Thursday 25 August 2011

Khadafi Tumbang Bawa Harapan Terbukanya Misteri Hilangnya Sheikh Musa


Tumbangnya regim Khadafi membawa harapan baru terkuaknya misteri hilangnya Sheikh Musa Sadr, seorang tokoh Shiah Lebanon yang hilang secara misterius setelah bertemu Khadafi 33 tahun lalu. Abdel-Monem al-Houni, pensiunan kolonel yang membantu Khadafi meraih kekuasaan tahun 1969 melalui kudeta militer, membuat pernyataan mengejutkan meski telah banyak diantisipasi, bahwa Musa Sadr telah ditembak mati atas perintah Khadafi. Namun banyak pula yang percaya Musa Sadr masih hidup dan tengah menjalani penahanan rahasia.

Musa Sadr yang dihormati sebagai seorang Imam, adalah seorang pemuka Shiah berbadan tinggi besar, lahir di Iran dan pindah ke Lebanon pada akhir tahun 1950-an. Ia turut berjasa membangun komunitas Shiah Lebanon, yang sebelumnmya terbelakang dan terpinggirkan, menjadi kelompok etnis yang maju dan dihormati.

"Adalah Imam Sadr yang telah membangunkan masyarakat Shiah Lebanon," kata Aql Hamiyah, yang pada tahun 1980 an menjadi komandan militer kelompok AMAL yang didirikan Sadr.

Dengan kharismanya, Sadr menjadi figur yang dihormati semua kalangan di Lebanon kala terjadi perang sipil tahun 1970-80-an. Untuk menyatukan kelompok-kelompok agama yang bersaing, ia pernah berpidato dan berkhutbah di gereja-gereja, hingga mengundang kritikan kalangan konservatif.

Abdullah Yazbek, seorang pembantu Sadr, mengingat bagaimana orang-orang Kristen menghormati Sadr. Saat ia berpidato di gereja, jemaah Kristen turut berteriak, "Allahu Akbar!". "Cara mereka menghormati Imam seperti mereka menghormati Yesus Kristus," kata Yazbek.

Pada tahun 1970-an Musa Sadr terlibat perselisihan dengan kalangan pejuang Palestina di Lebanon yang menduduki sebagian besar wilayah Lebanon Selatan berbatasan dengan Israel. Serangan-serangan gerilyawan Palestina yang gencar ke Israel mengundang balasan keras Israel yang harus ditanggung oleh penduduk Lebanon Selatan yang mayoritas beragama Islam Shiah. Inilah yang menyebabkan Sadr menentang pejuang Palestina.

Diduga karena niatnya menghentikan konflik bersenjata Palestina-Israel, Sadr dengan ditemani oleh seorang temannya serta seorang wartawan Lebanon, menemui Khadafi di Tripoli tahun 1978 untuk membujuk Khadafi menggunakan pengaruhnya terhadap Palestina. Menurut berbagai sumber sebenarnya hubungan Sadr dengan Khadafi kurang baik. Dalam bukunya "The Vanished Imam" penulis Fouad Ajami menyebutkan bahwa Khadafi dan Sadr pernah terlibat diskusi, namun berakhir dengan Khadafi pura-pura tidur.

Imam Sadr terakhir tampak di muka publik pada tgl 31 Agustus 1978, sebelum jadwal pertemuan dengan Khadafi. Namun sejak itu Sadr dan dua rekannya tidak pernah lagi muncul. Sebagai jawaban atas permintaan penjelasan oleh para pendukung Imam Sadr, pemerintah Libya mengatakan Imam Sadr telah meninggalkan Libya dengan tujuan Roma, Italia. Namun pemerintah Italia menyatakan bahwa Imam Sadr tidak pernah berada dalam pesawat yang disebut-sebut membawanya ke Italia.

Menurut buku Ajami, bocoran informasi yang didapatkan dari kalangan diplomatik Amerika mengindikasikan Sadr telah dibunuh atas perintah Khadafi setelah ia terlibat percekcokan mulut dengan Khadafi. Namun Khadafi selalu membantah telah membunuh Sadr.

"Saya dengan Musa Sadr berada di Iran, apakah tidak demikian?" kata Khadafi kepada delegasi 200.000 pengikut Musa Sadr yang menuntut penjelasan kepadanya berdasarkan tradisi Arab yang menghormati tamu, dan Musa Sadr adalah tamu Khadafi saat menghilang misterius.

Hilangnya Musa Sadr membuat hubungan politik Libya dengan Lebanon tidak pernah baik. Hamiyah, seorang komandan militer AMAL melakukan enam kali pembajakan untuk memaksa Khadafi memberikan informasi yang jujur tentang keberadaan Musa Sadr, namun Khadafi tidak bergeming. Dalam sebuah wawancara beberapa bulan lalu, Hamiyah menangis saat mengenang Musa Sadr. "Kehilangan beliau membuat hati saya sangat sedih. Saya rela mengorbankan semua anak dan keluarga saya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada beliau," katanya.

Penegak hukum Lebanon bahkan pernah mengajukan tuntutan kepada Mahkamah Internasional untuk melakukan penangkapan terhadap Khadafi.

Motif "penghilangan" Musa Sadr sendiri masih simpang siur. Beberapa analis percaya bahwa pemimpin Palestina, Yasser Arafat, bersekongkol dengan Khadafi untuk menyingkirkannya.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Al Hayat, 23 Februari 2011 lalu, Abdel-Monem al-Houni, mantan ketua delegasi Libya di Liga Arab yang membelot dari Khadafi mengatakan, jenasah Musa Sadr, diterbangkan ke Sabha, 400 mil selatan Tripoli dengan pesawat pribadi Khadafi, dan dikuburkan di sana. Najieddine Yazigi, pilot pesawat yang tidak lain adalah saudara ipar Houni kemudian turut dibunuh untuk menyembunyikan rahasia tersebut.

"Saya mengetahui secara mendalam bahwa beliau telah meninggal, meski saya berusaha untuk tidak mempercayainya," kata Houni. "Saya menyalahkan Khadafi, dan ia harus bertanggungjawab atas kejahatan itu," tambahnya.

Namun majalah Saudi, Asharq al-Awsat memberikan harapan baru. Mengutip tokoh oposisi Libya, Issa Abdul Majid Mansour, Sadr kemungkinan masih hidup dan menjalani penahanan di Sabha. Jika benar, ia akan berumuh 82 tahun saat ini.


Sumber:
"As Gaddafi Teeters, Will the Mystery of Lebanon's Missing Imam Be Solved?"; Nicholas Blanford; Time World; 25 Februari 2011

No comments: