"Jika pertolongan dan kemenangan telah datang dari Allah, kemudian engkau menyaksikan manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah" (QS-An Nasr 1-3).
Itu adalah satu ayat dalam Al Qur'an yang diturunkan setelah kaum muslimin berhasil mengalahkan kaum musrik Quraisy yang telah menindas mereka selama belasan tahun. Keadaan yang sama kini terjadi dengan Iran setelah berhasil "mengalahkan" Amerika dan negara-negara barat yang telah menerapkan sanksi ekonomi kepada Iran selama belasan tahun, yang ditandai dengan perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani di Genewa beberapa waktu lalu.
Minggu lalu hotel-hotel di kota Teheran, Iran, penuh dengan tamu-tamu dari mancanegara yang mengikuti efen Economic Cooperation Organization (ECO).
"Di antara negara-negara yang ingin mendapatkan tempat di Iran usai dicabutkan sanksi-sanksi ekonomi adalah Turki, Pakistan, India, Azerbaijan, Afrika Selatan dan negara-negara Amerika Latin," demikian tulis media Israel Haaretz minggu lalu.
Laporan itu juga menyebutkan wakil dari perusahaan-perusahaan barat yang ingin mempelajari kemungkinan investasi baru di Iran. Di antaranya adalah perusahaan minyak raksasa Perancis "Total" yang eksekutifnya mengatakan bahwa perusahaannya akan memperbaharui kontrak-kontrak bisnisnya di Iran. Masih menurut Haaretz, perusahaan Perancis lainnya yang sangat bergairah untuk memulihkan bisnisnya dengan Iran adalah perusahaan otomotif "Peugeot" dan "Citroen".
Menlu Perancis Laurent Fabius baru-baru ini mengumumkan bahwa negaranya akan mencabut sanksi bisnis otomotif terhadap Iran pada pertengahan Desember ini.
Wednesday, 4 December 2013
Tuesday, 3 December 2013
PARA MENLU NEGARA-NEGARA ISLAM ELU-ELUKAN PRESIDEN ISRAEL
Semakin sempurna sudah pengkhianatan negara-negara Islam terhadap saudara mereka, Palestina. Di tengah nasib negara dan rakyat Palestina yang semakin tidak menentu, pemukinan yahudi yang semakin banyak di Jerussalem dan wilayah-wilayah pendudukan dan Masjidil Aqsa yang nyaris tergusur, negara-negara Islam justru semakin "mesra" dengan Israel.
Contoh mutakhir dari pengkhiatan negara-negara Islam terhadap Palestina adalah saat para menlu negara-negara Islam mengelu-elukan Presiden Israel Shimon Peres dalam satu pertemuan pertengahan November lalu. Demikian laporan media Lebanon Al Akhbar mengutip laporan media Israel Yedioth Ahronoth awal bulan ini. Media-media Israel tentu saja mengekspos berita ini besar-besaran, sementara media-media Islam berusaha menyembunyikannya.
Menurut Al Akhbar, dalam KTT negara-negara kawasan Teluk Parsi minus Iran yang digelar di Abu Dhabi pertengahan November lalu, Shimon Peres mendapat kehormatan untuk berpidato di hadapan para menlu dari 29 negara Islam, termasuk Bengladesh, Indonesia dan Malaysia. Yang mengejutkan adalah bahwa usai berpidato, Peres mendapat tepuk tangan meriah.
Peres dilaporkan berpidato melalui video conference dari kantornya di Jerusalem yang didirikan di tanah pendudukan milik Palestina, lengkap dengan bendera Israel di belakangnya. Dalam pidatonya itu Peres menyampaikan pandangan negerinya tentang Iran, Islam radikal dan "perdamaian dunia".
Menurut laporan tersebut informasi tentang hal itu dibocorkan oleh kolumnis New York Times Thomas Friedman yang turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Contoh mutakhir dari pengkhiatan negara-negara Islam terhadap Palestina adalah saat para menlu negara-negara Islam mengelu-elukan Presiden Israel Shimon Peres dalam satu pertemuan pertengahan November lalu. Demikian laporan media Lebanon Al Akhbar mengutip laporan media Israel Yedioth Ahronoth awal bulan ini. Media-media Israel tentu saja mengekspos berita ini besar-besaran, sementara media-media Islam berusaha menyembunyikannya.
Menurut Al Akhbar, dalam KTT negara-negara kawasan Teluk Parsi minus Iran yang digelar di Abu Dhabi pertengahan November lalu, Shimon Peres mendapat kehormatan untuk berpidato di hadapan para menlu dari 29 negara Islam, termasuk Bengladesh, Indonesia dan Malaysia. Yang mengejutkan adalah bahwa usai berpidato, Peres mendapat tepuk tangan meriah.
Peres dilaporkan berpidato melalui video conference dari kantornya di Jerusalem yang didirikan di tanah pendudukan milik Palestina, lengkap dengan bendera Israel di belakangnya. Dalam pidatonya itu Peres menyampaikan pandangan negerinya tentang Iran, Islam radikal dan "perdamaian dunia".
Menurut laporan tersebut informasi tentang hal itu dibocorkan oleh kolumnis New York Times Thomas Friedman yang turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Monday, 2 December 2013
DIDUGA ISRAEL TERLIBAT LANGSUNG DALAM PERANG SYRIA
Israel diduga kuat telah berlibat langsung dalam konflik di Syria dengan mengerahkan pasukan siber-nya pada pertempuran di Ghouta Timur, Provinsi Damaskus, yang kini tengah berkecamuk. Laporan tentang keterlibatan Israel itu dikeluarkan oleh media Lebanon Assafir hari Sabtu (30/11).
Menurut laporan tersebut pasukan siber Israel yang ditempatkan di Syria berhasil memacetkan jalur komunikasi antara satuan-satuan militer pemerintah Syria dan sekutu-sekutunya yang menjaga kawasan Ghouta. Akibatnya serangan dadakan pemberontak yang dilancarkan berhasil merebut beberapa desa dan perkebunan di kawasan al-Marj.
"Betapapun kontribusi terbesar Israel dalam pertempuran di Ghouta Timur merupakan pilar dari seluruh serangan," tulis Assafir.
Menurut Assafir yang mendasarkan laporannya dari informasi inteligen militer Syria, akibat serangan pasukan siber Israel, komunikasi antara satuan Divisi ke-4 Syria, pasukan Pengawal Republik Iran, pasukan elit Hizbollah dan Brigade Abu al Fadl al Abbas Irak, yang berada di kawasan itu mengalami kemacetan.
Selain itu Israel juga memberikan data tentang posisi-posisi pasukan Syria dan sekutu-sekutunya itu kepada pemberontak sebelum dilakukannya serangan.
"Diketahui bahwa unit-unit dari Divisi ke-4 yang ditempatkan di kawasan itu telah kehilangan kontak dengan komandan-komandan mereka, dan juga unit-unit yang ditugaskan melindungi garis pertahanan belakang untuk mencegah pemberontak menerobos ke posisi strategis mereka di Otaiba, yang menjadi pintu masuk ke Ghouta Timur.
Pertempuran Goutha Timur dimulai hari Jumat (22/11) ketika pemberontak melakukan serangan dadakan terhadap beberapa pos militer pemerintah yang didirikan sebagai bagian dari operasi pengepungan terhadap Ghouta Timur oleh pasukan pemerintah yang telah berjalan selama 6 bulan.
Menurut laporan tersebut pasukan siber Israel yang ditempatkan di Syria berhasil memacetkan jalur komunikasi antara satuan-satuan militer pemerintah Syria dan sekutu-sekutunya yang menjaga kawasan Ghouta. Akibatnya serangan dadakan pemberontak yang dilancarkan berhasil merebut beberapa desa dan perkebunan di kawasan al-Marj.
"Betapapun kontribusi terbesar Israel dalam pertempuran di Ghouta Timur merupakan pilar dari seluruh serangan," tulis Assafir.
Menurut Assafir yang mendasarkan laporannya dari informasi inteligen militer Syria, akibat serangan pasukan siber Israel, komunikasi antara satuan Divisi ke-4 Syria, pasukan Pengawal Republik Iran, pasukan elit Hizbollah dan Brigade Abu al Fadl al Abbas Irak, yang berada di kawasan itu mengalami kemacetan.
Selain itu Israel juga memberikan data tentang posisi-posisi pasukan Syria dan sekutu-sekutunya itu kepada pemberontak sebelum dilakukannya serangan.
"Diketahui bahwa unit-unit dari Divisi ke-4 yang ditempatkan di kawasan itu telah kehilangan kontak dengan komandan-komandan mereka, dan juga unit-unit yang ditugaskan melindungi garis pertahanan belakang untuk mencegah pemberontak menerobos ke posisi strategis mereka di Otaiba, yang menjadi pintu masuk ke Ghouta Timur.
