Monday 27 December 2010

Netanyahu Meminta Pembebasan Pollard


Apa yang Anda rasakan jika ada seorang mata-mata asing mencuri data-data keamanan vital Indonesia yang mengakibatkan kerugian tiada terkira bagi Indonesia: hasil kerja inteligen Indonesia selama puluhan tahun menjadi tidak lagi berguna karena sudah diketahui pihak asing, selain ratusan agen rahasia Indonesia di luar negeri yang ditangkap dan dihukum mati (melalui pengadilan maupun tidak) karena terbuka penyamarannya.

Anda pasti akan berpendapat, seratus kali hukuman mati masih tidak sebanding dengan semua kesalahannya. Lalu apa yang Anda rasakan jika seorang kepala negara asing (katakanlah Malaysia) membela apa yang dilakukan mata-mata tersebut dan meminta pemerintah Indonesia untuk membebaskannya. Anda pasti akan memaki keras-keras: "Langkahi dulu mayatku!" dan "Ganyang Malaysia!". Dan keesokan harinya terjadi demonstrasi besar-besaran di kedutaan besar Malaysia.

Hal yang sama kini terjadi di Amerika. Hanya saja karena sebagian besar penduduknya yang "liberal idiot" yang masih berfikir "segalanya baik-baik saja" meski baru saja kehilangan pekerjaan dan rumahnya karena krisis keuangan, tidak ada reaksi keras dari masyarakat Amerika.

Jonathan Polard, seorang warga Amerika keturunan yahudi, kini tengah menjalani hukuman penjara seumur hidup sejak 25 tahun yang lalu karena terbukti telah menjadi mata-mata Israel. Ia sukses membongkar jaringan inteligen Amerika di Timur Tengah dan memberikan datanya kepada Israel yang selanjutnya Israel menjual data tersebut ke Uni Sovyet. Akibatnya Uni Sovyet berhasil menggulung jaringan mata-mata Amerika yang telah dibangun selama puluhan tahun dengan darah, keringat dan miliaran dolar uang rakyat Amerika. Dalam kasus itu ratusan agen rahasia dan mata-mata Amerika juga dieksekusi oleh inteligen Uni Sovyet dan sekutunya.

Bagi rakyat Amerika, seratus kali hukuman mati terlalu ringan bagi pengkhianat Pollard. Namun bagi Israel Pollard justru dianggap pahlawan. Ia digelari pahlawan negara, namanya menjadi nama jalan di mana-mana, dan para pejabat Israel, lobbi yahudi Amerika, serta para pejabat publik Amerika "jeww ass sucker" terus saja berupaya membebaskan Pollard. Dan puncak dari itu semua adalah adanya rencana resmi pemerintah Israel untuk meminta pembebasan Pollard dan mengirimnya ke Israel untuk menghabiskan sisa hidupnya di "tanah air". Meski ia berkewarganegaraan Amerika, namun karena berdarah yahudi melalui jalur ibunya, otomatis ia dianggap juga sebagai warga negara Israel. (Hal ini tentu juga berlaku bagi keturunan yahudi lainnya di Indonesia)

Tidak tanggung-tanggung, permintaan resmi ini bakal disampaikan langsung oleh perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Tidak hanya lewat surat, namun juga melalui pernyataan pers.

"Netanyahu telah memutuskan untuk menyampaikan permintaan pembebasan Pollard dalam beberapa hari mendatang, secara resmi maupun publik, langsung kepada Presiden Barack Obama," kata jubir pemerintah Israel baru-baru ini sebagaimana diberitakan situs almanar.com.lb 21 Desember lalu.

Netanyahu sendiri pernah mengatakan terkait rencana tersebut, "Saya bermaksud untuk terus bertindak serius demi pembebasan Pollard, pertama karena kewajiban moral bangsa Israel untuk membawanya ke Israel agar bisa berkumpul dengan keluarganya dan menyembuhkan diri dari penyakit yang diderita karena penahanannya yang lama."

Keputusan Netanyahu tersebut menyusul pertemuan antara Netanyahu dengan istri Pollard, Esther, di Jerussalem, Senin (20/12) di mana Esther menyerahkan kepada Netanyahu sepucuk surat yang ditulis Pollard kepadanya.

Menurut pernyataan pemerintah Israel, keputusan tersebut diambil setelah Nethanyahu dan jajarannya di kedubes Israel di Amerika melakukan pembicaraan intensif selama berbulan-bulan mengenai isu Pollard tersebut. Namun belum diketahui apa reaksi Obama mengenai kabar tersebut. Namun yang pasti dalam hal ini telah terjadi praktik chauvinisme oleh Israel seperti biasanya. Bukannya merasa malu karena ketahuan telah mengkhianati sekutu paling dekatnya sendiri, tanpa mempedulikan perasaan pejabat dan rakyat Amerika, mereka secara terang-terangan dan terus-menerus melakukan pembelaan atas orang yang telah mangkhianati Amerika.

No comments: