Thursday, 28 June 2018

Kepala Inteligen Negara-Negara Arab Bertemu Direktur Mossad

*Bahas Dukungan atas Rencana Amerika bagi Penyelesaian Konflik yang Rugikan Palestina

Pengantar blogger: Palestina telah memberikan semua yang bisa diberikan untuk menjadi bangsa merdeka yang hidup damai dan berdaulat seperti bangsa-bangsa lain di dunia. Mereka bahkan telah merelakan sebagian besar negerinya yang dirampas Israel dan memaafkan segala kejahatan yang telah dilakukan Israel terhadap mereka selama puluhan tahun. Mereka hanya ingin hidup damai dengan sebagian kecil wilayah yang bisa mereka dapat, di Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan Jerussalem Timur sebagai ibukotanya. Mereka hanya meminta para pengungsinya yang hidup terpisah-pisah di berbagai negara bisa kembali ke kampung halamannya yang diduduki Israel dan menjadi warga negara Israel yang diakui.

Untuk itu semua, Palestina telah mengikuti dan menyetujui semua rencana damai. Mengikuti dan menandatangani Perjanjian Madrid dan Oslo, dan menerima rencana Saudi bagi penyelesaian 'dua negara'. Namun Israel tidak pernah melaksanakan perjanjian-perjanjian dan komitmen yang telah ditandatanganinya sendiri sehingga semua rencana damai tidak pernah rampung. Israel hanya ingin tanah Palestina tanpa keberadaan negara Palestina yang berdaulat. Mereka ingin para pengungsi Palestina ditampung negara-negara Arab dan menguasai sepenuhnya Jerussalem sebagai ibukotanya. ---


Indonesian Free Press -- Kepala inteligen negara-negara Arab bertemu dengan Direktur Mossad untuk membahas dukungan bagi rencana 'perdamaian' Palestina-Israel yang merugikan Palestina.

Seperti dilaporkan situs Perancis 'Intelligence Online', Kamis (28 Juni), kepala inteligen Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia bertemu direktur inteligen Israel (Mossad) atas inisiatif Amerika. Tidak disebutkan secara rinci waktu dan tempat pertemuan berlangsung. Namun diduga kuat dilakukan di Mesir atau Yordania yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Penasihat Presiden sekaligus menantu Donald Trump, Jared Kushner dan utusan khusus Amerika di Timteng Jason Greenblatt disebutkan sebagai inisiator pertemuan tersebut. Keduanya pada bulan ini melakukan kunjungan ke Timteng dan pertemuan-pertemuan intensif dengan para pejabat di kawasan ini demi menjalankan rencana terbaru Amerika bagi 'perdamaian' Palestina-Israel, di antaranya pengakuan Jerussalem sebagai ibukota penuh Israel.

Laporan ini menyebut pertemuan itu sebagai langkah untuk 'merampungkan rencana perdamaian kontroversial konflik Palestina-Israel tanpa persetujuan Palestina'.

Laporan ini juga menyebutkan bahwa kepala inteligen Palestina Majed Faraj juga hadir dalam pertemuan. Namun Otoritas Palestina membantah kehadiran pejabatnya dalam pertemuan itu. Faraj disebut-sebut sebagai bakal menggantikan Mahmoud Abbas sebagai Ketua Otoritas Palestina demi memuluskan 'rencana busuk' tersebut.

Faraj juga dilaporkan telah bertemu Menlu Amerika Mike Pompeo dua bulan lalu. Keduanya membicarakan rencana bagi Otoritas Palestina setelah Abbas mengundurkan diri.

Sementara itu media Iran PressTV melaporkan terjadinya pertemuan antara pemimpin 'de facto' Saudi Arabia, Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS) dengan Jared Kushner. Mengutip media Israel 'Arutz Sheva', Press TV menyebut pertemuan berlangsung bulan ini, namun tidak disebutkan secara rinci waktu dan tempatnya.

Mesir dan Yordania adalah dua negara Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, sementara Arab Saudi tidak. Namun, khususnya di bawah kepemimpinan MBS hubungan Saudi Arabia dengan Israel berada dalam situasi 'paling dekat'. Press TV menyebut kedekatan ini sebagai 'pembentukan opini publik bagi persiapan pengakuan hubungan normal kedua negara'.

"Regim Saudi telah lama menggambarkan diri sebagai pendukung Palestina, namun sejumlah laporan dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa kerajaan ini telah membantu Amerika di belakang layar bagi rencana perdamaian yang sangat menguntungkan Israel," tulis Press TV.

Sebelumnya media Israel 'Hayom' melaporkan bahwa Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir dan Yordania telah memberikan lampu hijau atas rencana 'damai' Amerika.

Palestina sendiri telah menyatakan menolak peran Amerika sebagai promotor perdamaian dengan Israel setelah pengakuan Amerika atas Jerussalem sebagai ibukota Israel Desember 2017 lalu. Palestina sendiri, dengan dukungan mayoritas masyarakat internasional, menyatakan Jerussalem Timur sebagai ibukotanya.

Terkait hubungan dengan negara-negara Arab akhir-akhir ini, PM Israel Benjamin Netanyahu menyebutkannya sebagai 'yang terbaik selama ini'. Pada 22 Juni media terkemuka Israel 'Maariv' melaporkan terjadinya pertemuan antara Netanyahu dengan MBS di Amman.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Israel semakin teguh mencengkeram negara2 dikawasan. Perjuangan Palestina terus digerogoti.

Namun Allah Maha Mengetahui