Pertempuran Goutha Timur dimulai hari Jumat (22/11) ketika pemberontak melakukan serangan dadakan terhadap beberapa pos militer pemerintah yang didirikan sebagai bagian dari operasi pengepungan terhadap Ghouta Timur oleh pasukan pemerintah yang telah berjalan selama 6 bulan.
REGIM SHINAWATRA KERAHKAN "TENTARA BAYARAN"
Sebagaimana telah diduga sebelumnya, regim Shinawatra (PM Yingluck dan kakaknya Thaksin yang berada di luar negeri), akhirnya mengerahkan "tentara bayaran" untuk menghentikan aksi demonstrasi menentang kepemimpinan Yingluck Shinawatra yang dianggap menjadi kepanjangan tangan Thaksin Shinawatra, mantan perdana menteri yang menjadi pelarian setelah dituduh terlibat korupsi.
Korban pertama dari "tentara bayaran" itu adalah seorang mahasiswa Ramkamhaeng University berusia 21 tahun bernama Thaweesak Phokaew. Sampai saat ini setidaknya 4 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka, sebagian akibat tembakan, dalam berbagai aksi demonstrasi yang digelar para penentang dan pendukung Yingluck.
Kematian Phokaew terjadi setelah para demonstran pendukung Yingluck Shinawatra yang berkumpul di Stadion Rajamanggala yang terletak bersebelahan dengan Universitas Ramkamhaeng, menyerbu kampus itu, setelah para mahasiswa melakukan aksi menentang ulah para pendukung Yingluck yang telah mengganggu proses belajar. Di tengah-tengah serangan tersebut terdengar beberapa tembakan yang diduga dilakukan "tentara bayaran" keluarga Shinawatra. Saat itulah Phokaew ditemukan tewas karena tembakan di punggungnya.
Situs berita independen Land Destroyer/ATNN Beforehand mempublikasikan video serangan tersebut dimana para mahasiswa berteriak: "Awas mereka menembak. Kita ditembaki!"
Koran lokal yang berbahasa Inggris the Nation mengkonfirmasi kematian mahasiswa karena tembakan.
Korban pertama dari "tentara bayaran" itu adalah seorang mahasiswa Ramkamhaeng University berusia 21 tahun bernama Thaweesak Phokaew. Sampai saat ini setidaknya 4 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka, sebagian akibat tembakan, dalam berbagai aksi demonstrasi yang digelar para penentang dan pendukung Yingluck.
Kematian Phokaew terjadi setelah para demonstran pendukung Yingluck Shinawatra yang berkumpul di Stadion Rajamanggala yang terletak bersebelahan dengan Universitas Ramkamhaeng, menyerbu kampus itu, setelah para mahasiswa melakukan aksi menentang ulah para pendukung Yingluck yang telah mengganggu proses belajar. Di tengah-tengah serangan tersebut terdengar beberapa tembakan yang diduga dilakukan "tentara bayaran" keluarga Shinawatra. Saat itulah Phokaew ditemukan tewas karena tembakan di punggungnya.
Situs berita independen Land Destroyer/ATNN Beforehand mempublikasikan video serangan tersebut dimana para mahasiswa berteriak: "Awas mereka menembak. Kita ditembaki!"
Koran lokal yang berbahasa Inggris the Nation mengkonfirmasi kematian mahasiswa karena tembakan.
STATUS POLITIK MULAI PULIH, DIPLOMAT ASING KEMBALI KE DAMASKUS
Dua setengah tahun yang lalu, ketika konflik Syria semakin memanas dan para pemimpin barat beramai-ramai menyerukan pengunduran diri Presiden Bashar al Assad, para diplomat dan pejabat inteligen negara-negara barat beramai-ramai meninggalkan Syria. Kini mereka mulai kembali dan Bashar al Assad tetap di kursi kekuasaannya.
"Sejak bulan Mei, sedikit demi sedikit, kami mulai kembali. Awalnya dengan berhati-hati kami hanya tinggal sehari, kemudian dua hari, dan tiga hari," kata seorang diplomat barat yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada kantor berita Perancis AFP akhir pekan lalu.
"Kini kami rutin datang ke Damaskus sekali atau 2 kali setiap bulannya," tambah diplomat tersebut.
"Saya rasa pada kuarter pertama tahun 2014, Anda akan melihat banyak teman-teman diplomat kami di jalanan Damaskus," katanya lagi.
Menurut keterangan sang diplomat, para utusan dari Austria, Rumania, Spanyoo, Swedeia, Denmark dan Uni Eropa telah mengadakan kunjungan rutin ke Damascus. Sejumlah utusan asing juta telah bertemu dengan Deputi Menlu Syria minggu lalu.
“Beberapa kontak telah dibuat untuk membuka kembali kantor-kantor kedubes di Damascus, dan sebagian besar kantor kedubes Syria di luar negeri tetap buka, kecuali di beberapa negara yang tidak dikehendaki pemerintah," kata Deputi Menlu Miqdad minggu lalu.
"Sejak bulan Mei, sedikit demi sedikit, kami mulai kembali. Awalnya dengan berhati-hati kami hanya tinggal sehari, kemudian dua hari, dan tiga hari," kata seorang diplomat barat yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada kantor berita Perancis AFP akhir pekan lalu.
"Kini kami rutin datang ke Damaskus sekali atau 2 kali setiap bulannya," tambah diplomat tersebut.
"Saya rasa pada kuarter pertama tahun 2014, Anda akan melihat banyak teman-teman diplomat kami di jalanan Damaskus," katanya lagi.
Menurut keterangan sang diplomat, para utusan dari Austria, Rumania, Spanyoo, Swedeia, Denmark dan Uni Eropa telah mengadakan kunjungan rutin ke Damascus. Sejumlah utusan asing juta telah bertemu dengan Deputi Menlu Syria minggu lalu.
“Beberapa kontak telah dibuat untuk membuka kembali kantor-kantor kedubes di Damascus, dan sebagian besar kantor kedubes Syria di luar negeri tetap buka, kecuali di beberapa negara yang tidak dikehendaki pemerintah," kata Deputi Menlu Miqdad minggu lalu.
Sunday, 1 December 2013
Inilah Penjelasan yang Membongkar “Tindakan Mulia” Boediono
Teguh Santoso*
http://teguhtimur.com; 25 November 2013
Sejak awal megaskandal danatalangan sebesar Rp 6,7 triliun merebak ke permukaan, mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono selalu berkelit dengan jurus yang sama: bailout Bank Century harus dilakukan karena mengancam perekonomian nasional di tengah krisis ekonomi global.
Bahkan ia tanpa sungkan menyebut apa yang dilakukannya pada November 2008 itu, menyatakan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan meminta suntikan dana untuk bank itu sebesar Rp 632 miliar, sebagai tugas mulia.
“Saya telah melakukan tanggung jawab saya waktu itu sebagai Gubernur BI. Demikian juga Menteri Keuangan Sri Mulyani telah melakukan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya,” kata Boediono dalam konferensi pers mengenai hasil pemeriksaan KPK di Istana Wapres, Jakarta (Sabtu, 23/11).
“Apa yang kami lakukan pada waktu krisis itu menurut pandangan kami adalah suatu kebijakan, suatu tindakan yang mulia, upaya yang mulia untuk menangani krisis negara kita,” sambungnya.
Belakangan, dana talangan untuk Bank Century membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.
Mengenai hal ini, Boediono mengatakan dengan nada datar sebagaimana biasa: “Dan apabila dalam upaya yang mulia ini ada pihak-pihak yang mempergunakan, menyalahgunakan, ini sebenarnya sangat menyakitkan kita semua.”
***
Ada penjelasan lain yang memperlihatkan bahwa alasan krisis ekonomi global yang selalu digunakan Boediono sebagai sebuah upaya untuk mengakal-akali situasi yang berkembang ke arah yang bisa jadi tak menguntungkan dirinya.
Sebelum masuk kepada penjelasan itu, perlu disampaikan sekali lagi kronologi singkat keterlibatan Boediono dalam megaskandal danatalangan Bank Century. Cerita ini didasarkan pada audit investigatif yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2009.
http://teguhtimur.com; 25 November 2013
Sejak awal megaskandal danatalangan sebesar Rp 6,7 triliun merebak ke permukaan, mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono selalu berkelit dengan jurus yang sama: bailout Bank Century harus dilakukan karena mengancam perekonomian nasional di tengah krisis ekonomi global.
Bahkan ia tanpa sungkan menyebut apa yang dilakukannya pada November 2008 itu, menyatakan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan meminta suntikan dana untuk bank itu sebesar Rp 632 miliar, sebagai tugas mulia.
“Saya telah melakukan tanggung jawab saya waktu itu sebagai Gubernur BI. Demikian juga Menteri Keuangan Sri Mulyani telah melakukan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya,” kata Boediono dalam konferensi pers mengenai hasil pemeriksaan KPK di Istana Wapres, Jakarta (Sabtu, 23/11).
