Sunday 25 January 2009
PERANG LAIN YANG BERLANGSUNG DI BOLIVIA
Andai saja diadakan pooling di Palestina mengenai negara asing mana yang paling dihormati rakyat Palestina, sangat boleh jadi Bolivia adalah negaranya. Hal ini bukan mengada-ngada karena rakyat Palestina suka mengusung gambar Presiden Bolivia Evo Morales dalam aksi demo-demo mereka menentang Israel dan Amerika. Dan hal ini bukan tanpa alasan logis. Bolivia telah menunjukkan dukungan moral tiada tara kepada rakyat Palestina, khususnya saat diserang Israel dalam aksi penyerbuan brutal Israel atas Gaza baru-baru ini.
Tanpa memiliki hubungan sejarah dan kultural, dan dipisahkan olah jarak ribuan mil dari Palestina menyeberangi lautan dan benua, Presiden Bolivia Evo Morales bersama koleganya dari Venezuela, Hugo Sanchez, telah menunjukkan simpati yang luar biasa terhadap rakyat Palestina dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan mengusir duta besarnya dari Bolivia. Rakyat Bolivia pun sejalan dengan sikap pemerintahnya, menggelar berbagai aksi demonstrasi menentang agresi Israel atas Palestina. Mereka mengibarkan bendera Palestina dan membakar bendera Israel dan Amerika.
Seandainya saja Bolivia masih memiliki hubungan dengan Amerika, hampir pasti hubungan itu pun akan diputuskan dan dubes Amerika pun diusir pergi sebagai protes atas dukungan Amerika atas kekejian Israel. Namun sayangnya hubungan diplomatik kedua negara telah dibekukan dan dubes Amerika telah diusir pergi bulan September tahun lalu karena tuduhan terlibat dalam konspirasi menentang pemerintah.
Kini, saat rakyat Palestina bernafas lega menyusul gencatan senjata di Gaza, rakyat Bolivia justru harus melakukan peperangan yang lain, yaitu perang memperjuangkan konstitusi baru yang akan diputuskan melalui referendum tanggal 25 Januari. Sebelumnya pada bulan Oktober tahun lalu referendum tersebut disetujui parlemen untuk dilaksanakan, setelah melalui perjuangan politik yang panjang.
Berbagai aksi demonstrasi mendukung konstitusi baru yang lebih menguntungkan penduduk asli mayoritas dilakukan para pendukung Presiden Evo Morales dari partai Movement Toward Socialism (MAS) beberapa hari terakhir. Demonstrasi pendukung konstitusi baru tanggal 18 Januari lalu di ibukota La Paz, dihadiri oleh Presiden Morales yang mengenakan kalung terbuat dari daun koka sebagai simbol perjuangan Morales mengangkat harkat martabat warga asli Bolivia (Indian) yang hidup dari bertani koka. (Pemerintah Amerika sering berkampanye memberangus tanaman koka yang merupakan bahan baku kokain. Namun sebenarnya secara tradisional, sebagaimana ganja, koka merupakan bahan baku obat-obatan dan makanan).
Referendum untuk mengubah konstitusi negara menjadi lebih berpihak kepada rakyat mayoritas sebenarnya telah didahului oleh dua negara lain di Amerika Selatan, yaitu Venezuela tahun 1999 dan Ekuador tahun 2008. Jika referendum di Bolivia ini berhasil, maka kecenderungan rakyat Amerika Selatan untuk berpaling dari sistem liberal kapitalis semakin kuat. Negara-negara lain di Amerika Selatan, termasuk yang terbesar seperti Brazil dan Argentina, dalam tingkat yang lebih rendah juga telah menunjukkan kecenderungan serupa.
Konstitusi baru ini di antaranya akan membatasi pembelian tanah menjadi maksimal 5.000 hektar. Selama ini kebanyakan rakyat petani hanya bisa memiliki sedikit tanah karena sebagian besar telah dimiliki para tuan tanah. Selain itu konstitusi baru juga akan memberkan hak lebih besar kepada negara untuk menguasai sumber-sumber alam yang selama ini banyak dikuasai asing.
“Saudara-saudaraku sekalian, kami percaya kepada Anda semua, kami percaya kepada rakyat Bolivia, untuk dapat mengubah Bolivia menjadi negeri milik rakyat Bolivia. Namun kita memerlukan konstitusi untuk mensahkan perubahan itu,” kata Morales kepada khalayak dalam pidatonya tanggal 18 Januari lalu. Wajah Morales tampak lelah, tidak mengherankan karena ia telah berkeliling seluruh negeri untuk memperjuangkan konstitusi baru.
Menurut Morales, konstitusi baru akan memasukkan kebutuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti air, gas, listrik, dan kebersihan sebagai hak dasar rakyat yang dipenuhi oleh negara sebagaimana pendidikan dan kesehatan. Konstitusi baru juga akan mencegah kepentingan asing, terutama Amerika untuk bercokol di Bolivia. Morales juga membantah rumor yang disebarkan oleh lawan-lawan politiknya bahwa konstitusi baru akan melegalkan aborsi dan homoseksual. Sebagian besar rakyat Bolivia adalah penganut Katholik yang teguh menentang aborsi dan homoseksual. Lebih jauh Morales menjamin konstitusi baru akan memperkuat hak-hak warga asli Bolivia yang jumlahnya mayoritas namun selama ini terpinggirkan secara ekonomi dan politik.
Sejarah Konstitusi Bolivia
Selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak dekade 1990-an, di Bolivia muncul gerakan di kalangan warga asli indian untuk mendapatkan hak-hak politik dan ekonomi yang lebih baik yang selama ini dikuasai oleh warga keturunan kulit putih dan indo mestizo (campuran kulit putih dan indian). Mereka berjuang melalui gerakan Movement Toward Socialism (MAS) yang juga mendapat dukungan dari partai-partai kiri dan mahasiswa.
Sejak merdeka dari penjajahan Spanyol tahun 1826 hingga saat ini Bolivia telah memiliki 16 konstitusi dan enam amandemen konstitusi. Konstitusi pertama dibuat langsung oleh pejuang kemerdekaan Simon Bolivar tahun 1826 yang menjamin sistem negara yang “liberal demokrat”. Namun hampir semua konstitusi yang berlaku tidak pernah efektif berjalan. Selain itu semua konstitusi juga menciptakan diskriminasi dengan membedakan warga negara Bolivia dua kategori: “Orang Bolivia” dan “Warga Bolivia”. “Orang Bolivia” adalah untuk orang yang lahir di Bolivia atau orang asing yang menikah dengan orang Bolivia, atau orang asing yang mendapat kewarganegaraan Bolivia melalui keputusan pemerintah. Sedang “Warga Bolivia” adalah orang Bolivia yang berpendidikan dan memiliki harta benda (tanah dan rumah). Warga asli Bolivia secara otomatis hanya berstatus “Orang Bolivia”, tidak peduli ia memiliki harta benda dan berpendidikan tinggi.
Bagi golongan mapan atau established, yang kebanyakan adalah warga keturunan kulit putih, indo mestizo (keturunan kulit putih dan indian), pemilik tanah, pengusaha kaya, profesional, politisi dan birokrat sipil dan militer, konstitusi ini justru dianggap membahayakan status sosial-politik-ekonomi mereka yang sudah mapan selama turun-temurun. Melalui bendera partai Revolutionary Nationalist Movement (MNR), mereka mengorganisir berbagai aksi menolak konstitusi. Secara diam-diam mereka juga mendapatkan dukungan pemerintah Amerika yang banyak menanamkan investasi di negeri itu. Aksi penolakan mereka bahkan sampai berujung pada aksi pemberontakan dan pembunuhan terhadap pendukung Morales. Namun setelah bulan Oktober 2008 dimana parlemen menyetujui pelaksanaan referendum, aksi mereka terbatas pada aksi-aksi demonstrasi dan perang opini di media massa.
Pada tgl 21 Januari lalu misalnya, bentrokan antar pendukung dan penentang konstitusi di Plaza de Estudiantes tempat dimana sehari sebelumnya Presiden Evo Morales berpidato. “Kau para pengkhianat, tidak mempunyai agenda apapun (kecuali mempertahankan status quo). Kami yang mempunyai rencana nyata untuk negeri,” kata pemimpin kelompok pendukung konstitusi baru melalui microphone. Kalah jumlah, para penentang konstitusi baru pun mengundurkan diri.
Sama dengan aksi-aksi sebelumnya, massa pendukung konstitusi baru mengibarkan bendera Palestina dan gambar-gambar aksi kekejaman Israel di Jalur Gaza.
Perang Opini Media Massa
Secara umum, media massa yang sebagian besar dimiliki para pengusaha kaya, memihak penentang konstitusi baru. Sebagai contoh El Diario menulis headline berjudul “Bolivia akan Kembali ke Barbarisme”, merujuk pada praktik hukum adat yang masih berlangsung di banyak daerah, yang menurut konstitusi baru akan diakui sebagai sistem hukum formal Bolivia.
Untuk menandingi perang opini yang tidak berimbang itu, Evo Morales membuat koran baru yang dimiliki pemerintah bernama “Cambio” yang artinya adalah “perubahan”. Koran baru itu dirilis tgl 22 Januari lalu. “Kami mengorganisir diri, kami mempersiapkan diri dengan media untuk menyampaikan kebenaran ke publik Bolivia. Koran baru ini bukan untuk memalukan siapapun, kecuali untuk memberikan informasi dan mendidik kita,” kata Morales tentang koran baru tersebut.
Kontroversi Konstitusi Baru
Di luar aksi-aksi pro dan kontra baik dari MAS maupun MNR, para aktivis dari partai-partai kiri (sosialis-komunis) menganggap konstitusi baru yang diperjuangkan MAS dan Presiden Evo Morales masih kurang keras dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan memerangi liberalisme-kapitalisme. Mereka menunjuk konstitusi baru tidak mengutak-atik status tanah yang sebagian besar dimiliki oleh segelintir tuan tanah (konstitusi hanya mengatur jual-beli tanah maksimal 5.000 hektar). Mereka juga menganggap konstitusi baru masih terlalu konservatif dengan melarang praktik aborsi dan homoseksual.
Namun terlepas dari itu, kebanyakan rakyat Bolivia akan mendukung konstitusi baru itu karena beberapa alasan: menuntut keadilan, menentang kemiskinan, menentang dominasi kalangan mapan (established), menentang dominasi asing (yang berkolaborasi dengan kalangan mapan mengeruk sumber alam Bolivia), menentang rasialisme, dan menentang aksi-aksi kekerasan yang sering dilakukan kalangan mapan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment