Wednesday 27 November 2013

PERANG URAT SYARAF JELANG KONVENSI GENEWA II

Perang urat staraf terjadi menjelang Perundingan Genewa II yang ditetapkan PBB akan dilangsungkan tgl 22 Januari 2014 untuk menyelesaikan konflik Syria yang telah berlangsung 2,5 tahun dan menelan korban lebih dari 100 ribu jiwa. Kubu yang anti regim Syria Bashar al Assad berkukuh perundingan harus menghasilkan keputusan pembentukan pemerintahan transisi tanpa Bashar al Assad. Sementara pendukung Bashar al Assad bersikukuh kekuasaan Bashar al Assad tidak boleh disentuh.

"Syria mengumumkan partisipasi (Konvensi Genewa) dengan delegasi yang berada di bawah perintah Presiden Assad dan aspirasi seluruh rakyat Syria dengan tujuan utama menghancurkan terorisme," demikian pernyataan pers yang dikeluarkan kemenlu Syria, Rabu (27/11).

"Delegasi Syria tidak akan datang ke Genewa untuk menyerahkan kekuasaan, melainkan untuk berpartisipasi dalam perundingan bersama mereka yang komitmen dengan aspirasi rakyat Syria dan yang mendukung solusi politik bagi masa depan Syria," tambah pernyataan tersebut

Pernyataan tersebut juga mengkritik negara-negara barat dan sekutu-sekutu regional mereka yang terus mendesak pengunduran Bashar al Assad dari kekuasaan.

"Rakyat kami tidak akan mengijinkan siapapun untuk mencuri hak mereka menentukan masa depan dan pemimpin mereka, dan kunci dari perundingan Genewa adalah menyampaikan hak-hak rakyat Syria, bukan mereka yang telah menumpahkan darah rakyat," tambah pernyataan itu lagi.

"Kami mengingatkan mereka bahwa masa kolonialisme telah berakhir, dan mereka harus menyadarinya. Kalau tidak, tidak ada gunanya bagi mereka untuk datang ke Genewa."

Pada hari Selasa (26/11) menlu Perancis Laurent Fabius (Perancis adalah bekas penjajah Syria) mengatakan bahwa perundingan Genewa tidak akan dihadiri oleh al Assad dan para teroris, merujuk pada beberapa kelompok pemberontak yang terafiliasi dengan Al Qaida.

Kelompok pemberontak utama National Coalition menuduh pernyataan pemerintah Syria tersebut sebagai "tindakan berpura-pura bersama untuk melanjutkan permusuhannya terhadap rakyat."

"Regim mengklaim bahwa tuntutan turunnya al Assad adalah suara para kolonialis di Barat. Sebenarnya adalah itu adalah tuntutan rakyat," kata Presiden National Coalition Ahmad Jarba.

Meski mendapat dukungan kuat barat, kelompok ini diragukan kekuasaannya mengontrol para pemberontak yang saat ini justru dikuasai oleh kelompok-kelompok teroris Al Qaida seperti Al Nusra Front maupun ISIS.

Sementara itu sebuah aliansi pemberontak baru yang berisi kelompok-kelompok Islami non-Al Qaida, Islamic Front, dalam pernyataannya hari Selasa (26/11) menyatakan tujuannya mengganti kekuasaan di Syria dengan pemerintahan Islam.


PARA PANGLIMA PEMBERONTAK SYRIA TUMBANG SATU PER SATU


Para analis meragukan kekuatan kubu pemberontak Syria dalam perundingan Genewa II yang akan digelar tahun depan, mengingat fakta bahwa mereka tidak memiliki satu suara selain juga tengah berada di posisi terjepit di medan perang. Selain posisi yang semakin terdesak, beberapa komandan penting pemberontak Syria tewas satu per satu dalam pertempuran sengit yang berlangsung selama bulan ini.

Abdelqader Saleh, komandan satuan al-Tawhid Brigade yang mengalami luka-luka akibat serangan militer Syria tgl 14 November lalu di barat laut Aleppo, akhirnya meninggal dalam perawatan di Turki, Senin (25/11).

Komandan pemberontak lainnya yang tewas adalah Youssef al-Abbas, yang juga dikenal dengan nama Abu al-Tayyeb. Ia tewas dalam serangan udara militer Syria tgl 14 November lalu di Aleppo.

Lembaga pemantau Syria yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, mengumumkan hari Jumat (22/11) sebanyak 4 komandan pemberontak lainnya tewas dalam serangan terpisah di Provinsi Aleppo dan Homs. Sementara seorang anggota militer Syria yang membelot ke kubu pemberontak dengan pangkat Kolonel, tewas dalam pertempuran di Maaret al-Artiq, Aleppo.

Dalam beberapa minggu terakhir militer Syrian gencar melancarakan serangan terhadap posisi-posisi pemberontak Syria. Pada tgl 16 November melancarkan serangan di Harasta, timur laut Damaskus. Militer Syria juga berhasil merebut kembali kota Tel Hasel, Aleppo. Sementara di provinsi Homs militer Syria merebut kota-kota Hawarin dan Mahin.

Setelah terusir dari Al Qusayr dan terdesak di sekitar kota-kota besar seperti Damaskus, Aleppo dan Homs, para pemberontak kini hanya memiliki basis wilayah di Pegunungan Qalamoun yang menghubungkan Syria dengan Lebanon.



REF:
"Syrian government to attend Geneva II, but says Assad stepdown off the table"; Press TV; 27 November 2013
"Syria militant leader dies in Aleppo", Press TV; 18 November 2013

1 comment:

abu bakar said...

nampaknya kematian Abdul qader Salleh membawa kepada pembentukan Islamic Front yang menggabungkan 7 kumpulan namun ISIL dan alqaeda tidak termasuk dalam grup tersebut,akibatnya

WartaNews, Damaskus - Kelompok militan teroris Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) telah menyatakan perang terhadap kelompok militan lain di Suriah.

Pengumuman oleh ISIL muncul setelah Front Islam yang baru terbentuk menolak kehadiran kelompok militan yang berafiliasi dengan al-Qaeda di negara Suriah.

Menurut laporan, Abu Ubaida al-Adam, kepala ISIL, telah mengeluarkan fatwa yang mengizinkan pembunuhan seluruh anggota Front Islam.

Front Islam dibentuk sebelumnya pada bulan November di negara Timur Tengah setelah enam kelompok militan Takfiri utama yang memerangi pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad bergabung.

Pada bulan September, militan yang didukung asing yang disebut Brigade Badai Utara menyatakan perang pada ISIL.

Pengumuman oleh Brigade Badai datang setelah militan dari ISIL menyerang kota Azaz, 5 km dari perbatasan Suriah-Turki pada tanggal 18 September dan menewaskan sedikitnya lima anggota militan.