Monday 16 May 2016

Iran Kembali Gelar Festival Anti-Holocoust

Indonesian Free Press -- Iran kembali menggelar festival kartun anti-holocoust hari Sabtu lalu (14 Mei). Namun, untuk tidak mengundang kontroversi lebih luas, Iran menyatakan festival ini tidak ditujukan untuk menolak adanya holocoust, melainkan untuk menentang 'standar ganda' barat atas fenomena sejarah tersebut.

Seperti laporan Associated Press hari Sabtu, festival yang mengundang kemarahan Israel dan negara-negara barat itu bisa menghambat upaya Presiden Rouhani yang dikenal moderat, untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan barat, menyusul keberhasilan perundingan program nuklir Iran dengan negara-negara maju.

"Kami tidak pernah berusaha untuk menolak 'Holocaust' atau mengolok-olok para korbannya,” kata ketua panitia festival Masuod Shojai Tabatabaei dalam pidato pembukaan acara.

"Orang-orang yahudi yang menjadi korban Holocaust merupakan korban penindasan Nazi,” tambahnya.

Penolakan atau keragu-raguan atas peristiwa ini berkembang luas di Timur Tengah, dimana banyak yang percaya hal itu sebagai alasan pembentukan negara Palestina dan memberi alasan Israel untuk menindas Palestina.

“Holocaust berarti pembantaian massal,” kata Tabatabaei.

"Kami juga melihat pembantaian terbesar di Gaza dan Palestina,” tambahnya.

Dalam festival tersebut sebanyak 150 karya seni terutama gambar kartun dari 50 negara dipamerkan. Pembukaan acara itu bersamaan dengan ulang tahun berdirinya Israel tahun 1948.

"Banyak dari karya seni itu menggambarkan Israel menggunakan Holocaust untuk mengalihkan penderitaan rakyat Palestina, dan banyak yang membandingkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler," tulis Associated Press.

Festival ini digelar oleh lembaga non-pemerintah, namun dengan dukungan kuat kalangan 'garis keras' Iran, yang secara umum tidak terlalu mendukung perundingan nuklir dan terjalinnya hubungan dekat dengan Amerika, yang oleh mereka dianggap tidak bisa dipercaya.

Festival ini memberikan hadiah senilai $12.000 bagi pemenang pertama dan $38.000 lainnya dibagi untuk 16 finalis. Festival akan berlangsung sampai 30 Mei.

Festival ini pernah digelar pada tahun 2006 semasa kepemimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang dikenal penganut 'garis keras', yang menyebut Holocaust sebagai mitos semata.

Tabatabaei menyebut festival juga ditujukan untuk merespon penggambaran kartun Nabi Muhammad oleh majalah satire Perancis Charlie Hebdo dan beberapa media barat lainnya. Menurutnya negara-negara barat menganut “standar ganda” dalam hal 'kebebasan berbicara' dimana penolakan terhadap Holocaust dianggap sebagai kejahatan.

Tidak ada komentar dari pemerintah atas festival ini. Namun pada bulan April lalu Menlu Mohammad Javad Zarif, yang memegang peran penting perundingan nuklir Iran, mengatakan kepada media Amerika The New Yorker yang mewawancarainya, bahwa festival ini digelar oleh organisasi non-pemerintah yang tidak dikendalikan pemerintah.(ca)

No comments: