mengambil untung $300 dan Pertamina mengambil untung $125.
"Jelas, bahwa ini mengindikasi PT Pertamina Energy Trading (Petral) anak usaha PT Pertamina (Persero) masih menggunakan perantara (mafia minyak) dalam melakukan pembelian minyak mentah," katanya.
Tidak hanya itu, Urai menduga kuat bahwa mark up yang dilakukan PT Pertamina (Persero) sebesar $125 dicurigai sebagai bentuk upeti atau "commitment fee" dari Dirut Pertamina Karen Agustiawan, yang diduga diberikan kepada Ani Yudhoyono untuk mempertahankan posisinya sebagai Dirut Pertamina.
Paradoks Hizbut Tahrir
Penulis : Muhammad Anis *
Saat mengikuti perkembangan konstelasi politik di Timur Tengah, lagi-lagi saya dikejutkan ulah Hizbut Tahrir yang meneriakkan slogan Khilafah. Dalam konflik Libya, HT memprediksikan bahwa khilafah akan tegak di sana pasca tumbangnya rezim Qadafi. Karena itu, HT dengan bangga mengucapkan selamat atas terbunuhnya Qadafi.
Tapi kenyataannya, yang tegak justru pemerintahan boneka AS yang rela memanggil-manggil perusahaan asing untuk mengeruk minyak negerinya. Saat ini prediksi serupa juga dilontarkan HT kepada Suriah, bahwa khilafah akan tegak pasca tumbangnya rezim Assad. Padahal, kita tahu persis seperti apa karakter kubu oposisi, yang jelas sekali jauh dari nilai-nilai khilafah yang diidealkan HT. Bagaimana mungkin koalisi Al-Nusrah dan Al-Qaeda—yang bengis dan kanibal itu—layak menegakkan syariat Islam? Dan apakah mungkin SNC yang jelas pro Barat mau menegakkan khilafah? Hanya mimpi dan ilusi saja.
Tanpa sistem khilafah, rakyat Suriah selama puluhan tahun telah hidup rukun dan damai. Hal ini terungkap gamblang dalam sebuah wawancara apik Dina Sulaeman dengan seorang jurnalis senior Suriah (The Global Review, 24 Mei 2013), yang menguak banyak fakta penting. “Sepanjang hidup, saya bahkan tidak tahu apa agama tetangga-tetangga saya. Saya tidak peduli apa mazhab orang yang duduk di sebelah saya. Begitulah kehidupan kami. Yang penting bagi kami adalah hati dan perilakunya. Syria adalah untuk semua orang, Kristen, Sunni, Syiah, Druze, Alawi, Yahudi,…,” ungkap sang narasumber. Kekacauan muncul justru saat sekelompok orang asing Al-Nusrah tiba-tiba menyelonong begitu saja masuk ke Suriah, lalu melakukan perlawanan bersenjata demi menggulingkan pemerintahan Bashar Assad dan menegakkan khilafah. Apa hak mereka memaksakan kehendak seperti itu? Ini mirip dengan tindakan sekelompok zionis yang secara ilegal memasuki Palestina dan memaksakan berdirinya negara Israel.
Paradoks dan keganjilan tidak hanya terlihat pada perilaku politik HT di atas, melainkan terlihat pula pada pemikiran politiknya. Dalam upaya mengkaji itu, saya menggunakan buku HT yang berjudul “Struktur Negara Khilafah” (HTI Press, 2008). Karena, buku ini merupakan pedoman terlengkap dalam memaparkan pemikiran politik HT, sesuai dengan penjelasan yang tertulis di cover dalamnya bahwa buku ini merevisi semua buku yang bertentangan dengannya. Namun demikian, saya juga menggunakan buku HT lainnya sekaitan dengan Daulah Utsmaniyah. Untuk itu, saya ingin menyampaikan beberapa kritik sebagai berikut.
