Friday, 11 October 2013

PANGERAN BANDAR BAKAL DIPECAT ATAS PERINTAH AMERIKA

(TERLIBAT SERANGAN SENJATA KIMIA DI SYRIA)

Keterangan gambar: Pangeran Bandar (kiri) berbincang dengan menlu AS Condoleeza Rice sementara Raja Saudi berpelukan dengan Presiden Bush.




Kegagalan proyek Syria kembali bakal menelan korban. Setelah Emir Qatar dan Presiden Mesir (Mohammad Moersi) yang terjungkal dari kekuasaan karena peran Amerika, kini giliran kepala inteligen Saudi, Pangeran Bandar bin Sultan, yang bakal menjadi korbannya. Tersudutkan oleh isu senjata kimia Syria yang bukti-buktinya semakin mengarah pada peran Amerika dan sekutu-sekutunya, membuat Amerika memutuskan untuk "cuci tangan" dengan melengserkan Bandar dari jabatan strategisnya. Demikian laporan yang beredar di kalangan awak media yang konsern dengan masalah Timur Tengah, baru-baru ini.

Menurut laporan-laporan itu keputusan pemecatan Bandar "Bush" (ia diberi julukan nama "Bush" karena kedekatannya dengan keluarga George W. Bush) akan dikeluarkan raja Abdullah bin Abdulaziz akhir November mendatang. Sama seperti "rumor" tentang pelengseran Emir Qatar oleh Amerika yang terbukti benar, rumor kali inipun dianggap sangat valid.

Pada tgl 29 Agustus sebuah laporan dari Mint Press News menyebutkan keterangan para saksi mata di Ghouta, Damaskus, tentang keterlibatan Saudi Arabia dalam menyediakan senjata-senjata kimia yang digunakan para mujahilin Syria. Laporan yang sebagiannya melibatkan koresponsen kantor berita Amerika Associated Press di Timur Tengah Dale Gavlak itu mencakup wawancara dengan para dokter yang menangani korban serangan kimia, penduduk, mujahilin serta keluarga korban itu dengan jelas merujuk pada keterlibatan Bandar Bush.

Setelah munculnya laporan itu Dale Gavlak pun menerima ancaman pembunuhan dari kelompok-kelompok mujahilin yang diketahui sebagai "operator"-nya Bandar.

Segera setelah terjadinya insiden serangan senjata kimia di Ghouta Damaskus, 21 Agustus lalu yang dituduhkan dilakukan oleh pasukan pemerintah Syria, Amerika dan negara-negara barat pun meningkatkan retorika perangnya dengan mengancam menyerang Syria. Namun ancaman tersebut digagalkan oleh sikap tegas sekutu-sekutu Syria terutama Rusia, Iran dan Hizbollah yang bertekad membantu Syria mati-matian dari serangan barat.

Hingga saat ini kepastian tentang siapa pelaku serangan senjata kimia tersebut masih simpang siur. PBB sendiri dalam laporan penyelidikannya tentang insiden tersebut tidak menunjukkan dengan pasti siapa pelaku serangan. Namun Rusia dan Iran, para analis independen dan termasuk para blog dan situs-situs independenden  ramai-ramai menuduh pemberontak Syria sebagai pelaku serangan dengan motif untuk memprovokasi intervensi Amerika.

Tahun lalu muncul rumor tentang tewasnya Bandar bin Sultan oleh serangan bom di kantor dinas inteligen Saudi yang menewaskan juga wakil kepala dinas inteligen Saudi. Bandar pun tiba-tiba menghilang selama berbulan-bulan dari peredaran setelah serangan itu. Diduga kuat ia mengalami cedera serius meski nasibnya masih lebih baik daripada wakilnya. Awal Agustus lalu atau beberapa hari sebelum terjadinya serangan senjata kimia, Bandar juga dikabarkan telah berusaha membujuk Rusia untuk menghentikan dukungannya kepada pemerintah Syria, namun ditolak Presiden Rusia Vladimir Putin.



REF:
"US may ask Saudi to fire Bandar over Syria: Report"; Press TV; 9 Oktober 2013

3 comments:

abu bakar said...
This comment has been removed by the author.
abu bakar said...

terlalu awal untuk mengatakan demikian,sang putera jihadis yang memimpin perjuangan menewaskan russia di afghan sedang memimpin kumpulan yang terpecah di suriah, sepatutnya mereka membuat amukan oktober serentak dengan serangan nato-us yang hampir terjadi tetapi di gagalkan oleh kgb putin lavrov,
peperangan lama sedang kembali,aktor-aktor lama masih ada-namun dia tidak akan dibiarkan,kita akan melihat bagaimana beruang-beruang akan bertindak setelah kejayaan diplomasi lavrov

bandar lebih tangguh dari sangkaan sesiapa..dia seolah ditakdirkan hidup lama...dia amru al ash zaman ini

cahyono adi said...

Sy setuju tentang Amr bin Ash. O ya, ia khan putra dari seorang budak, sama seperti Amr bin Ash sang "manusia yang terputus". Dan sama seperti Amr, ia akan mati dalam keadaan nista. Insya Allah.