“Apa yang kami lakukan pada waktu krisis itu menurut pandangan kami adalah suatu kebijakan, suatu tindakan yang mulia, upaya yang mulia untuk menangani krisis negara kita,” sambungnya.
Belakangan, dana talangan untuk Bank Century membengkak menjadi Rp 6,7 triliun.
Mengenai hal ini, Boediono mengatakan dengan nada datar sebagaimana biasa: “Dan apabila dalam upaya yang mulia ini ada pihak-pihak yang mempergunakan, menyalahgunakan, ini sebenarnya sangat menyakitkan kita semua.”
***
Ada penjelasan lain yang memperlihatkan bahwa alasan krisis ekonomi global yang selalu digunakan Boediono sebagai sebuah upaya untuk mengakal-akali situasi yang berkembang ke arah yang bisa jadi tak menguntungkan dirinya.
Sebelum masuk kepada penjelasan itu, perlu disampaikan sekali lagi kronologi singkat keterlibatan Boediono dalam megaskandal danatalangan Bank Century. Cerita ini didasarkan pada audit investigatif yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun 2009.
Saturday, 30 November 2013
TURKI DAN QATAR PUN MERAPAT KE-IRAN
Saya (blogger) baru benar-benar memahami mengapa Iran melakukan sikap politik yang agak aneh dengan memberikan dukungan kepada regim Mohammad Moersi yang terguling. Padahal ketika berkuasa Moersi adalah "musuh" Iran dalam konflik Syria, juga turut menyebarkan sentimen anti-Shiah. Dengan sikap tersebut kini "menuai" hasilnya, yaitu mendekatnya negara-negara Ikhwanul Muslimin ke Iran.
Dengan posisi politik yang semakin terdesak dalam kancah politik internasional paska tumbangnya Mohammad Moersi, yang merupakan "patron" dari gerakan Ikhwanul Muslimin dunia, sementara pada saat yang sama Iran kini muncul sebagai kekuatan dunia paska ditandatanganinya kesepakatan nuklir di Genewa, negara-negara yang dikuasai gerakan ini-pun kini berduyun-duyun "mendatangi" Iran untuk mendapatkan "berkah" Iran.
Kita sudah pernah memberitakan tentang kelompok perlawanan Palestina Hamas yang telah kembali ke dalam lingkaran pengaruh Iran. Kini 2 negara utama Ikhwanul Muslimin, Turki dan Qatar pun menyusul.
Menlu Turki Ahmet Davutoglu baru saja menjamu menlu Iran dan PM Recep Tayyip Eredogan pun telah merencanakan kunjungan resmi ke Iran. Namun tanda paling mencolok berubahnya orientasi politik Turki mendekati Iran adalah kunjungan Davutoglu ke Irak baru-baru ini: Davutoglu mengenakan baju warna hitam yang merupakan simbol utama kaum Shiah, berdoa di tempat-tempat suci kaum Shiah, menemui pemimpin spiritual Shiah tertinggi Irak Ayatollah Ali al-Sistani, menemui pemimpin politik Shiah Moktada al-Sadr, dan berbicara tentang "memeluk saudara-saudara Shiah" di kota suci Shiah Karbala.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa romantisme (Erdogan) di Timur Tengah telah berakhir," kata Suat Kiniklioglu, mantan petinggi Partai Keadilan dan Pembangunan Turki yang dipimpin PM Erdogan, yang kini menjadi analis politik yang tinggal di Ankara.
Dengan posisi politik yang semakin terdesak dalam kancah politik internasional paska tumbangnya Mohammad Moersi, yang merupakan "patron" dari gerakan Ikhwanul Muslimin dunia, sementara pada saat yang sama Iran kini muncul sebagai kekuatan dunia paska ditandatanganinya kesepakatan nuklir di Genewa, negara-negara yang dikuasai gerakan ini-pun kini berduyun-duyun "mendatangi" Iran untuk mendapatkan "berkah" Iran.
Kita sudah pernah memberitakan tentang kelompok perlawanan Palestina Hamas yang telah kembali ke dalam lingkaran pengaruh Iran. Kini 2 negara utama Ikhwanul Muslimin, Turki dan Qatar pun menyusul.
Menlu Turki Ahmet Davutoglu baru saja menjamu menlu Iran dan PM Recep Tayyip Eredogan pun telah merencanakan kunjungan resmi ke Iran. Namun tanda paling mencolok berubahnya orientasi politik Turki mendekati Iran adalah kunjungan Davutoglu ke Irak baru-baru ini: Davutoglu mengenakan baju warna hitam yang merupakan simbol utama kaum Shiah, berdoa di tempat-tempat suci kaum Shiah, menemui pemimpin spiritual Shiah tertinggi Irak Ayatollah Ali al-Sistani, menemui pemimpin politik Shiah Moktada al-Sadr, dan berbicara tentang "memeluk saudara-saudara Shiah" di kota suci Shiah Karbala.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa romantisme (Erdogan) di Timur Tengah telah berakhir," kata Suat Kiniklioglu, mantan petinggi Partai Keadilan dan Pembangunan Turki yang dipimpin PM Erdogan, yang kini menjadi analis politik yang tinggal di Ankara.
MISI GAGAL PRESIDEN LEBANON
Entah atas pertimbangan apa Presiden Lebanon, Michael Suleiman, seorang Kristen yang secara kultural lebih dekat dengan barat, "mendekati" Saudi Arabia melalui kunjungan resmi tgl 11 November lalu. Saudi Arabia tengah sakit dan pengaruhnya di Timur Tengah berada di titik terendah terutama setelah kegagalan "proyek Syria". Cap Saudi sebagai "negara bos para teroris" dan "pelindung para ekstremis Islam" tentu juga tidak menguntungkan popularitasnya di Lebanon yang pluralis.
Tapi kunjungan tetap dilakukan, dan kekecewaan lah yang didapat.
Dengan berbasa-basi memuji peran Saudi terhadap negara Lebanon, Sulaeiman berharap Saudi akan memperkuat dukungan ekonomi kepada Lebanon terutama terkait dengan beban ekonomi yang ditanggung Lebanon akibat keberadaan pengungsi Syria. Harapan kedua, dan inilah yang terbesar, adalah peran aktif Saudi untuk membantu memecah kebuntuan politik Lebanon terkait pembentukan kabinet yang tidak juga tuntas akibat penolakan blok politik sekutu Saudi, Partai Al Muqtakbal, yang dipimpin mantan perdana menteri Saad Hariri dan Fuad Siniora.
Namun, alih-alih jawaban memuaskan, Raja Abdullah justru memojokkan Sulaeman ke posisi yang paling tidak diinginkan oleh semua pemimpin politik Lebanon, yaitu berhadap-hadapan melawan Hizbollah.
"Anda harus mengirimkan tentara untuk menghentikan keterlibatan Hizbollah di Syria," kata Raja Abdullah.
Sulaimen adalah seorang jendral dan mantan panglima Tentara Lebanon. Ia faham betul bahwa Hizbollah tidak bisa dikalahkan. Jangankan oleh tentara Lebanon, Israel pun berulangkali dibuat kalang kabut oleh Hizbollah. Itulah sebabnya, sebagai panglima tentara yang secara konstitusi berada di bawah komando perdana menteri, ia memilih netral dalam konflik bersenjata antara perdana menteri Fuad Siniora dengan Hizbollah tahun 2008.
Kala itu Fuad Siniora dengan percaya diri karena bantuan senjata, milisi-milisi bersenjata dan limpahan uang dari Saudi, mencoba kekuatan Hizbollah dengan berusaha merampas jaringan telekomunikasi milik Hizbollah yang menjadi sumber kekuatan Hizbollah menghadapi Israel. Pemimpin Hizbollah Sayyed Nasrallah telah memperingatkan Siniora bahwa jika mau Hizbollah sanggup membuat Siniora terbangun esok hari di dalam penjara. Namun peringatan itu tidak diindahkan Siniora.
Tapi kunjungan tetap dilakukan, dan kekecewaan lah yang didapat.
Dengan berbasa-basi memuji peran Saudi terhadap negara Lebanon, Sulaeiman berharap Saudi akan memperkuat dukungan ekonomi kepada Lebanon terutama terkait dengan beban ekonomi yang ditanggung Lebanon akibat keberadaan pengungsi Syria. Harapan kedua, dan inilah yang terbesar, adalah peran aktif Saudi untuk membantu memecah kebuntuan politik Lebanon terkait pembentukan kabinet yang tidak juga tuntas akibat penolakan blok politik sekutu Saudi, Partai Al Muqtakbal, yang dipimpin mantan perdana menteri Saad Hariri dan Fuad Siniora.
Namun, alih-alih jawaban memuaskan, Raja Abdullah justru memojokkan Sulaeman ke posisi yang paling tidak diinginkan oleh semua pemimpin politik Lebanon, yaitu berhadap-hadapan melawan Hizbollah.