1. Syarat Baligh
HT menyatakan bahwa salah satu syarat wajib (in’iqad) seorang khalifah adalah baligh. Sementara, syarat kefaqihan/kemujtahidan (berpengetahuan agama secara mendalam) ataupun intelektualitas justru diletakkan sebagai syarat keutamaan (afdhaliyah) saja. Kalimatnya begini:
“Dalam diri khalifah wajib terpenuhi tujuh syarat, sehingga ia layak menduduki jabatan khilafah dan sah akad baiat kepadanya dalam kekhilafahan. Tujuh syarat tersebut merupakan syarat in’iqad (syarat legal). Jika kurang satu syarat saja, maka akad kekhalifahannya tidak sah.” Ketujuh syarat itu adalah: Muslim, laki-laki, baligh, sehat akalnya, adil, merdeka (bukan budak), dan kemampuan dalam memimpin….Adapun syarat-syarat lainnya yang memiliki dalil yang sahih hanya merupakan syarat afdhaliyah, seperti ketentuan khalifah harus dari kalangan Quraisy, atau ketentuan khalifah harus seorang mujtahid, atau ahli menggunakan senjata, atau syarat-syarat lainnya yang memiliki dalil yang tidak tegas.” [Struktur Negara Khilafah, hal. 34-41]
Saya heran, semestinya keilmuan atau intelektualitas justru menjadi syarat wajib seorang pemimpin. Karena, bagaimana mungkin sebuah pemerintahan bisa ditegakkan oleh seorang pemimpin yang bodoh dan tidak berwawasan?
Saat mengikuti perkembangan konstelasi politik di Timur Tengah, lagi-lagi saya dikejutkan ulah Hizbut Tahrir yang meneriakkan slogan Khilafah. Dalam konflik Libya, HT memprediksikan bahwa khilafah akan tegak di sana pasca tumbangnya rezim Qadafi. Karena itu, HT dengan bangga mengucapkan selamat atas terbunuhnya Qadafi.
Tapi kenyataannya, yang tegak justru pemerintahan boneka AS yang rela memanggil-manggil perusahaan asing untuk mengeruk minyak negerinya. Saat ini prediksi serupa juga dilontarkan HT kepada Suriah, bahwa khilafah akan tegak pasca tumbangnya rezim Assad. Padahal, kita tahu persis seperti apa karakter kubu oposisi, yang jelas sekali jauh dari nilai-nilai khilafah yang diidealkan HT. Bagaimana mungkin koalisi Al-Nusrah dan Al-Qaeda—yang bengis dan kanibal itu—layak menegakkan syariat Islam? Dan apakah mungkin SNC yang jelas pro Barat mau menegakkan khilafah? Hanya mimpi dan ilusi saja.
Tanpa sistem khilafah, rakyat Suriah selama puluhan tahun telah hidup rukun dan damai. Hal ini terungkap gamblang dalam sebuah wawancara apik Dina Sulaeman dengan seorang jurnalis senior Suriah (The Global Review, 24 Mei 2013), yang menguak banyak fakta penting. “Sepanjang hidup, saya bahkan tidak tahu apa agama tetangga-tetangga saya. Saya tidak peduli apa mazhab orang yang duduk di sebelah saya. Begitulah kehidupan kami. Yang penting bagi kami adalah hati dan perilakunya. Syria adalah untuk semua orang, Kristen, Sunni, Syiah, Druze, Alawi, Yahudi,…,” ungkap sang narasumber. Kekacauan muncul justru saat sekelompok orang asing Al-Nusrah tiba-tiba menyelonong begitu saja masuk ke Suriah, lalu melakukan perlawanan bersenjata demi menggulingkan pemerintahan Bashar Assad dan menegakkan khilafah. Apa hak mereka memaksakan kehendak seperti itu? Ini mirip dengan tindakan sekelompok zionis yang secara ilegal memasuki Palestina dan memaksakan berdirinya negara Israel.
Paradoks dan keganjilan tidak hanya terlihat pada perilaku politik HT di atas, melainkan terlihat pula pada pemikiran politiknya. Dalam upaya mengkaji itu, saya menggunakan buku HT yang berjudul “Struktur Negara Khilafah” (HTI Press, 2008). Karena, buku ini merupakan pedoman terlengkap dalam memaparkan pemikiran politik HT, sesuai dengan penjelasan yang tertulis di cover dalamnya bahwa buku ini merevisi semua buku yang bertentangan dengannya. Namun demikian, saya juga menggunakan buku HT lainnya sekaitan dengan Daulah Utsmaniyah. Untuk itu, saya ingin menyampaikan beberapa kritik sebagai berikut.
1. Syarat Baligh
HT menyatakan bahwa salah satu syarat wajib (in’iqad) seorang khalifah adalah baligh. Sementara, syarat kefaqihan/kemujtahidan (berpengetahuan agama secara mendalam) ataupun intelektualitas justru diletakkan sebagai syarat keutamaan (afdhaliyah) saja. Kalimatnya begini:
“Dalam diri khalifah wajib terpenuhi tujuh syarat, sehingga ia layak menduduki jabatan khilafah dan sah akad baiat kepadanya dalam kekhilafahan. Tujuh syarat tersebut merupakan syarat in’iqad (syarat legal). Jika kurang satu syarat saja, maka akad kekhalifahannya tidak sah.” Ketujuh syarat itu adalah: Muslim, laki-laki, baligh, sehat akalnya, adil, merdeka (bukan budak), dan kemampuan dalam memimpin….Adapun syarat-syarat lainnya yang memiliki dalil yang sahih hanya merupakan syarat afdhaliyah, seperti ketentuan khalifah harus dari kalangan Quraisy, atau ketentuan khalifah harus seorang mujtahid, atau ahli menggunakan senjata, atau syarat-syarat lainnya yang memiliki dalil yang tidak tegas.” [Struktur Negara Khilafah, hal. 34-41]
Saya heran, semestinya keilmuan atau intelektualitas justru menjadi syarat wajib seorang pemimpin. Karena, bagaimana mungkin sebuah pemerintahan bisa ditegakkan oleh seorang pemimpin yang bodoh dan tidak berwawasan?
Sunday, 16 June 2013
ERDOGAN SEGERA MENYUSUL MUBARAK? (3)
Bocornya video rekaman tersebut ke publik membuat kecurigaan lawan-lawan politiknya semakin mengarah padanya. Faktanya pada tahun 2000
ia dijatuhi hukuman penjara dengan dakwaan berupaya mengubah dasar negara sekuler menjadi Islam. Namun pada saat itu Gulen telah berada di Amerika dan mendapatkan perlindungan penuh para pejabat Amerika.
Para pengikut Gulen yang disebut sebagai "jemaat" disebut-sebut sebagai kekuatan politik ketiga di Turki setelah partai penguasa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan militer. Struktur organisasi "jemaat" sendiri sangat misterius. Para pengurus maupun anggota cenderung menyembunyikan keberadaan "jemaat". Gulen sendiri menyebut gerakannya sebagai "Hizmet" atau "pengabdian" yang tidak memiliki struktur organisasi jelas karena bukan organisasi formal. Para "jemaat" menganggap mereka hanya disatukan oleh inspirasi yang diberikan Gulen.
Beberapa mantan pengikut Gulen yang "murtad" menyebut organisasi "jemaat" sangat kuat, hirarkis dan otoriter. Sebagian lainnya menyebut sebagai kelompok okultis (kelompok rahasia yang mempraktikkan perdukunan). Gulen yang disebut pengikutnya sebagai "Hocaefendi" atau "Tuan Guru" merupakan pemimpin tertinggi satu-satunya dengan masing-masing kelompok pengikut dipimpin oleh seorang "abis" atau "saudara tua". Masing-masing kelompok terpisah dari kelompok lainnya. Para "abis" memiliki kekuasaan besar atas kelompoknya, termasuk dalam menentukan pernikahan anggota-anggota kelompoknya. Dan bagi "jemaat", anggota dari keluarga kaya dan berpengaruh merupakan asset penting pendukung finansial organisasi.
Ilhan Tanir, seorang jurnalis Turki yang "murtad" dari kelompok ini mengatakan tentang "jemaat":
"Mencampur adukkan hal-hal gaib dengan dunia nyata, kelompok ini melihat kelompok mereka sebagai "pemilik kebenaran" dan "yang terberkahi" yang diliputi dengan kegaiban. Itulah sebabnya “Itaat” atau kesetiaan menjadi kharakter paling penting bagi semua anggota. Hidup lama dalam lingkungan seperti itu membuat seseorang menjadi takut pada dunia luar dan lemah untuk hidup di dunia nyata."
Lebih jauh Tanir menambahkan bahwa misi "kegaiban" yang disandangnya membuat semua anggota akan menjalankan setiap misi yang diembankan hingga tercapai betapapun resiko maupun ongkosnya."
Di sisi lain, dimanapun gerakan "jemaat" eksis, mereka mengikuti satu pola yang sama, yaitu memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisnis dan kekuasaan, sangat eksklusif dan tertutup. Dalam tingkat tertentu para anggota bahkan mengabaikan ikatan keluarga demi untuk memenuhi kewajiban organisasi, sama seperti kelompok LDII di Indonesia, misalnya.
