Tuesday 7 December 2010

Wikileaks dan Kaitannya dengan Israhell


Sumber: "Wikileaks - The Tel Aviv Connection" oleh Jeff Gates, My Catbirdseat.com, Al-Manar.com.lb, 30 November 2010 dan "Welcome To The Wikileaks ZioMatrix!" oleh Philip Marlowe, incogman.net, 1 Desember 2010.

Courtesy of Philip Marlowe of incogman.net

Sebagaimana orang-orang yang memiliki sedikit kecerdasan, bukan "liberal idiot" pengagum Barack Obama dan pendukung Sri Mulyani, saya curiga dengan intensitas berita tentang kasus Wikileaks baru-baru ini. Dan karena media massa sepenuhnya dikuasai yahudi dan antek-anteknya maka saya pun langsung berfikir, ini semua adalah konspirasi yahudi. Saya pun segera mencari sumber-sumber terpercaya saya untuk menemukan apa di balik itu semua, dan saya beruntung mendapatkannya dari dua artikel tersebut di atas.

Sebagai pengantar ada baiknya saya mereview kembali beberapa peristiwa di dunia beberapa waktu terakhir. Setelah menduduki kursi kepresidenan, hal terbesar yang dihadapi Obama di bidang politik luar negeri Amerika adalah melanjutkan proses perdamaian Palestina-Israel yang telah bertahun-tahun disponsori para pendahulu Obama. Setelah rakyat Palestina dan Arab pada umumnya merelakan semua kepentingannya demi mewujudkan perdamaian, termasuk kesediaan mengakui negara Israel, hanya ada satu masalah saja yang mengganjal, yaitu ganti rugi bagi para pengungsi Palestina yang terusir dari tanah airnya serta penghentian pembangunan yahudi di wilayah pendudukan Israel di Palestina. Selain menjadi kewajiban moral Amerika, tugas itu juga menjadi tanggungjawab pribadi Obama yang dalam masa kampanyenya menjanjikan "Perubahan".

Apa yang dilakukan Obama tidak berbeda dengan apa yang dilakukan para pendahulunya. Dan dengan semua imbalan yang diberikan kepada Israel untuk memenuhi kewajibannya menyelesaikan konflik dengan Palestian sebagaimana telah disepakati dalam berbagai perjanjian antara Palestina-Israel, apa yang dilakukan Obama sangatlah wajar. Namun lagi-lagi Israel menentangnya. Dan saat perselisihan antara Obama dan pemerintah Israel tidak mendapatkan titik temu, Israel kembali melakukan aksinya untuk "menjinakkan" Obama.

Beberapa waktu lalu Israel telah menggertak Obama dengan menarik semua kadernya dari jabatan penasihat presiden, termasuk kepala staff gedung putih Rahm Emmanuel, diikuti dengan operasi inteligen kecil yang membuat kekacauan administrasi sehingga membuat sebuah acara kenegaraan menjadi kacau balau. Dan setelah semua itu tidak berhasil, Israel, melalui dinas inteligennya tentunya, melakukan operasi bernama "Wikileaks".

Ini bukan hal baru baru Israel. Dahulu Presiden Bill Clinton pun telah mengalaminya. Setelah Clinton terus-menerus mendesak Israel menepati perjanjian Oslo yang telah disepakatinya dengan Palestina, inteligen Israel pun melakukan operasi inteligen bernama "Monica Lewinsky" sehingga Clinton menjadi lemah dan terlalu sibuk untuk mengatasi persoalannya dalam kasus perselingkuhan dengan pegawai magangnya yang berdarah yahudi itu.

Tulisan berikut adalah bersumber dari artikel "Wikileaks - The Tel Aviv Connection" oleh Jeff Gates, My Catbirdseat.com, yang telah diforward di Al-Manar.com.lb tgl 30 November 2010:


Apa yang harus dilakukan Israel setelah diketahui orang-orang Israel dan pro Israel merekayasa data inteligen yang mendorong Amerika memerangi Irak?

Tertipu sekali, sialan penipu. Tertipu dua kali, bodohnya si tertipu. Memperdaya terus menerus selama enam dekade dan akhirnya sang tertipu sadar, tentu akan membuatnya marah tidak kepalang. Israel menyadari hal itu. Namun apa yang harus dilakukannya?

Jawabannya lagi: Wikileaks.

Mengarahkan lampu sorot ke Washington untuk mematikan lampu di Tel Aviv. Itulah operasi inteligen klasik yang dilakukan Israel atas Amerika selama enam dekade yang telah menghancurkan kredibilitas Amerika. Begitu pulalah Wikileaks.

Setiap analis inteligen politik yang baik akan memulainya dari satu pertanyaan: siapa diuntungkan dalam kasus ini. Kemudian dianalisis maksud, motivasi dan kesempatan, ditambah jaringan inteligen yang solid di tanah Amerika. Selain Israel, negara mana lagi yang memenuhi syarat itu? Perhatikan betapa cepatnya isu pembangunan pemukiman yahudi lenyap dari pemberitaan. Kini perhatian tertuju pada Iran, Iran dan lebih banyak lagi Iran. Siapa yang diuntungkan?