"Anda harus mengirimkan tentara untuk menghentikan keterlibatan Hizbollah di Syria," kata Raja Abdullah.
Sulaimen adalah seorang jendral dan mantan panglima Tentara Lebanon. Ia faham betul bahwa Hizbollah tidak bisa dikalahkan. Jangankan oleh tentara Lebanon, Israel pun berulangkali dibuat kalang kabut oleh Hizbollah. Itulah sebabnya, sebagai panglima tentara yang secara konstitusi berada di bawah komando perdana menteri, ia memilih netral dalam konflik bersenjata antara perdana menteri Fuad Siniora dengan Hizbollah tahun 2008.
Kala itu Fuad Siniora dengan percaya diri karena bantuan senjata, milisi-milisi bersenjata dan limpahan uang dari Saudi, mencoba kekuatan Hizbollah dengan berusaha merampas jaringan telekomunikasi milik Hizbollah yang menjadi sumber kekuatan Hizbollah menghadapi Israel. Pemimpin Hizbollah Sayyed Nasrallah telah memperingatkan Siniora bahwa jika mau Hizbollah sanggup membuat Siniora terbangun esok hari di dalam penjara. Namun peringatan itu tidak diindahkan Siniora.
Friday, 29 November 2013
PERJANJIAN NUKLIR IRAN, JALAN DAMAI ATAU PERANG?
Baru 2 hari perjanjian nuklir Iran ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan di Genewa, namun "perselisihan" antara Amerika dan Iran sudah terjadi kembali.
Pada hari Selasa (26/11) Iran mengecam intepretasi perjanjian yang dirilis Amerika melalui situs resmi Gedung Putih dengan menyebutnya sebagai pernyataan pers yang "invalid".
“Apa yang telah dirilis oleh situs resmi Gedung Putih sebagai "lembar-lembar nyata" merupakan intepretasi sepihak dari teks sebenarnya yang ditandatangani di Geneva dan sebagian dari penjelasan dan kalimatnya bertentangan dengan teks "Joint Plan of Action", dan disayangkan lembaran-lembaran itu telah diterjemahkan dan dirilis oleh beberapa media massa sebagai Perjanjian Genewa, yang sebenarnya tidak benar,” kata jubir kemenlu Iran Marziyeh Afkham di Teheran, Selasa (26/11).
"Perselisihan" kecil itu sontak membuat "kesadaran" saya kembali tergugah, bahwa sebuah "konspirasi" kemungkinan telah dijalankan dalam perundingan nuklir Iran tersebut. Pikiran saya pun kembali ke sekitar bulan September dan Oktober, ketika Amerika secara tiba-tiba membatalkan rencana serangan militer terhadap Syria yang telah dipublikasikan besar-besaran. Sebulan kemudian Presiden Barack Obama menelpon Presiden Iran Hassan Rouhani dalam satu momen yang dianggap sebagai "momen paling penting tahun ini". Dilanjutkan kemudian dengan ke-aktifan Amerika dalam perundingan nuklir Iran di Genewa yang ditandatangani Minggu lalu (24/11).
Semua itu pun secara efektif berhasil mengubah Amerika, dari sosok yang gila perang, menjadi pecinta perdamaian nomor satu di dunia.
Kemudian muncul sebuah artikel di blog Land Destroyer yang dimuat ulang di situs thetruthseeker.co.uk tgl 27 November 2013, atau sehari setelah pernyataan pers kemenlu Iran tersebut di atas. Artikel itu berjudul "Nuclear Deal With Iran Prelude to War, Not “Breakthrough”" yang ditulis oleh kolumnis Tony Cartalucci. Dalam tulisan itu dicantumkan satu teks dari laporan tahun 2009 lembaga kajian yang dekat dengan kalangan neokonservatif Amerika, Brookings Institution, berjudul “Which Path to Persia?”:
Pada hari Selasa (26/11) Iran mengecam intepretasi perjanjian yang dirilis Amerika melalui situs resmi Gedung Putih dengan menyebutnya sebagai pernyataan pers yang "invalid".
“Apa yang telah dirilis oleh situs resmi Gedung Putih sebagai "lembar-lembar nyata" merupakan intepretasi sepihak dari teks sebenarnya yang ditandatangani di Geneva dan sebagian dari penjelasan dan kalimatnya bertentangan dengan teks "Joint Plan of Action", dan disayangkan lembaran-lembaran itu telah diterjemahkan dan dirilis oleh beberapa media massa sebagai Perjanjian Genewa, yang sebenarnya tidak benar,” kata jubir kemenlu Iran Marziyeh Afkham di Teheran, Selasa (26/11).
"Perselisihan" kecil itu sontak membuat "kesadaran" saya kembali tergugah, bahwa sebuah "konspirasi" kemungkinan telah dijalankan dalam perundingan nuklir Iran tersebut. Pikiran saya pun kembali ke sekitar bulan September dan Oktober, ketika Amerika secara tiba-tiba membatalkan rencana serangan militer terhadap Syria yang telah dipublikasikan besar-besaran. Sebulan kemudian Presiden Barack Obama menelpon Presiden Iran Hassan Rouhani dalam satu momen yang dianggap sebagai "momen paling penting tahun ini". Dilanjutkan kemudian dengan ke-aktifan Amerika dalam perundingan nuklir Iran di Genewa yang ditandatangani Minggu lalu (24/11).
Semua itu pun secara efektif berhasil mengubah Amerika, dari sosok yang gila perang, menjadi pecinta perdamaian nomor satu di dunia.
Kemudian muncul sebuah artikel di blog Land Destroyer yang dimuat ulang di situs thetruthseeker.co.uk tgl 27 November 2013, atau sehari setelah pernyataan pers kemenlu Iran tersebut di atas. Artikel itu berjudul "Nuclear Deal With Iran Prelude to War, Not “Breakthrough”" yang ditulis oleh kolumnis Tony Cartalucci. Dalam tulisan itu dicantumkan satu teks dari laporan tahun 2009 lembaga kajian yang dekat dengan kalangan neokonservatif Amerika, Brookings Institution, berjudul “Which Path to Persia?”:
TELAT SADAR, SAUDI BARU PERTIMBANGKAN CABUT LARANGAN WANITA MENGEMUDI
Malu diolok-olok sebagai negara terbelakang akibat peraturan yang melarang wanita mengemudi, Saudi akhirnya mempertimbangkan untuk mencabut larangan tersebut. Informasi tentang hal itu dikeluarkan oleh para aktifis pembela hak wanita mengemudi.
"Percayalah bahwa masalah itu tengah dipertimbangkan dan semoga hasilnya memuaskan," kata Aziza al-Yusef, aktifis pembela hak wanita setelah bertemu Mendagri Pangeran Mohammed bin Nayef bersama sesama aktifis Hala al-Dosari. Pernyataan tersebut disampaikan Aziza hari Rabu (27/11).
Menurut Aziza pertemuan diadakan di kantor Pangeran Nayef, namun komunikasi dilakukan melalui "video conference" karena adanya larangan pertemuan pria-wanita yang bukan muhrim di Saudi Arabia.
Meski demikian Pengeran Nayef mengatakan bahwa keputusan tentang dicabutnya larangan tersebut hanya bisa dilakukan oleh dewan legislatif. Lembaga yang bernama "Dewan Shura" ini berisi tokoh-tokoh yang ditunjuk raja, bukan melalui pemilu sebagaimana dewan ligislatif lain di negara-negara di dunia. Lembaga ini hanya bisa mengeluarkan "rekomendasi", sedang semua keputusan akhir berada di tangan raja.
"Kami berharap adanya dekrit raja yang akan memberikan kita hak itu (mengemudi)," kata Yusef.
"Percayalah bahwa masalah itu tengah dipertimbangkan dan semoga hasilnya memuaskan," kata Aziza al-Yusef, aktifis pembela hak wanita setelah bertemu Mendagri Pangeran Mohammed bin Nayef bersama sesama aktifis Hala al-Dosari. Pernyataan tersebut disampaikan Aziza hari Rabu (27/11).
Menurut Aziza pertemuan diadakan di kantor Pangeran Nayef, namun komunikasi dilakukan melalui "video conference" karena adanya larangan pertemuan pria-wanita yang bukan muhrim di Saudi Arabia.
Meski demikian Pengeran Nayef mengatakan bahwa keputusan tentang dicabutnya larangan tersebut hanya bisa dilakukan oleh dewan legislatif. Lembaga yang bernama "Dewan Shura" ini berisi tokoh-tokoh yang ditunjuk raja, bukan melalui pemilu sebagaimana dewan ligislatif lain di negara-negara di dunia. Lembaga ini hanya bisa mengeluarkan "rekomendasi", sedang semua keputusan akhir berada di tangan raja.
"Kami berharap adanya dekrit raja yang akan memberikan kita hak itu (mengemudi)," kata Yusef.
Subscribe to:
Posts (Atom)