Terkadang, mereka bangga dengan kesetiaan buta para anggotanya. Pada tahun 2010 jurnalis Amerika Suzy Hansen dari media "The New Republic" mengutip pernyataan Bekir Aksoy, seorang tokoh "jemaat" di Amerika yang bermarkas di pusat gerakan "jemaat" di Amerika yang terletak di Saylorsburg, Pennsylvania, bernama Golden Generation Worship and Retreat Center, sbb:
ia dijatuhi hukuman penjara dengan dakwaan berupaya mengubah dasar negara sekuler menjadi Islam. Namun pada saat itu Gulen telah berada di Amerika dan mendapatkan perlindungan penuh para pejabat Amerika.
Para pengikut Gulen yang disebut sebagai "jemaat" disebut-sebut sebagai kekuatan politik ketiga di Turki setelah partai penguasa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan militer. Struktur organisasi "jemaat" sendiri sangat misterius. Para pengurus maupun anggota cenderung menyembunyikan keberadaan "jemaat". Gulen sendiri menyebut gerakannya sebagai "Hizmet" atau "pengabdian" yang tidak memiliki struktur organisasi jelas karena bukan organisasi formal. Para "jemaat" menganggap mereka hanya disatukan oleh inspirasi yang diberikan Gulen.
Beberapa mantan pengikut Gulen yang "murtad" menyebut organisasi "jemaat" sangat kuat, hirarkis dan otoriter. Sebagian lainnya menyebut sebagai kelompok okultis (kelompok rahasia yang mempraktikkan perdukunan). Gulen yang disebut pengikutnya sebagai "Hocaefendi" atau "Tuan Guru" merupakan pemimpin tertinggi satu-satunya dengan masing-masing kelompok pengikut dipimpin oleh seorang "abis" atau "saudara tua". Masing-masing kelompok terpisah dari kelompok lainnya. Para "abis" memiliki kekuasaan besar atas kelompoknya, termasuk dalam menentukan pernikahan anggota-anggota kelompoknya. Dan bagi "jemaat", anggota dari keluarga kaya dan berpengaruh merupakan asset penting pendukung finansial organisasi.
Ilhan Tanir, seorang jurnalis Turki yang "murtad" dari kelompok ini mengatakan tentang "jemaat":
"Mencampur adukkan hal-hal gaib dengan dunia nyata, kelompok ini melihat kelompok mereka sebagai "pemilik kebenaran" dan "yang terberkahi" yang diliputi dengan kegaiban. Itulah sebabnya “Itaat” atau kesetiaan menjadi kharakter paling penting bagi semua anggota. Hidup lama dalam lingkungan seperti itu membuat seseorang menjadi takut pada dunia luar dan lemah untuk hidup di dunia nyata."
Lebih jauh Tanir menambahkan bahwa misi "kegaiban" yang disandangnya membuat semua anggota akan menjalankan setiap misi yang diembankan hingga tercapai betapapun resiko maupun ongkosnya."
Di sisi lain, dimanapun gerakan "jemaat" eksis, mereka mengikuti satu pola yang sama, yaitu memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisnis dan kekuasaan, sangat eksklusif dan tertutup. Dalam tingkat tertentu para anggota bahkan mengabaikan ikatan keluarga demi untuk memenuhi kewajiban organisasi, sama seperti kelompok LDII di Indonesia, misalnya.
Terkadang, mereka bangga dengan kesetiaan buta para anggotanya. Pada tahun 2010 jurnalis Amerika Suzy Hansen dari media "The New Republic" mengutip pernyataan Bekir Aksoy, seorang tokoh "jemaat" di Amerika yang bermarkas di pusat gerakan "jemaat" di Amerika yang terletak di Saylorsburg, Pennsylvania, bernama Golden Generation Worship and Retreat Center, sbb:
MANTAN MENLU PERANCIS: KONFLIK SYRIA DIRENCANAKAN LAMA DI INGGRIS
(TENTARA SYRIA BERGERAK MAJU DI ALEPPO)
Mantan menlu Perancis Roland Dumas baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan melalui televisi Perancis LCP, bahwa konflik Syria telah disiapkan di Inggris 2 tahun sebelum munculnya gerakan "Arab Springs".
"Saya akan mengatakan kepada Anda sesuatu. Saat itu saya tengah berada di Inggis 2 tahun sebelum kerusuhan di Syria terjadi. Saya bertemu beberapa pejabat Inggris yang mengaku kepada saya bahwa mereka tengah mempersiapkan sesuatu di Syria," kata Dumas.
"Ini terjadi di Inggris, bukan Amerika. Mereka tengah mengorganisir satu serangan pemberontakan terhadap Syria. Mereka bahkan mengajak saya untuk bergabung meski saya bukan lagi menteri luar negeri. Tentu saja saya menolak. Saya katakan saya orang Perancis dan hal itu tidak menarik saya," tambahnya.
Dumas selanjutnya memberikan keterangan lebih jauh tentang konflik yang kini telah menelan puluhan ribu jiwa itu.
"Operasi ini telah berlangsung lama. Telah dipersiapkan, dikondisikan dan direncanakan.... di kawasan itu, adalah penting untuk mengetahui bahwa regim (Bashar al Assad) sangat anti-Israel. Konsekuensinya segala yang bergerak di kawasan, dan saya telah mendapatkan informasi dari mantan perdana menteri Israel, bahwa Israel akan berbaik hati pada negara-negara tetangganya. Namun negara manapun yang tidak setuju dengan keinginan Israel akan dihancurkan."
"Inilah tipe dunia politik, sebuah pandangan sejarah Semua orang harus mengetahui hal ini," kata Dumas.
Mantan menlu Perancis Roland Dumas baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan melalui televisi Perancis LCP, bahwa konflik Syria telah disiapkan di Inggris 2 tahun sebelum munculnya gerakan "Arab Springs".
"Saya akan mengatakan kepada Anda sesuatu. Saat itu saya tengah berada di Inggis 2 tahun sebelum kerusuhan di Syria terjadi. Saya bertemu beberapa pejabat Inggris yang mengaku kepada saya bahwa mereka tengah mempersiapkan sesuatu di Syria," kata Dumas.
"Ini terjadi di Inggris, bukan Amerika. Mereka tengah mengorganisir satu serangan pemberontakan terhadap Syria. Mereka bahkan mengajak saya untuk bergabung meski saya bukan lagi menteri luar negeri. Tentu saja saya menolak. Saya katakan saya orang Perancis dan hal itu tidak menarik saya," tambahnya.
Dumas selanjutnya memberikan keterangan lebih jauh tentang konflik yang kini telah menelan puluhan ribu jiwa itu.
"Operasi ini telah berlangsung lama. Telah dipersiapkan, dikondisikan dan direncanakan.... di kawasan itu, adalah penting untuk mengetahui bahwa regim (Bashar al Assad) sangat anti-Israel. Konsekuensinya segala yang bergerak di kawasan, dan saya telah mendapatkan informasi dari mantan perdana menteri Israel, bahwa Israel akan berbaik hati pada negara-negara tetangganya. Namun negara manapun yang tidak setuju dengan keinginan Israel akan dihancurkan."
"Inilah tipe dunia politik, sebuah pandangan sejarah Semua orang harus mengetahui hal ini," kata Dumas.
SYEKH QARDHAWI, APA MAUMU?
"Bagaimana mungkin pintu-pintu surga terbuka di Damaskus, kami tetangga Suriah. Di Palestina, Gaza dan Baitul Maqdis kami dijajah dan tidak ada seorangpun yang pernah mengeluarkan fatwa jihad di wilayah ini baik secara lisan maupun praktek.... Kelompok-kelompok yang menggunakan nama agama di Suriah sebenarnya sangat jauh dari agama. Pasalnya, setiap orang yang mengibarkan bendera Islam untuk menumpahkan darah sesama Muslim dan atau menjarah harta mereka. Siapapun, dia adalah pengkhianat dan pembohong."
(Syeikh Salahuddin bin Ibrahim Abu Arafa, Imam Masjid Al Aqsa Palestina menyikapi fatwa Syekh Yusuf Qordowi tentang jihad di Syria melawan pemerintah)
***
Bagi mereka yang memiliki akal, apa yang dilakukan oleh Syekh Yusuf Qardawi tentu akan dianggap sebagai "sangat menyedihkan". Pada tahun 2006 ia mengeluarkan fatwa mendukung Hizbollah dan para pemimpinnya dalam perjuangan mereka melawan penjajahan Israel. Ia juga menyanjung Presiden Syria Bashar al Assad. Dan lebih utama lagi ia juga terlibat aktif memperjuangkan persatuan Sunni-Shiah termasuk menandatangani "Deklarasi Amman" yang ditandatangani para ulama Islam Sunni dan Shiah dari seluruh dunia (termasuk Indonesia) yang isinya penuh dengan semangat persatuan dan perdamaian antar umat Islam.
Namun kini ia "berbalik arah": mengutuki Hizbollah, Bashar al Assad dan Iran serta menyesali upaya perdamaian antar umat Sunni-Shiah yang pernah dilakukannya. Hal ini sangat disayangkan karena berpotensi menghancurkan prospek persatuan umat Islam yang telah diperjuangkan oleh para ulama dan tokoh politik Islam selama bertahun-tahun. Dan apa yang dilakukan tersebut mendorong umat Islam kembali ke "masa-masa jahiliah" dimana kebencian antar-mazhab mengalahkan akal sehat dan hati nurani, menjadikan musuh-musuh Islam leluasa menjadikan umat Islam sebagai "sapi perah".
Anehnya, hal yang "sangat menyedihkan" tersebut justru disambut dengan penuh semangat oleh kolom Resonansi Harian Republika yang ditulis oleh Ikhwanul Kiram Mashuri dengan judul "Ketika Syekh Qardhawi Akui Kesalahan Fatwanya" tertanggal 10 Juni 2013. Lihatlah semangat yang dibawa oleh tulisan tersebut sbb:
"Syekh Qardhawi tidak salah ketika melemparkan keinginannya untuk mendekatkan mazhab-mazhab dalam Islam. Ia juga tidak salah ketika menyerukan perlunya saling bahu-membahu antar-pemimpin Muslim. Ide Syekh Qardhawi, lanjut Al-Rasyid, adalah sangat baik dan terpuji. Yang salah adalah ia (Qardhawi) kurang memahami strategi politik yang dimainkan oleh para pemimpin negara-negara di Timur Tengah, terutama para pemimpin Iran".
Secara sepintas alinea tersebut di atas memberikan "nuansa kesejukan" bagi upaya persatuan Islam khususnya yang pernah dilakukan Qardhawi. Namun bagian terakhirnya seperti "mengejek" upaya tersebut sebagai sebuah kesia-siaan karena "kesalahan Iran".
Sangat disayangkan, baik Qardawi maupun tulisan di Republika di atas tidak memberikan penjelasan tentang apa kesalahan yang telah dilakukan Hizbollah, Iran dan Syria kecuali retorika-retorika tanpa fakta yang jelas.
(Syeikh Salahuddin bin Ibrahim Abu Arafa, Imam Masjid Al Aqsa Palestina menyikapi fatwa Syekh Yusuf Qordowi tentang jihad di Syria melawan pemerintah)
***
Bagi mereka yang memiliki akal, apa yang dilakukan oleh Syekh Yusuf Qardawi tentu akan dianggap sebagai "sangat menyedihkan". Pada tahun 2006 ia mengeluarkan fatwa mendukung Hizbollah dan para pemimpinnya dalam perjuangan mereka melawan penjajahan Israel. Ia juga menyanjung Presiden Syria Bashar al Assad. Dan lebih utama lagi ia juga terlibat aktif memperjuangkan persatuan Sunni-Shiah termasuk menandatangani "Deklarasi Amman" yang ditandatangani para ulama Islam Sunni dan Shiah dari seluruh dunia (termasuk Indonesia) yang isinya penuh dengan semangat persatuan dan perdamaian antar umat Islam.
Namun kini ia "berbalik arah": mengutuki Hizbollah, Bashar al Assad dan Iran serta menyesali upaya perdamaian antar umat Sunni-Shiah yang pernah dilakukannya. Hal ini sangat disayangkan karena berpotensi menghancurkan prospek persatuan umat Islam yang telah diperjuangkan oleh para ulama dan tokoh politik Islam selama bertahun-tahun. Dan apa yang dilakukan tersebut mendorong umat Islam kembali ke "masa-masa jahiliah" dimana kebencian antar-mazhab mengalahkan akal sehat dan hati nurani, menjadikan musuh-musuh Islam leluasa menjadikan umat Islam sebagai "sapi perah".
Anehnya, hal yang "sangat menyedihkan" tersebut justru disambut dengan penuh semangat oleh kolom Resonansi Harian Republika yang ditulis oleh Ikhwanul Kiram Mashuri dengan judul "Ketika Syekh Qardhawi Akui Kesalahan Fatwanya" tertanggal 10 Juni 2013. Lihatlah semangat yang dibawa oleh tulisan tersebut sbb:
"Syekh Qardhawi tidak salah ketika melemparkan keinginannya untuk mendekatkan mazhab-mazhab dalam Islam. Ia juga tidak salah ketika menyerukan perlunya saling bahu-membahu antar-pemimpin Muslim. Ide Syekh Qardhawi, lanjut Al-Rasyid, adalah sangat baik dan terpuji. Yang salah adalah ia (Qardhawi) kurang memahami strategi politik yang dimainkan oleh para pemimpin negara-negara di Timur Tengah, terutama para pemimpin Iran".
Secara sepintas alinea tersebut di atas memberikan "nuansa kesejukan" bagi upaya persatuan Islam khususnya yang pernah dilakukan Qardhawi. Namun bagian terakhirnya seperti "mengejek" upaya tersebut sebagai sebuah kesia-siaan karena "kesalahan Iran".
Sangat disayangkan, baik Qardawi maupun tulisan di Republika di atas tidak memberikan penjelasan tentang apa kesalahan yang telah dilakukan Hizbollah, Iran dan Syria kecuali retorika-retorika tanpa fakta yang jelas.
Saturday, 15 June 2013
KEMULIAAN HIZBOLLAH DAN KEKEJIAN TAKFIRI
Keterangan gambar: Seorang pemberontak Syria tawanan Hizbollah yang terluka dikirim ke rumah sakit Al-Minieh, Tripoli pada tgl 9 Juni 2013.
(Photo: AFP - STR)
Satu perbedaan mencolok ditunjukkan oleh para pejuang Hizbollah dan lawan-lawannya yang saat ini tengah berupaya menghancurkan negeri Syria demi kepentingan zionis internasional. Pada saat para pemberontak Syria melakukan pembantaian tak berperi-kemanusiaan atas penduduk Hatla, para pejuang Hizbollah memperlakukan pemberontak yang tertawan secara terhormat dengan memberikan kesempatan mereka untuk mendapatkan perawatan medis.
Perlu disampaikan disini bahwa para pejuang Hizbollah baru saja memindahkan 36 tawanan mereka yang terluka dari al Qusayr ke beberapa rumah sakit di Lebanon. Langkah ini kontan mendapatkan pujian dari pemuka umat Sunni di kota Sidon, Sheikh Maher Hammoud yang menyebut tindakan tersebut sesuai dengan hukum Islam.
“Para pejuang Lebanon (Hizbollah) menghormati hukum Islam. Maka kita harus mengkaji ulang pandangan kita terutama setelah terbongkarnya plot yang digerakkan oleh Israel, Amerika, Turki dan Qatar,” kata Sheikh Maher Hammoud yang juga menjadi Imam Masjid Al Quds di Sidon itu.
Menurut Sheikh Hammoud dalam wawancara dengan media online Lebanon Al-Ahed itu tindakan terpuji Hizbollah tersebut merupakan bagian dari kemenangan Hizbollah sekaligus membantah propaganda dan kebohongan kelompok-kelompok pemberontak tentangnya. Untuk itu ia mendesak kelompok-kelompok pemberontak Syria untuk menghentikan sebutan-sebutan tidak patut atas Hizbollah seperti "Partai Setan", terutama karena Hizbollah juga melakukan sikap terpuji terhadap milisi-milisi Kristen yang tertawan setelah mundurnya Israel dari Lebanon Selatan tahun 2000.
"Kita harus membersihkan semua tuduhan-tuduhan palsu yang disematkan terhadap Islam dan umat muslim oleh mereka yang sengaja mendistorsi Islam. Hal ini merupakan bagian dari konspirasi yang dirancang dan didanai oleh Israel, Amerika, Turki dan Qatar,” tambahnya.
Satu perbedaan mencolok ditunjukkan oleh para pejuang Hizbollah dan lawan-lawannya yang saat ini tengah berupaya menghancurkan negeri Syria demi kepentingan zionis internasional. Pada saat para pemberontak Syria melakukan pembantaian tak berperi-kemanusiaan atas penduduk Hatla, para pejuang Hizbollah memperlakukan pemberontak yang tertawan secara terhormat dengan memberikan kesempatan mereka untuk mendapatkan perawatan medis.
Perlu disampaikan disini bahwa para pejuang Hizbollah baru saja memindahkan 36 tawanan mereka yang terluka dari al Qusayr ke beberapa rumah sakit di Lebanon. Langkah ini kontan mendapatkan pujian dari pemuka umat Sunni di kota Sidon, Sheikh Maher Hammoud yang menyebut tindakan tersebut sesuai dengan hukum Islam.
“Para pejuang Lebanon (Hizbollah) menghormati hukum Islam. Maka kita harus mengkaji ulang pandangan kita terutama setelah terbongkarnya plot yang digerakkan oleh Israel, Amerika, Turki dan Qatar,” kata Sheikh Maher Hammoud yang juga menjadi Imam Masjid Al Quds di Sidon itu.
