Wednesday, 28 January 2015

Kasus Charlie Hebdo di Argentina

Publik Argentina kini tengah tersedot perhatiannya pada kematian Jaksa Federal Alberto Nisman, yang ditemukana tewas di kantornya, Minggu (18/1).

Kematian ini menarik, karena Nisman adalah kepala penyidik kasus pemboman Pusat Kebudayaan Yahudi di Buenos Aires tahun 1994 yang menewaskan 85 orang.

Beberapa saat sebelum dan sesudah kematian Nisman, media-media massa menyebutkan bahwa Nisman telah menuduh pemerintahan Presiden Cristina Kirchner berusaha “menghalang-halangi penyelidikan” dengan “menutup-nutupi keterlibatan Iran” dalam serangan berdarah itu.

Secara sekilas berita tersebut telah menggiring opini bahwa Iran adalah pelaku serangan bom tersebut dan Presiden Kirchner berusaha menutup-nutupinya, meski bila digunakan logika sedikit saja, opini tersebut akan termentahkan. Misalnya saja, untuk apa Presiden Kirchner menutup-nutupi kasus yang telah terjadi 20 tahun yang lalu ketika Kirchner belum menjadi tokoh yang berpengaruh. Bukankah seharusnya penyelidikan kasus ini sudah selesai jauh sebelum Kirchner menjadi Presiden Argentina?

Kemudian tentang keterlibatan Iran, selain tidak ada bukti kecuali upaya penggiringan opini, Iran juga tidak memiliki motif apapun untuk melakukan aksi tersebut. Untuk apa Iran melakukan hal itu jika tidak memberikan keuntungan apapun, melainkan hanya kerugian saja.