Monday 11 September 2017

Terima Kunjungan Menlu Rusia, Saudi Akui Kekalahan di Suriah

Indonesian Free Press -- Saudi Arabia menerima kunjungan Menlu Rusia sebagai tanda kekalahan Saudi dalam konflik di Suriah yang telah dijalani Saudi sejak tahun 2011.

"Saudi Arabia menjadi negara terakhir yang menyerah dari tuntutan perubahan regim di Suriah dan harus mengikuti keberhasilan kampanye Rusia di Suriah mendukung Presiden Bashar al-Assad,” tulis Bloomberg berkaitan dengan rencana kedatangan Menlu Rusia Sergei Lavrov.

Menurut Veterans Today, Lavrov mengunjungi Saudi Arabia dan Jordania pada 9-11 September. Di Saudi, ia diterima oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud di Jeddah serta Menlu Adel al-Jubeir.


"Saya melihat Riyadh telah merubah posisinya (atas konflik Suriah),” kata Qadri Jamil, mantan Deputi Perdana Menteri Suriah dan pemimpin kelompok oposisi Syrian Popular Front for Change and Liberation kepada Bloomberg.

Bulan lalu Saudi menjadi tuan rumah pertemuan kelompok-kelompok oposisi Suriah yang diikuti kelompok yang dibina Saudi Arabia, High Negotiations Committee (HNC), dan dua kelompok lain yang dekat dengan Rusia.

Veterans Today menyebut sikap terakhir Saudi tersebut menjadi pukulan keras bagi para pemberontak, pada saat mereka terpukul mundur dari sebagian besar wilayah konflik di Suriah dalam dua tahun terakhir.

Minggu lalu Lavrov berada di beberapa negara Teluk, di antaranya di Qatar yang merupakan pendukung kuat lainnya bagi pemberontakan Suriah, namun terlibat persaingan pengaruh dengan Saudi. Lavrov mengakui masih terdapat sejumlah perbedaan dengan Qatar, namun kedua negara sepakat untuk mengakhiri konflik di Suriah.

Selain tersingkir dari sejumlah wilayah, para pemberontak Suriah telah kehilangan banyak dukungan politik. Tahun ini, Amerika mengumumkan penghentian dukungan militer pada para militan. Turki juga telah menyusul langkah Amerika itu bahkan aktif terlibat dalam upaya penghentian konflik bersama Iran dan Rusia.

Saudi adalah pendukung utama pemberontakan Suriah sejak konflik muncul tahun 2011. Menggelontorkan senjata dan dana kepada para pemberontak dan dengan tegas menyatakan desakan bagi penggulingan Bashar al Assad. Namun, pada akhirnya harus melihat kekalahan para pemberontak yang didukungnya oleh gempuran pasukan Suriah yang didukung Rusia dan Iran.

Menurut Mustafa Alani, Direktur Persian Gulf Research Center di Dubai, Saudi tidak lagi menolak ide tentang Bashar al Assad yang tetap berkuasa. Sementara Yahya al-Aridi, salah seorang petinggi kelompok HNC, mengungkapkan kekhawatiran bahwa Saudi telah berubah sikap tentang Bashar al Assad.

“Ada upaya-upaya nyata untuk membiarkan regim Assad berkuasa,” katanya.

Menurut Alani, Saudi tidak lagi mengkhawatirkan tetap berkuasanya Bashar al Assad, namun ketakutan dengan pengaruh Iran yang semakin kuat, khususnya di Suriah.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Kunjungan Rusia semakin menegaskan pada Saudi.. "Saya terima Kekalahan Anda"