Menurut Sheikh Hammoud dalam wawancara dengan media online Lebanon Al-Ahed itu tindakan terpuji Hizbollah tersebut merupakan bagian dari kemenangan Hizbollah sekaligus membantah propaganda dan kebohongan kelompok-kelompok pemberontak tentangnya. Untuk itu ia mendesak kelompok-kelompok pemberontak Syria untuk menghentikan sebutan-sebutan tidak patut atas Hizbollah seperti "Partai Setan", terutama karena Hizbollah juga melakukan sikap terpuji terhadap milisi-milisi Kristen yang tertawan setelah mundurnya Israel dari Lebanon Selatan tahun 2000.
"Kita harus membersihkan semua tuduhan-tuduhan palsu yang disematkan terhadap Islam dan umat muslim oleh mereka yang sengaja mendistorsi Islam. Hal ini merupakan bagian dari konspirasi yang dirancang dan didanai oleh Israel, Amerika, Turki dan Qatar,” tambahnya.
AMERIKA KUDETA QATAR (KARENA SYRIA)?
Media-media massa dunia baru-baru ini mengabarkan rencana suksesi kepemimpinan di Qatar dimana Emir Hamad bin Khalifa al-Thani akan segera menyerahkan kekuasaan pada putra mahkotanya karena alasan "kesehatan". Berbagai rumor pun segera beredar tentang alasan sebenarnya suksesi tersebut mengingat Emir Hamad tidak tampak mengalami masalah kesehatan serius selain peran penting yang telah dan tengah dilakukannya dalam berbagai konflik di kawasan Timur Tengah, termasuk konflik Syria saat ini.
Melanjutkan isu-isu tersebut, media Lebanon Assafir hari Kamis lalu (13/6) melaporkan bahwa keputusan suksesi tersebut ditentukan oleh Amerika.
“Keputusan itu dilakukan oleh Amerika, ini hal terpentingnya, dan Emir mendapat informasinya melalui seorang utusan militer yang menduduki jabatan penting dalam dinas inteligen Amerika CIA,” tulis harian Assafir.
Menurut laporan tersebut keputusan diambil setelah Gedung Putih mengumpulkan semua informasi dari berbagai aparatnya tentang aktifitas yang telah dilakukan Emir dan perdana menterinya. Menurut laporan Assafir Emir dan sang perdana menteri dianggap Amerika telah "melanggar garis merah" dalam masalah konflik di Syria. Qatar dipandang telah lepas kendali dalam memberikan dukungannya pada para pemberontak terutama kelompok-kelompok teroris yang dikhawatirkan bakal menimbulkan kesulitan bagi kepentingan Amerika di masa depan.
Assafir menyebutkan detil keputusan yang diberikan Amerika terhadap Emir Hamad tersebut:
"Anda memiliki satu pilihan jelas, kami akan membekukan uang Anda di seluruh dunia, atau Anda menyerahkan posisi Anda kepada salah seorang putra Anda yang kami tentukan untuk menggantikan Anda."
Ketika Emir mencoba mendiskusikan hal itu, sang utusan menjawab:
Melanjutkan isu-isu tersebut, media Lebanon Assafir hari Kamis lalu (13/6) melaporkan bahwa keputusan suksesi tersebut ditentukan oleh Amerika.
“Keputusan itu dilakukan oleh Amerika, ini hal terpentingnya, dan Emir mendapat informasinya melalui seorang utusan militer yang menduduki jabatan penting dalam dinas inteligen Amerika CIA,” tulis harian Assafir.
Menurut laporan tersebut keputusan diambil setelah Gedung Putih mengumpulkan semua informasi dari berbagai aparatnya tentang aktifitas yang telah dilakukan Emir dan perdana menterinya. Menurut laporan Assafir Emir dan sang perdana menteri dianggap Amerika telah "melanggar garis merah" dalam masalah konflik di Syria. Qatar dipandang telah lepas kendali dalam memberikan dukungannya pada para pemberontak terutama kelompok-kelompok teroris yang dikhawatirkan bakal menimbulkan kesulitan bagi kepentingan Amerika di masa depan.
Assafir menyebutkan detil keputusan yang diberikan Amerika terhadap Emir Hamad tersebut:
"Anda memiliki satu pilihan jelas, kami akan membekukan uang Anda di seluruh dunia, atau Anda menyerahkan posisi Anda kepada salah seorang putra Anda yang kami tentukan untuk menggantikan Anda."
Ketika Emir mencoba mendiskusikan hal itu, sang utusan menjawab:
Subscribe to:
Posts (Atom)