Friday 6 May 2016

Keturunan Teroris Baru Bernama ‘Helm-Helm Putih’

Indonesian Free Press -- “Helm-Helm Putih (White Helmets) adalah nama baru untuk ‘Syrian Civil Defence.’ Meski menyandang nama Suriah, kelompok ini tidak dibentuk oleh orang Suriah, atau bekerja untuk kepentingan warga Suriah. Sebaliknya, kelompok ini dibentuk oleh Inggris dan Amerika pada tahun 2013. Warga sipil yang dikuasai pemberontak dibayar untuk pergi ke Turki untuk menerima pelatihan-pelatihan penanganan bencana. Program ini dipimpin oleh James Le Mesurier, mantan tentara Inggris dan kontraktor swasta yang berbasis di Dubai.”

"Ini adalah keturunan baru dari para tentara bayaran dan propagandis yang disamarkan sebagai 'penyelamat kemanusiaan' di Suriah," demikian tulis artikel di situs Global Research, 2 September 2015 lalu, "MEET THE WHITE HELMETS: Propaganda image designed to reinforce Washington’s policy of ‘regime change’ in Syria."

Tulisan ini didasari pada penemuan penulis artikel tersebut atas fenomena perang di Timur Tengah. Dimulai dengan postingan foto-foto korban perang Suriah oleh seorang warga Gaza di media sosial, disertai 'caption' “Pembantaian regim al Assad di #Douma Suriah”. Kemudian diikuti oleh ratusan komentar yang muncul dengan cepat, yang isinya mengecam Presiden Bashar al Assad dan Tentara Nasional Suriah (SAA).

"Apa yang kami temukan adalah sebuah 'lingkaran' propaganda barat yang terorganisir rapi," tulis laporan tersebut.

Menurut temuan dalam laporan tersebut, kedua foto-foto tersebut dibuat fotografer bernama Khaled Khatib, yang telah melaporkan tentang serangan 'bom tandan' oleh angkatan udara Suriah di sekitar Aleppo.

Foto-foto Khatib selalu muncul tidak lama setelah terjadinya serangan sehingga menimbulkan pertanyaan, mengapa ia memiliki 'keberuntungan yang luar biasa' untuk mengetahui rencana-rencana serangan seperti itu. Sementara serangan-serangan seperti itu (bom tandan yang melanggar konvensi internasional) tidak sembarangan terjadi.

Penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa Khaled Khatib bekerja untuk organisasi baru bernama ‘White Helmets’ dan foto-fotonya secara eksklusif menjadi dasar pernyataan kelompok-kelompok propagandis dukungan barat, seperti Syrian Observatory for Human Right (SOHR). SOHR sendiri dijalankan sendirian oleh imigran asal Suriah yang telah 20 tahun lebih tidak pernah menginjakkan negerinya, Rami Abdul Rahman. Namun berkat 'kedekatannya' dengan dinas-dinas inteligen barat, ia mampu mengendalikan organisasinya di sebuah rumah di Coventry, Inggris.

Informasi-informasi yang dibuat oleh 'White Helmets' dan 'diolah' oleh SOHR kemudian dijadikan dasar oleh 'Axis of Interventionism' Amerika, Uni Eropa dan kawan-kawan, untuk menjustifikasi langkah mereka untuk mengintervensi Suriah, negara berdaulat yang pemerintahannya dipilih secara demokratis.

"Pada kenyataannya, White Helmets adalah tim penyelamat kecil dari kelompok Al Nusra,” tulis Rick Sterling “Highly Effective Manipulators” yang dimuat di situs Global Research.

Para anggota "Helm-Helm Putih" mengklaim sebagai non-partisan, namun mereka hanya berada di wilayah yang dikuasai pemberontak, terutama kelompok Al Nusra dan Aleppo. Video yang pernah beredar tentang serangan gas klorin dimulai dengan logo 'White Helmets' dilanjutkan dengan logo al Nusra.

“Namun fungsi utama kelompok ini dalah sebagai alat propaganda. Mereka mendelegitimasi pemerintahan Assad dan mendorong adanya intervensi barat. Kelompok ini juga aktif di media sosial seperti Twitter, Facebook dll," tulis Global Research.

Meski tidak menyebut langsung istilah 'zona penyangga' atau 'zona aman' karena terlalu politis, Khaled Khatib, kepada media Inggris the Guardian menuntut agar mereka bisa melengkapi diri dengan radar dan 'sistem peringatan dini' untuk menghindarkan korban serangan pasukan Suriah.

"Jika kita bisa mendeteksi kedatangan pesawat-pesawat, kami bisa mengingatkan orang-orang untuk berlindung, menyuruh orang-orang lari dari pasar, dan anak-anak meninggalkan sekolah-sekolah, mengingatkan rumah-rumah sakit untuk bersiap-siap,” kata Khatib.

“Semua bandara di dunia memiliki sistem ini. Ini sepenuhnya untuk sipil, mengapa tidak bisa dibagikan kepada kami?”

Dengan akal jernih, siapa yang sebenarnya diuntungkan dengan peralatan semacam itu? Warga sipil atau pemberontak?(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Barat tk ada habisnya utk benar2 menghancurkan Suriah, Ketika ISIS di ujung jurang giliran mereka mencari cara bru utk terus menyerang suriah..