Wednesday 18 May 2016

Konflik Suriah Makin Memanas, Rusia akan Kirim Kapal Induk

Indonesian Free Press -- Seiring dengan semakin memanasnya konflik Suriah, dimana para pemberontak terus mendapatkan suplai persenjataan modern dari Amerika Cs. dan mengancam kedudukan pemerintah dengan offensif gencarnya akhir-akhir ini di Aleppo, Rusia memutuskan untuk mengirimkan salah satu persenjataan strategisnya ke Suriah.

Seperti laporan Voltairenet.org, 16 Mei lalu, Rusia akan mengirim kapal induknya, Admiral Kuznetsov ke Suriah. Namun, karena masih dalam perbaikan, kapal induk ini baru bisa dikirim pada bulan Juli mendatang.

Sebagimana diketahui, Rusia telah menarik sebagian besar kekuatan udaranya di Suriah pada Februari lalu sebagai bagian dari gencatan senjata yang disepakati dengan Amerika. Namun rupa-rupanya Amerika hanya menjadikan gencatan senjata sebagai kamuflase untuk memperkuat kembali pemberontak yang tengah berada di ujung tanduk. Bersama NATO, Turki dan sejumlah negara Arab, Amerika menggelontorkan senjata-senjata canggih kepada para pemberontak.

Mengutip kicauan koresponden BBC Frank Gardner baru-baru ini, FARS News Agency menyebut pemberontak Free Syrian Army, misalnya, telah menerima 500 rudal anti-tank TOW. Para pemberontak juga menerima sejumlah besar rudal jinjing anti-pesawat sehingga dalam sebulan terakhir Suriah harus kehilangan 3 pesawat tempurnya. Pesawat-pesawat tempur Rusia sendiri yang lebih canggih, relatif aman dari ancaman rudal jinjing karena selain beroperasi di ketinggian yang tidak terjangkau juga karena dilengkapi pertahanan elektronik yang canggih.

Dengan dukungan persenjataan dan suplai mujahidin yang melimpah melalui perbatasan Turki, pemberontak pun melakukan offensif besar-besaran yang mampu menghentikan laju kemenangan pasukan Suriah, terutama di kota strategis Aleppo. Offensif tersebut juga membatalkan rencana Suriah untuk merebut ibukota teroris di Deir ez-Zor dan Raqqa.

Meski Rusia belum memiliki pesawat generasi kelima sebagaimana Amerika, kekuatan udaranya mampu membuat pemberontak kocar-kacir selama kampanye udara Rusia yang dimulai bulan September 2015 lalu. Namun sejak 27 Februari 2016 Rusia menarik 46 pesawat tempurnya di pangkalan Khmeimim di Latakia, meninggalkan misi serangan udara kepada angkatan udara Suriah yang sebagian pesawatnya sudah ketinggalan jaman.

Kehadiran rudal-rudal jinjing pemberontak membuat Suriah hanya bisa melakukan 10 serangan setiap hari, kurang dari cukup untuk menghancurkan kekuatan pemberontak.

Saat ini Admiral Kuznetsov yang berbobot 65.000 ton tengah dalam perbaikan di galangan Sevmash di Severodvinsk. Perbaikan dilakukan untuk memungkinkan kapal ini mengangkut pesawat baru MiG-29 K/KUB pengganti Su-33 yang lebih kuno. Ujicoba pendaratan dan tinggal landas pesawat tersebut di kapal induk ini telah dilakukan di Saki dan Yeisk di pantai Azov.

Diresmikan operasionalnya pada Desember 1990 di Nikolaev, Ukraine, Admiral Kuznetsov bisa membawa 52 hingga 55 pesawat dan helikopter, lebih dari cukup untuk menggantikan pesawaat-pesawat Rusia yang ditarik Feburari lalu. Dalam operasinya, kapal induk ini tidak hanya mengangkut pesawat MiG-29 K/KUB, namun juga Su-33 Multi-role, Su-25UTG/UBP Ground Attack dan helikopter anti-kapal selam Ka-27.

Dengan seluruh kekuatannya Admiral Kuznetsov dianggap akan mampu memberikan pukulan keras bagi para pemberontak.(ca)

No comments: