Wednesday, 17 August 2011
Lebanon Tahan Penyelundupan Senjata ke Syria
Setelah Libya, Siria, palang pintu Arab yang masih menjadi batu sandungan Israel, kini menjadi ajang petualangan Amerika. Demi menumbangkan regim Awaliyun (pengikut Shiah) Al Assad dan menggantinya dengan regim boneka, Amerika dan sekutu-sekutunya: Saudi wahabiah, Turki, dan organisasi-organisasi serta negara-negara Sunni Arab termasuk Indonesia yang ikut-ikutan menarik dubesnya di Siria, tengah melakukan petualangan berbahaya atas Siria. Saya katakan berbahaya karena koflik di Syria akan menyeret negara-negara tetangganya terutama Lebanon, Palestina dan Iran yang telah membangun blok anti-Israel ke dalam peperangan.
Berbagai laporan menunjukkan adanya pengiriman senjata-senjata berat oleh Amerika dan sekutu-sekutunya, termasuk rudal anti tank dan anti pesawat, kepada para pemberontak Syria. Para analisis bahkam memprediksi NATO akan melakukan aksi militer langsung kepada Syria. Dan di tengah-tengah gejolak yang menegangkan di Syria tersebut, Lebanon telah memainkan peran yang patut dihargai, yaitu upayanya mencegah penyelundupan senjata ke Syria.
Baru-baru ini inteligen Lebanon berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 1.000 senjata laras panjang yang ditujukan ke kota Baniyas, Syria. Para penyidik menemukan kaitan penyelundupan itu dengan mantan perdana menteri Saad Hariri, tokoh yang terkenal kedekatannya dengan Amerika dan Saudi serta sangat anti-Hizbollah.
Baniyah adalah salah satu pusat pemberontakan terhadap Presiden Bashar al Assad sejak tergulingnya penguasa tiran Mesir Husni Mubarrak. Pemerintah Syria telah memobilisasi militer untuk memadamkan pemberontakan yang terkonsentrasi di kota-kota yang mayoritas dihuni penganut mazhab Sunni. Mazhab Sunni dianut oleh sebagian besar rakyat Syria namun kekuasaan negeri ini didominasi oleh penganut Alawiyah yang bermazhab Shiah.
Pada tgl 6 Agustus, al Akhbar, koran Lebanon yang berafiliasi pada kelompok Shiah, Hizbollah, melaporkan detil dari penyelundupan tersebut berdasarkan informasi inteligen pemerintah Lebanon pro-Hizbollah. Menurut Al Akhbar awalnya inteligen militer Lebanon mendapat informasi adanya dua anggota klan Tamim di Tripoli, Lebanon Utara, yang membeli sejumlah besar senjata laras panjang untuk dikirimkan ke Syria. Salah satu dari orang itu adalah seorang manajer suatu marina yang dimiliki oleh Solidere, sebuah perusahaan real estate yang didirikan oleh Rafik Hariri, mantan perdana menteri yang juga ayah kandung dari Saad Hariri. Kedua orang tersebut sepakat membeli senjata-senjata berkualitas tinggi jenis Kalashnikov dan M-16 dan telah membayar muka US$100,000. Mereka merencanakan untuk mengirimkan senjata-senjata itu dalam 1 pengiriman ke Baniyas, atau membaginya dalam beberapa paket lebih kecil dan menyelundupkannya ke Syria melalui perbatasan kedua negara. Para penyelundup, baik pembeli dan penyedia senjata, ditangkap pada tgl 30 Juli setelah pengiriman senjata di Ras Beirut.
Pada 8 Agustus surat kabar Al-Safir mengutip keterangan seorang pejabat keamanan Lebanon: "Operasi penyelundupan yang tertangkap tersebut tengah dalam penyelidikan intensif dan telah diperoleh banyak informasi penting dari para tersangka yang memiliki kedekatan dengan Kelompok 14 Maret (kelompok politik dari beberapa partai politik Lebanon yang dipimpin oleh Saad Hariri). Ini bukan operasi satu-satunya operasi yang telah dilakukan mereka.”
Sementara itu televisi milik Hizbollah, al Manar secara tegas membongkar identitas kedua penyelundup, yaitu Wassam dan Samir Tamim. Mereka mengaku telah melakukan 30 operasi penyelundupan senjata dari marina yang mereka kelola ke Baniyas dengan mendapat dukungan dari Mohammad Kabbara, seorang anggota parlemen dari partai Saad Hariri, Al-Mustaqbal. Menurut Al-Manar pusat dari operasi penyelundupan adalah tanah pertanian milik Kabbara di Lebanon Utara. Al Manar menambahkan tanah pertanian tersebut juga menjadi titik transit para gerilyawan salafi-wahabi yang dilatih dan dipersenjatai Saudi dan Amerika, sebelum masuk ke kota Homs di Syria.
Tentara Syria baru-baru ini mengklaim telah menangkap ratusan gerilyawan salafi, termasuk yang berasal dari Afghanistan, dengan dokumen Lebanon, dalam pertempuran di dekat Homs.
Penyelundupan tersebut memaksa diadakan rapat kabinet, Senin (15/8). Ketegangan politik juga terjadi antara kubu kelompok 14 Maret dengan kelompok 8 Maret yang dipimpin oleh Hizbollah.
Sumber:
"Lebanon Intercepts Covert Arms Shipments bound for Syria"; Sahand Avedis' WSWS; 12 Agustus 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment