Monday, 29 February 2016

Mengenal Kolonel Suheil Al-Hassan, Sang Pahlawan Suriah

Indonesian Free Press -- Setiap peperangan melahirkan pahlawan. Mereka adalah orang-orang yang diberi kelebihan oleh Tuhan berupa keberanian, kecerdasan, dan kepemimpinan yang luar biasa, dan muncul pada saat yang tepat untuk melakukan tindakan-tindakan yang menentukan jalannya peperangan.

Dalam sejarah awal Islam, pahlawan terbesarnya tentu adalah Ali bin Abi Thalib, yang dikenal keberaniannya sehingga tidak pernah lari dari medan peperangan dan memenangkan hampir semua peperangan. Dalam Perang Khaibar, ketika semua komandan pasukan Islam seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, gagal menjalankan tugasnya menerobos benteng orang-orang yahudi, Ali mampu melaksanakannya. Sehingga akhirnya orang-orang yahudi itupun menyerah.

Dalam sejarah yahudi terdapat pahlawan Jalut dan Daud, yang berhasil menyatukan dan menginspirasi bangsa yahudi untuk merebut negeri yang dijanjikan Tuhan, Palestina.

Dalam Perang Dunia II Amerika dan sekutu berhutang besar pada Jendral Patton yang selalu membawa kemenangan dalam semua operasi militer besar sekutu, dari Afrika Utara, Eropa selatan hingga ke jantung pertahanan Nazi Jerman.

Dalam Perang Sipil Amerika, Thomas Jonathan 'Stonewall' Jackson menjadi pahlawan bagi pasukan Confederate. Julukan 'Stonewall' muncul karena keberaniannya dalam peperangan yang membuatnya tetap bertahan dan tidak mundur dalam kondisi terburuk sekalipun sehingga moril pasukannya bangkit kembali dan meraih kemenangan. Ketika akhirnya ia meninggal karena ditembak pasukannya sendiri tanpa sengaja, pasukan Confederate pun tumbang.

Begitu juga dengan Perang Suriah yang sudah berlangsung hampir lima tahun ini, muncul seorang pahlawan bernama Suheil al-Hassan, yang karena keberaniannya mendapat julukan 'si Macan' (Tiger). Nama Hassan, yang dikabarkan tidak pernah dalam medan peperangan di sejumlah medan perang, mendapat publikasi luas di media-media Suriah, dengan nada kagum atas keberhasilannya memenangkan pertempuran-pertempuran pada saat para komandan militer yang lain mengalami kekalahan.

Dengan reputasinya itu Hassan dianggap sebagai inspirator bagi militer Suriah, yang nyaris hancur moralnya karena pemberontakan besar-besaran yang dirancang dan didukung seolah tanpa batas oleh zionis internasional.

Bertindak di bawah komando langsung Presiden Bashar al Assad dan saudaranya, Maher al Assad, ia dianggap sebagai komandan yang paling berpengaruh di militer Suriah, meski pangkatnya baru Kolonel dan baru beberapa bulan terakhir menjadi Mayor Jendral.

'Si Macan' disebut-sebut mendapat otorisasi penuh untuk menunjuk panglima militer di wilayah Hama dan Homs, dan menunjuk kepala inteligen wilayah militer Hama sebagaimana kepala inteligen angkatan udara. Ia satu-satunya komandan perang yang diberi wewenang untuk memberi perintah pada angkatan udara untuk bertindak sesuai perintahnya, dan inilah yang menjadi faktor penting keberhasilan operasi-operasi militer yang dipimpinnya.

Yang dilakukannya sebenarnya adalah langkah klasik dalam dunia militer, meniru taktik serangan 'blitzkrieg' Jerman dalam Perang Dunia II. Dimulai dengan bombardemen udara besar-besaran terhadap wilayah sasaran, ia kemudian memimpin pasukan Divisi Lapis Baja (Mekanik) ke-4 yang dilengkapi dengan 130 meriam, sejumlah besar tank, mortar dan pasukan prajurit infantri yang dilatih oleh Iran dan Hizbollah. Dengan pasukan inilah ia memimpin peperangan yang sesungguhnya di darat.


Dukungan Iran dan Rusia

Iran telah terlebih dahulu memberikan dukungan kepada Al Hassan yang turut berperan besar bagi kemunculannya sehingga menjadi ikon militer Suriah. Selain instruktur militer, Iran juga menyediakan sejumlah besar senjata canggih, terutama senjata ringan, bagi pasukan Suriah yang kehabisan peralatan karena perang yang berkepanjangan. Namun, Iran disebut-sebut juga turut berperan besar membangkitkan moral pasukan Al Hassan dengan menyadarkan mereka tentang 'perang akhir jaman' dan kedatangan Al Mahdi.

Dukungan Iran membuat Al Hassan dan militer Suriah mampu bertahan dari kondisi paling buruk. Namun, dukungan Rusia lah yang menentukan kemenangan pasukan Al Hassan dan militer Suriah akhir-akhir ini. Selain serangan-serangan udara yang menghancurkan infrastruktur dan personil pemberontak, Rusia juga memberikan persenjataa-persenjataan canggihnya kepada Al Hassan, seperti 'kacamata malam', peluncur roket TOS-1A Solntsepyok, kendaraan lapis baja pengangkut personil BTR-82A1 hingga tank-tank T-90.

Peralatan-peralatan tersebut terbukti telah meningkatkan efektifitas tempur pasukan Al Hassan, selain menurunkan secara drastis tingkat kematian pasukan Suriah. Sebagai contoh, tank-tank T-90 mampu menahan gempuran dan menghindarkan diri dari roket-roket anti-tank pemberontak karena senjata elektronik canggih dan pelapis baja khusus, yang meledak keluar dan meredam ledakan roket lawan saat terkena hantaman roket. Sedangkan kacamata malam membuat pasukan Suriah mampu bertempur di malam hari.


Kekuatan Pasukan Al Hassan

Selain pasukan 'reguler' dari Divisi Mekanik ke-4, Al Hassan juga mendapat dukungan kuat pasukan milisi National Defense Forces, inteligen militer dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya.

Setelah pasukan NDF dari klan Al-Salamiyah memisahkan diri, Al Hasan membentuk pasukan khusus sendiri yang diberi nama 'Pasukan Pemukul' (Striking Force), dengan bantuan Iran dan Kolonel Fadl Salami, rekan setia Al Hassan yang menjadi komandan militer distrik Hama. Dikenal juga dengan julukan Alnemer Forces atau Tiger Force, pasukan inilah yang berjasa besar membebaskan pangkalan udara strategis Al Kuweires di Aleppo, serta wilayah-wilayah yang terkepung pemberontak di Aleppo dan Latakia, sekaligus memutus jalur logistik para pemberontak di Aleppo.

Dan berikut adalah data singkat dari Suheil Al Hassan.

Julukan                          : "The Tiger"
Kelahiran                       : Jableh, Latakia, 1970 (usia 45–46)
Lulus Akademi Militer    : 1991
Etnis (agama)`                : Alawi (Islam)           


Keberhasilan-Keberhasilan Al Hassan

Terkenal sebagai perwira yang puitis, yang berpuisi untuk membangkitkan semangat pasukannya dan meruntuhkan moral lawan, dan menolak promosi bintang satu (Brigadir Jendral) agar bisa terus memimpin pasukannya secara langsung di medan perang, kemunculan Al Hassan pertama kali di depan publik adalah pada musim semi 2014, beberapa bulan setelah keberhasilan-keberhasilannya yang gemilang di medan perang yang tidak terpublikasikan.

Di video yang disiarkan televisi pemerintah Sama TV, Hassan mengunjungi pasukannya di medan perang Aleppo.

Pada tanggal 25 Desember 2015, Kolonel Suheil Al Hassan dipromosikan menjadi Mayor Jendral, perwira tinggi bintang dua paling muda dalam kemiliteran Suriah.

Setelah lulus akademi militer tahun 1991, Suheil Al Hassan bergabung dengan Unit Operasi Khusus Angkatan Udara Suriah, dimana ia mengawasi pelatihan pasukan terjung payung. Terkesan dengan etos dan efektititas kerja Hassan, komando tertinggi memindahkannya ke markas inteligen Angkatan Udara. Pada saat yang sama, Al Qaida meningkatkan aktifitasnya di Suriah selama tahun 2005-2006. Hassan berhasil melakukan infiltrasi ke jaringan Al-Qaeda yang berujung pada penangkapan besar-besaran sejumlah anggota Al Qaida. Pada tahun 2011 dan 2013, Kolonel Hassan memimpin pasukan khusus Suriah (Qawat Al-Khassa), menghancurkan pasukan Al-Nusra Front di Latakia.

Setelah keberhasilannya di Latakia, ia dipindahkan ke Hama, dimana ia membentuk pasukan pemukul khusus yang kemudian terkenal dengan julukan Pasukan Macan (Tiger Forces).

Pada bulan Agustus 2013, kota strategis Ariha di Provinsi Idlib jatuh ke tangan pemberontak. Suheil Al Hassan ditugaskan untuk merebut kembali kota itu. Setelah pertempuran sengit selama 10 hari, Hassan berhasil merebut kembali kota itu dan mengusir para pemberontak.

Pada bulan yang sama, pemberontak juga merebut kota Khanasir, sekaligus memotong jalur logistik bagi pasukan Suriah yang bertahan di Aleppo. Suheil al Hassan memimpin konvoi militer untuk membuka kembali jalur logistik tersebut pada tanggal 3 Oktober. Setelah bergerak maju sejauh 250 km melewati padang pasir dan pertempuran sengit selama seminggu, Al Hassan berhasil merebut kembali Khanasir, dilanjutkan dengan pembebasan lebih dari 40 desa di sekitar Aleppo, sekaligus menghancurkan pengepungan kota Aleppo oleh pemberontak.

Kemudian setelah merebut Pangkalan Udara 80 dan pangkalan Naqqarin pada akhir tahun 2013, al-Hassan bergerak maju ke utara Aleppo untuk membebaskan kota industri Sheikh Najjar. Ini adalah kawasan industri besar yang menjadi benteng pertahanan pemberontak, yang dilengkapi dengan jaringan terowongan bawah tanah dan pabrik-pabrik senjata. Setelah pertempuran sengit yang belangsung antara bulan Januari dan awal Juli 2014, kawasan itu berhasil direbut oleh pasukan Al Hassan.

Pada tanggal 22 Mei 2014, pasukan yang dipimpin oleh al-Hassan berhasil membebaskan penjara pusat Aleppo, yang selama setahun lebih dikepung dan diserang oleh pemberontak. Ini kemenangan yang sangat simbolis sekaligus strategis bagi militer Suriah, yang sekali lagi berhasil menghancurkan rencana pemberontak untuk menguasai kota Aleppo.

Pada bulan Juli 2014, al-Nusra Front melancarkan serangan besar-besaran di Hama, dipimpin langsung oleh pemimpin tertingginya, Abu Mohammad al-Julani, mengancam sekaligus kota Hama, pangkalan udara militer Hama, dan kota Kristen Mhardeh. Situasinya sangat sulit bagi militer Suriah karena besarnya kekuatan pemberontak, selain karena Al Hassan sendiri masih berada di Aleppo.

Namun dengan kegigihannya, Al Hassan dan pasukannya berhasil memasuki Hama pada akhir Agustus 2014, membangkitkan kembali moral pasukan Suriah, dan memukul mundur para pemberontak dari berbagai wilayah di Hama, termasuk merebut kembali kota Morek, yang selama 10 bulan gagal direbut oleh militer Suriah dari pemberontak.

Terlepas dari keberhasilan-keberhasilan lainnya, keberhasilan terbesar Al Hassan adalah membebaskan pangkalan udara militer Al Kuweires pada bulan November 2015 lalu.

Pangkalan udara Kuweires dikepung oleh kelompok al Nusra pada tahun 2013, kemudian oleh ISIS pada tahun 2014. Al Hassan mulai offensif untuk membebaskan pangkalan itu pada bulan September 2015 dengan merebut wilayah-wilayah sekitarnya. Pada pertengahan Oktober, al-Hassan memulai offensifnya langsung ke Kuweires. ISIS menyerang dan merebut jalan raya Aleppo-Hama dan menyerang kota al-Safirah untuk mengalihkan perhatian Al Hassan. Namun pada tanggal 11 November al Hassan berhasil menembus pengepungan Kuweires.

Tidak kurang dari Presiden Al Assad sendiri yang memberikan ucapan selamat kepada Al Hassan atas keberhasilan itu.(ca)

2 comments:

herozaro said...

Salut, ditengah medan perjuangan pasti selalu ada sosok luar biasa dibaliknya. sama seperti Jendral Sudirman ketika perang Kemerdekaan..


http://kasamago.com/

hanimasra said...

Dalam medan perang..selalu ada seorang jenderal yang ampuh..bermula Saidina Ali Krw..dalam sejarah silam islam..Jenderal Sudirman..Allah menghendaki mereka ..