Israel tahu bahwa rekayasa inteligen di Irak telah terbuka kedoknya dan mengarah pada jaringan dinas rahasia Israel yang lihai dengan permainan "by way of deception”, dengan tipu daya, motto terkenal Mossad.

Wikileaks berharga untuk satu hal yang hilang: ketiadaan bukti material yang mengancam kepentingan Israel.

Namun Israel masih menghadapi satu masalah serius: transparansi. Para pemimpin dan kalangan inteligen Amerika tahu bahwa mereka telah ditipu. Dan Israel tentu sangat takut jika rakyat Amerika tahu siapa yang telah menipu mereka selama ini.



DUKUNGAN YANG "NANGGUNG" TIDAKLAH CUKUP


Obama telah memainkan peran yang diharapkan oleh orang-orang yang telah mengangkat "derajatnya" dari seorang negro yang tidak jelas status kelahirannya menjadi orang nomor satu di Amerika. Maka orang-orang "liberal idiot" yang keheranan mengapa ia tidak banyak melakukan perubahan kebijakan luar negerinya di timur tengah sebagaimana dijanjikannya, "Change", tidak memahami realitas politik Amerika dimana yahudi dan Israel adalah penentunya.

Tidakkah ia segan mendukung sikap Israel yang selalu sengaja menghancurkan proses perdamaian? Tanpa perdamaian tercapai, Amerika akan menjadi sasaran kemarahan atas ketidak berdayaannya "menjinakkan" Israel.

Menyadari kekuatannya, Netanyahu menyatakan tidak akan menghentikan proyek pembangunan pemukiman yahudi di Palestina hingga akhirnya Obama "menyuap"-nya dengan bantuan gratis senilai $3 miliar berbentuk 20 pesawat tempur canggih F-35 lengkap dengan suku cadang, perawatan, pelatihan dan persenjataannya. Dan sebagai imbalannya Israel membayar murah, menunda (bukan menghentikan secara permanen) pembangunan pemukiman selama 90 hari.

Mungkin itulah bantuan yang paling berharga dalam sejarah Israel. Duduk diam selama 90 hari dan mendapatkan emas dan perak jatuh dari langit. Nilai itu sama dengan $231 juta per minggu atau $1,373,626 per-jam.

Dalam rangka membujuk Israel mau melakukan perundingan kembali dengan Palestina, bangsa yang telah dirampas tanah air dan semua isinya itu, menlu Amerika Hillary Clinton telah mengajukan usulan “comprehensive security agreement” dengan imbalan untuk Israel yang tidak diketahui publik.

Congress Amerika telah menyetujui paket bantuan kepada Israel sebesar $30 miliar selama 10 tahun, $3 miliar per-tahunnya. Itu belum termasuk kredibilitas Amerika yang hancur karena janjinya memveto resolusi PBB yang akan mengakui kemerdekaan Palestina, plus janjinya untuk menghentikan tekanan pada Israel menghentikan pemukiman yahudi.



WAKTU ADALAH SEGALANYA

Saat Israel menyerang Gaza menjelang pergantian kepresidenan Amerika akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009, para pemimpin Amerika, termasuk Obama, diam membisu. Maka tidalah mengherankan jika Israel memberi hadiah hari Thanksgiving baru-baru ini dengan penghancuran sebuah pemukiman Palestina dan sebuah masjid.

Kemudian setelah berbicara selama tujuh jam non-stop, Hillary Clinton menyebut Netanyahu sebagai "pecinta perdamaian" dan Netanyahu setuju untuk "melanjutkan proses". Sementara itu pemilu sela Amerika memberikan kemenangan besar bagi Israel setelah ketua Partai Republik pemenang pemilu sela, Eric Cantor, seorang zionis yahudi, mengatakan partainya akan menjadi "pengimbang pemerintah". Maka menlu Israel berkoar: “perjanjian permanen adalah mustahil".

Kasus Wikileaks memberikan Israhell kesempatan untuk melemahkan pengaruh politik luar negeri Amerika sekaligus menghilangkan minatnya untuk mengupayakan perdamaian di Timur Tengah. Setelah kasus ini negara mana yang masih mau menaruh kepercayaan pada Amerika dalam hal kebijakan luar negerinya? Bulan Oktober lalu Turki meminta Amerika untuk tidak membagi informasi inteligen dengan Israel. Kini negara mana yang mau membagi informasi intelegennya dengan Amerika?

Ini adalah awal tanda dari keruntuhan kredibilitas Barack Obama. Setelah kegagalannya memperbaiki kondisi sosial ekonomi dalam negeri, kini kebijakan luar negerinya pun berantakan karena Wikileaks. Dengan ini semua sangat mungkin Obama "terpaksa" harus menyerahkan kekuasaannya pada menlunya, Hillary Clinton, di masa mendatang. Hillary, sang putri kesayangan Israel, pernah berjanji untuk mengakui Israel sebagai "negara yahudi" dan mengakui Jerussalem keseluruhan sebagai ibukota Israel. Kemenangan Hillary di masa mendatang berarti juga kemenangan Israel dan sekaligus juga tidak ada lagi perdamaian di Timur Tengah.

Operasi inteligen Israel selalu mencakup banyak sasaran. Tidak terkecuali Wikileaks.

No comments: