Friday 20 December 2019

STOP! JANGAN SAKITI HATI UMMAT ISLAM INDONESIA.

Oleh : Anton Permana.
(Direktur Eksekutif Forum Majelis Bangsa Indonesia)

Apa yg penulis pernah sampaikan di awal pemerintahan Jokowi jilid dua ini tentang susunan kabinet para menteri yg seolah membentuk ‘formasi tempur’ ke dalam (internal dalam negeri) ternyata benar.
Faktanya, ada 5 orang menteri Jokowi yg begitu agresif menyerang Islam. Yang sebenarnya masih menggunakan isu basi seperti terorisme, radikalisme, cadar, intoleransi, dan anti Pancasila.
Puncaknya adalah ketika dikeluarkannya rilis tentang IKUB (Indeks Kerukunan Ummat Beragama) oleh Kemenag RI yang langsung mendapat reaksi keras dari masyarakat, tokoh dan ulama.

Setelah isu bom panci, bom bawa ktp atau bom go jek tak laku lagi di mata publik, seakan tak pernah capek, sekarang mereka menggunakan jurus baru berlabelkan riset ilmiah, ditopang dengan lembaga kekuasaan agar kelihatan objektif dan legal.
Dalam IKUB tersebut di jelaskan bahwa ada 5 propinsi terendah yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau, Banten dan NTB. Sebaliknya, dalam IKUB tersebut yang tertinggi adalah Papua, NTT, Sulawesi Utara, Papua Barat, Maluku, Bali, dan seterusnya.
Dalam hasil IKUB ini, dengan sangat jelas dan telanjang seakan sedang dipertontonkan bahwa, kalau daerah itu kuat keislamannya maka IKUB nya rendah. Artinya daerah ini intoleransi dan sulit berkerja sama. Tapi kalau daerah itu Islamnya minoritas (berimbang) IKUB nya akan tinggi.
Dua medium ini seolah sengaja dipublish sedemikian rupa agar masyarakat tahu. Namun pemerintah lupa, bahwa ternyata rakyat Indonesia itu sudah jauh lebih cerdas dari prasangka mereka. Kecepatan sarana informasi dan teknologi telah merobohkan benteng hegemoni cipta kondisi media biasa dikontrol dan dikendalikan pemerintah.
Akhirnya yg terjadi adalah, kemarahan rakyat yang semakin membuat wibawa pemerintahan hari ini semakin terpuruk dan memalukan akibat perilakunya sendiri.
Berikut penulis akan mencoba merangkum suara detak hati masyarakat dan menganalisis apa sebenarnya yang sedang terjadi di negeri ini.
1. Sudah dipastikan program Islamphobia di Indonesia hari ini sudah sangat akut dan parah. Kalau dalam periode sebelumnya pola yg digunakan adalah pola kriminalisasi, infiltrasi cipta kondisi, dan tindakan represif menggunakan tangan aparat keamanan, saat ini lebih tajam dan dalam lagi.
Melakukan upaya sistematis melalui penetrasi kedalam sistem tata kelola pemerintahan yg dilegalkan dengan kekuasaan, dengan upaya merobah struktur pranata sosial kemasyarakatan yg terbentuk dengan sebuah nilai dan tatanan pranata sosial yang baru ingin mereka buat.
Program Islamphobia ini dipaksa masuk ke dalam sistem pemerintahan dengan berbagai acara apakah itu melalui regulasi, intimidasi, intervensi, pokoknya Islam terproyeksikan adalah sebuah ancaman dan musuh negara.
Fakta ini bisa kita lihat dari beberapa manuver para menteri Jokowi yang berupaya mengkaitkan prilaku ibadah ummat Islam seperti bercadar, celana cingkrang diidentikkan dengan radikalisme.
Begitu juga dalam pendidikan. Rezim hari ini berupaya menghapus kurikulum tentang jihad, khilafah, yang dengan sewenag-wenang dan sepihak mereka terjemahkan sendiri, artikan sendiri, dan mengambil kesimpulan sendiri secara negatif. Sehingga mereka terjebak oleh halusinasinya sendiri tentang potret pemahaman kata jihad, khilafah yang seakan menakutkan.
Upaya-upaya sistematis ini semakin hari semakin tajam dan semena-mena.
2. Dalam IKUB yang baru dikeluarkan ini, penulis melihat ada semacam balas dendam atau memberi hukuman terhadap daerah yang tidak mau tunduk terhadap kehendak pemguasa hari ini. Khususnya dalam urusan akidah keagamaan.
Karena sesama kita ketahui sejak Pilpres, rakyat sudah tidak percaya lagi dengan lembaga riset dan survey manapun di negeri ini. Karena sudah rahasia umum, bahwa hasil riset dan survey itu mutlak tergantung keinginan dan kepentingan siapa yg order.
Dan bagi masyarakat, lembaga survey hanya bahagian dari akal-akalan para politisi utk melegitimasi opini yang sedang mereka bangun. Biar kelihatan ilmiah dan akademis. Padahal kalau dibedah maka akan ketahuan abal-abal semua.
3. Penulis menganalisa, serangan membabi buta program Islamphobia yang terjadi hari ini terhadap kita, adalah by order dari sebuah kekuatan global (luar) yang ingin menguasai dan mengendalikan Indonesia kedepan secara penuh.
Dikarenakan Islam adalah agama mayoritas di negeri ini, maka kekuatan global ini mesti menghancurkan dan menaklukan Islam terlebih dahulu. Caranya ? Modali para politisinya merebut kekuasaan, pasang para pejabat boneka, sogok para pejabatnya, cuci otak masyarakatnya dengan propaganda media, film, dan manipulasi berita, serta pecah belah (adu domba) sesama ummat Islam dengan politik belah bambu yaitu ; Yang patuh difasilitasi dan diangkat-angkat, yang tidak patuh diinjak dan dikriminalisasi.
Kalau Islam sudah terpecah belah oleh sogokan dan adu domba, maka akan lebih mudah di hancurkan. Tinggal memanfaatkan para anak PKI, kelompok syiah, dan kalangan non muslim radikal yang sejak dulu sudah sangat ingin dan berkepentingan menghancurkan Islam di Indonesia.
Dengan kekuasaan sudah di tangan, segala apa yang di jelaskan di atas akan sangat mudah dijalankan.
4. Penulis menganalisa, formasi tempur yang di bentuk pada level kementrian utk menyerang Islam adalah juga bahagian dari ‘new strategy' kelompok Istana untuk melokalisir dan menarik pertempuran jauh keluar Istana.
Contohnya, kalau pada periode pertama istana adalah sasaran utama ummat, hari ini Istana sudah cerdik dengan memasang para menteri khusus berantem dengan ummat Islam di pos kementrian strategis seperti Menteri agama, menkopolhukam, mendagri, menPan, dan mendikbud yang track record-nya sudah sama-sama kita ketahui.
Artinya istana seolah sengaja membuat palagan baru (medan pertempuran baru) antara rakyat (ummat Islam khususnya kelompok 212) dengan para hulubalang 5 menteri seperti yang disebutkan di atas. Agar istana konsentrasi dan enjoy melayani tuan besar China lima tahun kedepan. Lalu bagaimana dengan Kapolri ?? Penulis melihat, pasca Tito lengser menjadi Mendagri, ada sedikit perobahan dari performa Kapolri yang baru ini. Kapolri yang baru ini seakan sadar dan paham dengan ‘ulah’ pendahulunya yang cenderung ugal-ugalan menggunakan kewenangan sebagai aparat penegak hukum demi kepentingan politik Istana.
Dan penulis melihat, Kapolri hari ini fokus membersihkan image negatif korp Bhayangkara ini kepada publik. Minimal fokus ‘cuci piring’ lah, agar wibawa aparat kepolisian kembali tegak dan dicintai rakyat.
5. Penulis melihat dan membaca, program Islamphobia hari ini juga bahagian strategi rezim hari ini untuk lebih dulu membuat sibuk rakyatnya sebelum membuat sibuk pemerintahannya.
Program Islamphobia ini juga menjadi sarana ampuh untuk membungkam daya perlawanan kelompok Islam idealis agar tak ribut.
Program Islamphobia hari ini juga strategi jitu untuk menguras energi rakyat serta mengalihkan perhatian, menutupi segala bentuk kegagalan pemerintahan hari ini.
Lihatlah negeri kita hari ini. Hutang menggunung sudah tak terhitung lagi. Untuk bayar bunga nya saja mesti dengan hutang lagi. Neraca perdagangan defisit. Pertumbuhan ekonomi stagnan 5,2 persen saja. Pengangguran semakin banyak. Barang import meraja lela. Narkoba luar biasa. Mega proyek tol dan kereta api merugi. BUMN tergadai dan tetancam bangkrut. Biaya hidup, biaya kesehatan (BPJS) dan biaya pendidikan semakin mahal. Banyak pakar ekonomi yang netral mengatakan ekonomi Indonesia di ambang kehancuran.
Dan untuk itulah, agar segala kerusakan ini tidak jadi komoditas politik maka program Islamphobia ini sangat ampuh untuk melengahkan kan masyarakat dari subtansi kehidupan bernegara sebenarnya.
Untuk itulah, pada kesempatan ini penulis menyimpulkan dan ingin menyampaikan bahwa ;
Pertama, Stop segala bentuk upaya menyudutkan Islam dan segala upaya untuk menjadikan Islam (agama) sebagai musuh negara. Karena skenario tersebut sudah diketahui masyarakat dan menjadi diskusi umum. Artinya, pemerintah hari ini harus sadar, mereka ibarat aquarium yang transparan. Rakyat hari ini sudah cerdas dan tak mempan lagi untuk dibodoh-bodohi dengan isu murahan.
Kedua, meminta presiden Jokowi untuk mengevaluasi atau kalau perlu mencopot para menterinya yang selalu buat gaduh dan menyakiti hati ummat Islam. Karena kalau tidak, bisa jadi presiden juga diduga terlibat dalam semua permainan itu.
Ketiga, menghimbau kita semua untuk kembali sadar dan paham bahwa, negara ini adalah milik kita bersama. Ummat Islam adalah aset terbesar bangsa ini. Kalau ingin maju dan berkah, maka berdamailah dengan Islam dan jangan sakiti lagi hati ummat Islam. Terima Islam sebagai ummat mayoritas di negeri ini. Dan jangan pernah bermimpi akan bisa berhasil membuat Indonesia seperti Andalusia, seperti Iran, seperti China atau Korea Utara. Karena pasti akan mendapatkan perlawanan keras dari ummat Islam Indonesia.
Keempat, kita semua sudah mempunya Pancasila dan UUD 1945. Dimana semua tentang kehidupan berbangsa dan bernegara (kehidupan beragama) sudah diatur hak dan kewajibannya.
Jangan bawa lagi norma baru yang sesat terhadap kehidupan bernegara bangsa Indonesia. Jangan ungkit lagi konflik ideologi yang sudah tuntas diselesaikan para founding fathers bangsa ini.
Kelima, mari kita bersama total dan fokus bagaimana menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan ekonomi dan perpecahan. Jangan mimpi ada negara lain yang mau Indonesia sejahtera dan maju. Kita harus mandiri dan percaya diri. Bahwa bangsa Indonesia bisa bangkit tanpa harus terlebih dahulu jadi budak negara maju.
Dan semoga, momen akhir tahun masehi ini bisa kita jadikan momentum evaluasi diri. Bahwa tak ada bangsa yang besar karena bantuan bangsa lain. Bullshit itu semua. Indonesia kedepan harus maju dan berdiri di kakinya sendiri. InsyaAllah.
Jakarta, 15 november 2019.
(Penulis adalah alumni Lemhannas RI PPRA 58 Tahun 2018).

1 comment:

hari besar keagamaan islam said...

Semoga di tahun baru ini indonesia semakin maju.. terutama dibidang agamanya