Saturday, 26 June 2010
KONSPIRASI BBM (1)
Keterangan gambar: ribuan trem-trem listrik yang masih baik dibesituakan bagitu saja di Amerika karena ulah kejahatan konspirasi
Indonesian Free Press -- Apa kelebihan mobil listrik modern dibandingkan mobil berbahan bakar minyak? Segalanya. Mobil listrik bisa berlari lebih cepat (370 km/jam oleh mobil Eliica buatan Jepang), lebih jauh daya jelajahnya (483 km sekali charge oleh mobil Tesla Model S), lebih kuat akselerasinya (0-100 km/jam kurang dari 4 detik oleh mobil Tesla Roadster), lebih nyaman (tidak bising), dan sudah pasti lebih ramah lingkungan. Kekurangan mobil listrik mungkin hanyalah dalam hal waktu pengisian tenaga listrik (recharge) dibandingkan pengisian BBM. Tapi itu sama sekali tidak signifikan karena proses recharge mobil listrik modern hanya membutuhkan waktu menit-an, hampir sama dengan pengisian BBM. Lagipula recharge bisa dilakukan dengan cara yang jauh lebih praktis dibandingkan mengisi BBM, cukup memasukkan chop ke dalam titik api listrik.
Bagaimana dengan kondisi awal mobil listrik? Berikut adalah penjelasan dari wikipedia:
"Before the pre-eminence of internal combustion engines, electric automobiles held many speed and distance records. Among the most notable of these records was the breaking of the 100 km/h (62 mph) speed barrier, by Camille Jenatzy on April 29, 1899 in his 'rocket-shaped' vehicle Jamais Contente, which reached a top speed of 105.88 km/h (65.79 mph). Before the 1920s, electric automobiles were competing with petroleum-fueled cars for urban use of a quality service car.[19]
Thomas Edison and an electric car in 1913 (courtesy of the National Museum of American History)In 1897, electric vehicles found their first commercial application in the U.S. as a fleet of electrical New York City taxis, built by the Electric Carriage and Wagon Company of Philadelphia. Electric cars were produced in the US by Anthony Electric, Baker, Columbia, Anderson, Edison [disambiguation needed], Studebaker, Riker, Milburn, and others during the early 20th century.
The low range of electric cars meant they could not make use of the new highways to travel between citiesDespite their relatively slow speed, electric vehicles had a number of advantages over their early-1900s competitors. They did not have the vibration, smell, and noise associated with gasoline cars. They did not require gear changes, which for gasoline cars was the most difficult part of driving. Electric cars found popularity among well-heeled customers who used them as city cars, where their limited range proved to be even less of a disadvantage. The cars were also preferred because they did not require a manual effort to start, as did gasoline cars which featured a hand crank to start the engine. Electric cars were often marketed as suitable vehicles for women drivers due to this ease of operation."
Singkat saja, mobil listrik sudah ada jauh sebelum mobil berbahan bakar minyak dibuat. Pada tahun 1899 sebuah mobil listrik bahkan berhasil memecahkan rekor kecepatan kendaraan darat dengan menembus angka kecepatan 100 km/jam. Mobil tersebut dibuat oleh Camille Jenatzy. Pada tahun 1897 kota New York bahkan sudah dipenuhi dengan mobil taxi berbahan bakar baterai, di luar mobil-mobil pribadi yang semuanya berbahan bakar batere. Saat itu belum ada satupun mobil BBM tampak di muka umum. Ditambah trem-trem listrik di kota-kota dan kereta api listrik antar kota yang pada tahun 1930-an sudah bisa mencapai kecepatan 200 km/jam, rasanya tidak ada tempat sedikit pun bagi mobil BBM untuk dilirik orang.
Bagaimana dengan mobil BBM generasi awal? Sampai pada tahun 1930-an orang masih harus berkeringat, mengengkol tuas untuk bisa menghidupkan mobil BBM, sementara mobil listrik (batere) cukup menekan tombol. Ditambah asap yang tebal dan suara bising, sekali lagi tidak ada tempat bagi mobil BBM untuk dilirik orang.
Lalu bagaimana bisa mobil BBM yang jorok dan dan serba menyusahkan itu bisa menyingkirkan mobil listrik? Bagini ceritanya:
Sebagaimana telah disebutkan pada awal abad 20 kendaraan listrik merupakan kendaraan umum di mana-mana. Kakek nenek kita yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan mungkin masih ingat bagaimana bentuk trem listrik yang menjadi moda angkutan massal saat itu, yang serba nyaman dan sama sekali tidak mengeluarkan polusi. Di San Francisco masih terdapat trem yang tetap beroperasi dengan baik selama lebih dari 100 tahun, hal yang tidak mungkin dilakukan oleh kendaraan berbahan bakar BBM yang sistem pembakarannya menghancurkan konstruksi kendaraan dalam waktu 20 tahun.
Kondisi mulai berubah sejak raja minyak berdarah yahudi Rockefeller (tangan kanan Rothschild di Amerika) memasuki bisnis transportasi. Ia melakukan dua langkah strategis untuk menghancurkan moda transporatasi listrik. Pertama dengan menggunakan perusahaan bentukannya, National City Lines, Rockefeller menganeksasi hampir seluruh perusahaan operator transportasi massal di seluruh kota besar Amerika. Antara tahun 1936 dan 1950 National City Lines menganeksasi lebih dari 100 operator trem di 45 kota besar di Amerika termasuk Detroit, Cleveland, New York City, Oakland, Philadelphia, Phoenix, St. Louis, Salt Lake City, Tulsa, Baltimore, dan Los Angeles. Selanjutnya National City Lines, tanpa ba bi bu menggantikan trem-trem yang seperti sudah saya sebutkan sangat nyaman dan ramah lingkungan itu, dengan bus-bus peminum BBM yang jorok dan serba menyusahkan. Saat itu ribuan trem-trem yang masih dalam kondisi sangat baik tiba-tiba ditarik dari peredaran dan dibesituakan begitu saja.
Langkah kedua adalah membiayai perusahaan mobil Ford Motor Company dan General Motors untuk memproduksi secara besar-besaran mobil-mobil BBM dan menjualnya dengan harga murah (karena skala produksi yang besar sehingga bisa lebih hemat biaya produksinya). Dengan dukungan sistem penjualan leasing dan kredit bank serta promosi massif via media massa (semuanya dimiliki Rockefeller), plus aksi-aksi mafia yang dikoordinir oleh teman yahudi Rockefeller, Meyer Lansky, untuk melibas fihak-fihak yang menentang langkah-langkah konspiratif Rockefeller. Keberhasilan konspirasi Rockefeller semakin sempurna karena para politisi (yang kampanyenya membutuhkan sumbangan sponsor) pun berada di bawah kendalinya, mengkampanyekan pembangunan jalan bebas hambatan ke seluruh pelosok negeri untuk digunakan oleh mobil-mobil BBM buatan Rockefeller.
Langkah-langkah Rockefeller tersebut seperti peribahasa "sekali kayuh dua pulau terlampaui". Dengan menyingkirkan mobil-mobil dan trem-trem listrik dan menggantikannya dengan kendaraan BBM buatannya, ia tidak saja mengeruk keuntungan dari bisnis mobil, tapi juga dari bisnis minyak miliknya. Silahkan menghitung keuntungan bisnis minyak secara global. Produksi minyak dunia sekitar 100 juta barrel per-hari. Dengan biaya produksi, katakanlah $20 per-barrel dan harga pasaran minyak dunia $60 dollar, keuntungan bisnis minyak global adalah ($60-$20)x100 juta=$4 miliar atau sekitar Rp 40triliun sehari. Berapa kekayaan yang telah ditumpuk selama bertahun-tahun oleh para raja minyak?
Banyak orang yang mengira sebagian besar keuntungan bisnis minyak dinikmati oleh negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Indonesia. Mereka tidak mengetahui bahwa meski diproduksi di Arab Saudi dan Indonesia, sebagian besar minyak itu dimiliki oleh perusahaan minyak asing milik Rockefeller dan kroni-kroninya. Di Indonesia sendiri sekitar 90% minyak produksinya dimiliki perusahaan minyak asing.(ca)
Bersambung
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment