Sunday 14 November 2010

Sang Terpilih (13)


Seperti namanya, begitu pula tindak tanduknya. Wataknya tercermin jelas dari sorot matanya yang tajam dan alis yang tebal dan ujungnya yang runcing ke atas. Mata iblis. Tidak heran jika ia tega memperlakukan Ustadz Bawazier, seorang ulama "sepuh" yang sudah sakit-sakitan, seperti "bajingan tengik". Sekali ia memerintahkan pasukan anti terorisnya untuk menyerbu rumah sakit yang merawat Ustadz Bawazier dan menyeret sang ustadz ke penjara. Yang kedua, pasukan yang sama membajak mobil ustadz di tengah jalan, menghancurkan kaca-kacanya dan dan kembali menyeretnya ke penjara. Semuanya dilakukan setelah kunjungan George Soros ke Indungsia dan mendesak Subagyo untuk "mematikan" semangat dakwah yang digelorakan sang ustadz di Indungsia sekaligus menjaga isu terorisme tidak layu di tengah jalan.

Memang Subagyolah yang telah memerintahkan Karso Dhemit untuk "mengamankan" ustadz. Tapi ia tidak pernah menyangka Karso Dhemit akan bersikap demikian kasar terhadap ustadz yang dihormati umat Islam Indungsia itu. "Kualat kowe Mit," gumam Subagyo dalam hati menyaksikan siaran televisi penangkapan sang ustadz dari dalam mobilnya yang dibajak di tengah jalan. Ia sudah memperingatkan Karso Dhemit untuk lebih bersikap lembut kepada Ustadz Bawazier. Tapi rupanya kebencian Karso yang demikian besar kepada simbol-simbol Islam membuatnya mengabaikan peringatan Subagyo.

Pada waktu yang lain, saat Subagyo mengadakan kunjungan ke tengah-tengah korban bencana Gunung Merapen, ia memutuskan untuk menginap di kamp pengungsi demi menimbulkan citra yang baik di mata masyarakat. Di tengah malam, saat sebagian pengungsi khusuk sholat tahajjud memohon keselamatan dan ampunan Sang Maha Kuasa, Karso Dhemit mengajak Subagyo dan rombongan kepresidenan mengadakan pesta kembang api, lengkap dengan kambing guling dan "wine", tentunya. Esok harinya, setelah rombongan kembali ke ibukota, kota Ngayogjo yang berada di kaki Gunung Merapen dilanda gempa dahsyat. Puluhan ribu orang meninggal dan luka-luka karenanya.

"Mit, ini semua gara-gara kamu," kata Subagyo kepada Karso Dhemit usai rapat kabinet membahas bencana Ngayogjo, merujuk pada pesta api unggun di lereng Merapen. "Lho, bukankan kita semua Pak," jawab Karso Dhemit entheng. "Lagian ibu sih pake goyang jaipong segala." Brengsek, Karso Dhemit menyinggung sesi acara joget yang dilakukan ibu negara.

Soal "wine", minuman yang diharamkan Islam itu, orang kebanyakan yang tidak pernah mengenal kehidupan elit Indungsia tentu tidak percaya minuman itu diminum oleh orang-orang penting di negeri ini setiap saat. Tapi demikianlah kenyataannya. Hampir di setiap pesta yang diadakan oleh para elit negeri ini, baik resmi maupun pribadi, selalu menghadirkan "wine" sebagai minumannya. Bahkan justru para pejabat yang berasal dari kalangan konservatif, seperti pondok pesantren atau organisasi dakwah misalnya, biasanya justru yang paling rakus meminumnya.

Ada satu cerita menarik tentang seorang menteri yang berasal dari partai dakwah turunan gerakan wahabi, yang mengharamkan jabat tangan dengan lawan jenis. Ketika bertemu ibu negara Amerika yang berkunjung ke Indungsia tempo hari, dengan spontan sang menteri menyodorkan tangannya ke ibu negara Amerika untuk berjabat tangan. Jika saja sang ibu negara adalah Jacky Kennedy yang terkenal cantik itu, mungkin sang menteri sudah menyodorkan pipinya.

Selain isu terorisme, peran utama lain yang diperankan Karso Dhemit adalah pengalihan perhatian masyarakat dari masalah-masalah mendasar di Indungsia seperti kejahatan konspiratif (lebih hebat dari kejahatan terorganisir), kemiskinan, kesenjangan ekonomi, penguasaan aset-aset strategis dan penjarahan sumber-sumber ekonomi oleh asing, pengelolaan keuangan negara yang tidak efisien dan transparan, pembangunan yang boros dan tidak efektif, dll. Oleh Karso Dhemit, perhatian masyarakat disibukkan dengan kasus-kasus yang tidak bermutu, seperti video porno artis terkenal, petualangan Ryan si gay pembunuh berantai (hampir semua pembunuh berantai di seluruh dunia adalah orang-orang berperilaku seks menyimpang seperti Ryan), petualangan Arthalyna Suryani, petualangan Jayusman pengawai pajak yang jadi maklar kasus perpajakan, kasus-kasus narkoba yang melibatkan artis dan aktor terkenal dan sebagainya. Semua itu menyebabkan "organisasi" semakin leluasa mengeruk kekayaan Indungsia.

Arthalyna Suryani adalah "kasir" dari seorang konglomerat hitam pengemplang kredit BLBI senilai puluhan triliunan rupiah yang raib tak berbekas. Ia dihukum karena tertangkap tangan menyuap jaksa yang menangangi kasus kredit macet BLBI itu. Namun lucunya, sang konglomerat hitam yang paling memiliki motif atas tindakan penyuapan itu, sedikit pun tidak tersentuh hukum. Media-media massa pun bungkam tidak pernah menyinggungnya. Dan kalaupun nanti, karena tekanan publik kasus ini dibuka kembali dengan menyeret nama sang konglomerat hitam, dapat dipastikan ia sudah aman berada di Singapura bersama harta yang diperolehnya dari penggelapan BLBI.

Awalnya Karso Dhemit sebenarnya berhasil mencitrakan diri sebagai figur yang bersih dan sangat anti-perjudian. Selama kepemimpinannya bisnis judi di Indungsia benar-benar lumpuh. Namun semuanya itu ternyata hanya akal-akalan "organisasi" agar bisnis judi di Singapura terus bisa mengeruk keuntungan melimpah dari para penjudi Indungsia yang terkenal royal.

No comments: