Tuesday 9 November 2010

Sang Terpilih (11)


Keterangan gambar: sebuah ruang sinagog dengan "checkered floor"


Salah satu agenda "organisasi" yang paling memuakkan di mata Subagyo adalah penyebar luasan homoseksual di masyarakat. Bersama dengan agenda lainnya seperti pornografi dan pornoaksi, homosksualisme adalah satu alat ampuh untuk menghancurkan tatanan sosial masyarakat sehingga tidak ada lagi kekuatan yang bisa menjadi penghambat agenda utama "organisasi" yaitu menguasai dunia dengan memperbudak masyarakatnya.

Sebagai anggota "organisasi" Subagyo diwajibkan untuk mendukung program itu meski secara pribadi ia merasa muak melihat orang-orang homoseks yang sakit jiwa itu diberi keleluasaan. Gerakan ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama jauh sebelum Subagyo menjadi presiden. Yang mencolok mata adalah kehadiran mereka di dunia hiburan dan televisi. Untuk yang terakhir "organisasi" bahkan telah menempatkan banyak agennya, orang-orang gay dan lesbian, sebagai produser hingga pemimpin redaksi. Tidak heran jika di stasiun-stasiun televisi banyak bermunculan program-program dan bintang-bintang televisi pro-homoseksual.

Dan gerakan homoseksualisasi di Indungsia semakin menguat setelah munculnya kasus pembunuh berantai Ryan, yang oleh media massa kemudian dijadikan sebagai ikon homoseksualisme di Indungsia. Karena pengaruh "organisasi" lah maka Ryan tidak benar-benar dihukum mati sebagaimana hukuman formal yang dijatuhkan pengadilan atas kekejiannya membantai korban-korbannya. Sebaliknya Ryan justru tampil sebagai selebritis: mengadakan pesta ulang tahun, membuat album rekaman, menulis buku, semuanya dilakukan di penjara. Soal menulis buku tentu saja bukan Ryan yang menulisnya sendiri mengingat intelektualismenya yang jeblok, meski di buku itu ditulias seolah-olah Ryan lah yang menjadi penulisnya. Sebenarnya seorang wartawan gay penerima beasiswa jurnalisme di Harvard University yang telah menulisnya.

Baru-baru ini media massa gencar memberitakan Ryan diwawancarai media massa terkenal dari Amerika. Terakhir dikabarkan ia akan menikahi seorang gadis putri tunggal seorang pengusaha Singapura. Tentu saja pengusaha itu orang yahudi karena tidak ada orang normal yang mau menikahkan putrinya dengan seorang gay maniak seperti Ryan. Lagipula dengan isu pernikahan itu bukankah nama Ryan kembali "moncer"?

Untuk mendukung program ini Subagyo sebenarnya diminta "organisasi" untuk bersama agen-agen "organisasi" di parlemen untuk menfasilitasi penerapan UU Transgender yang memberi hak sosial-politik-ekonomi sepenuhnya kepada orang-orang gay dan lesbian, selain juga hak untuk menikah sesama jenis. Dengan UU ini semua orang yang memperlihatkan ketisak sukaannya secara terbuka terhadap homoseksual bisa dikenai hukuman penjara. Misalnya saja mentertawakan seorang bencong yang berdandan menor, atau sekedar membicarakan mereka secara sembunyi-sembunyi.

UU ini sudah diterapkan di beberapa negara bagian di Amerika dan Eropa, tapi belum bisa sama sekali diterapkan di negara yang manyoritas rakyatnya beragama Islam, karena Islam mengutuk keras perilaku seksual menyimpang ini. Dengan sopan Subagyo menjelaskan kepada George Soros yang menjadi penghubung dirinya dengan "organisasi", bahwa rakyat Indungsia belum siap menerima undang-undang seperti itu. "Diperlukan dua tiga tahun lagi, dengan upaya yang lebih massif dan sistematis," kata Subagyo.

George Soros bisa menerima penjelasan Subagyo, tapi ia bersikeras mendudukkan agennya, seorang lesbian, menjadi menteri pendidikan untuk menebar luaskan virus homoseksual di kalangan anak sekolah. Namun karena selama ini konvensi yang berlaku seorang menteri pendidikan adalah jatahnya organisasi keislaman terbesar, maka orang tersebut akhirnya ditempatkan di pos menteri kesehatan, menggantikan menteri kesehatan lama yang telah secara lancang berani menentang agenda "organisasi" dalam kasus wabah flu burung. Menteri kesehatan baru yang lesbian itu adalah seorang mantan aktifis LSM yang berhasil mengeruk kekayaan melimpah dari isyu kemiskinan yang diusungnya. Ia berasal dari sebuah keluarga yang dari buyutnya telah menjadi agen "organisasi" di Indungsia sejak jaman kolonialis.

Meski tidak seheboh Amerika dimana "organisasi" menempatkan 150 orang gay dan lesbian di jajaran kabinet presiden Barack Obama, dalam kabinet Subagyo "organisasi" setidaknya telah menempatkan beberapa orang gay dan lesbian. Di antaranya Sri Mulyati, mantan menteri keuangan yang kini bekerja di kantor pusat IMF di Washington. Memang ia tidak nampak sebagai seorang lesbian mengingat ia telah berkeluarga dan punya anak. Tapi sebuah upacara inisiasi "organisasi" yang ekstrem telah merubah orientasi seks Sri Mulyati untuk selamanya.

Berbicara tentang pornografi dan homoseksualitas di Indungsia orang seharusnya menyorot fenomena Ahmad Sani, seorang seniman musik papan atas Indungsia yang merupakan keturunan yahudi Jerman melalui darah ibunya yang kawin dengan seorang tokoh politik Islam pribumi. Dengan "Rikiblik Cinta"nya ia menyihir generasi muda Indungsia untuk mencintai gaya hidup hedonisme, free sek dan homoseksualisme. Tanda bahwa ia adalah seorang anggota tingkat tinggi "organisasi" adalah lantai rumahnya yang bercorak petak catur atau disebut "checkered floor". Demikian tinggi tingkatannya sehingga saat ia merayakan pesta ulangtahun putra tertuanya, tokoh-tokoh nasional Indungsia "jew ass sucker" berbondong-bondong datang ke rumahnya. Di antaranya adalah pejabat negara, diplomat, seniman terkenal, wartawan senior, jendral, artis terkenal, akademisi hingga tokoh agama.

Beberapa tahun lalu Ahmad Sani melakukan blunder yang nyaris menghancurkan kariernya. Dalam sebuah acara live di sebuah stasiun televisi milik George Soros, tentunya melalui kaki tangannya yang adalah seorang bankir pribumi, Ahmad Sani menginjak-injak logo bertuliskan kaligrafi Islam. Hanya karena perlindungan ketua ormas Islam besar-lah yang membuat karier Sani terus berkibar. Namun karena sang pelindung sudah meninggal, Sani kini harus lebih berhati-hati lagi agar nasibnya tidak sama dengan pendahulunya yang harus meringkuk di penjara setelah melecehkan Nabi Muhammad dengan menempatkannya sebagai tokoh terpopuler nomor 48 di belakang namanya sendiri.

Tanpa diketahui publik, setidaknya setahun sekali di atas "checkered floor" rumah Sani diadakan ritual penyembahan setan yang diikuti oleh para anggota "organisasi" lokal. Salah satu acara yang ditunggu-tunggu para peserta upacara adalah orgi atau pesta seks, karena pesertanya di antaranya adalah artis-artis cantik dan gantheng menejemen "Rikiblik Cinta".

No comments: