Indonesian Free Press -- Seorang pembuat film dokumenter yang dikenal anti terhadap kelompok teroris ISIS tewas dibunuh di Turki, hari Minggu (27 Desember).
"Pembuat film Naji Jerf, ayah dari dua orang anak, dibunuh hari ini di Gaziantep, di perbatasan Suriahon dengan pistol berperedam suara," tulis kantor berita Perancis AFP, Minggu (27 Desember), mengutip 'kicauan' RBSS di 'Twitter'.
RBSS adalah sebuah kelompok jurnalis yang mendedikasikan diri mengungkapkan kejahatan kelompok teroris di Raqa, ibukota kelompok ISIS di timur laut Suriah. Jerf tengah bekerja untuk kelompok ini saat tewas dibunuh. Jerf juga menjadi editor di majalah Suriah Hentah yang melaporkan kehidupan sehari-hari warga Suriah.
Seorang rekan Jerf mengatakan kepada AFP bahwa ia dan keluarganya tengah berencana pergi ke Perancis setelah mendapatkan visa negara itu minggu ini.
Media Turki melaporkan bahwa pria berumur 37 tahun itu tengah memproduksi film dokumenter tentang aksi-aksi keji yang dilakukan kelompok ISIS.
“Ia ditembak di kepalanya saat tengah berjalan di jalanan, dan meninggal saat berada di rumah sakit," tulis situs berita T24 tentang pembunuhan itu.
Pada bulan Oktober 2014 lalu, Serena Shim, seorang wartawati Amerika yang bekerja untuk kantor berita Iran Press TV, juga tewas dalam sebuah kecelakaan yang mencurigakan di Turki. Ia tewas sehari setelah melaporkan penyelundupan senjata yang dilakukan aparat keamanan (inteligen) Turki untuk gerombolan ISIS di Suriah.
Press TV secara tegas menuduh Serena Shim dibunuh oleh inteligen Turki.
"Kematian Shim sangat mencurigakan dan diduga kuat terkait dengan laporannya yang kritis yang memberikan dampak buruk bagi Turki dan Saudi," kata Hamid Reza Emadi, Pimpinan Reaksi Press TV kepada Reuters, 20 Oktober 2014.
Meski pembunuhan Jerf masih dalam penyidikan, namun situs Veterans Today secara tersirat menuduh Presiden Erdogan berada di balik ini semua. Dalam artikel yang ditulis hari ini (28 Desember) situs ini menulis judul "Another Erdogan Assassination?".
ISIS yang mendapat perlindungan diam-diam oleh Turki memang telah terbiasa melakukan pembunuhan-pembunuhan. Namun mereka melakukannya secara vulgar sebagai kelompok teroris. Adapun pembunuhan diam-diam tanpa jejak, sebagaimana dialami Jerf, sangat mungkin dilakukan oleh aparat inteligen. Dan inteligen Turki-lah yang paling memiliki motif untuk melakukannya.(ca)
No comments:
Post a Comment