Friday 31 December 2010

Israel Gugup, Negara Palestina Mulai Diakui


Setelah beberapa negara Amerika Selatan menyatakan mengakui negara Palestina dan beberapa negara Eropa mulai meningkatkan status hubungan diplomatiknya dengan Palestina, Israel tampak panik. Tekanan pun dirasakan oleh pemerintahan garis keras Israel, termasuk dari kalangan internal sendiri, untuk memulai lagi perundingan dengan Palestina.

Empat negara Amerika Selatan yang telah mengakui negara Palestina adalah Brazil, Argentina, Ekuador dan Bolivia. Adapun negara-negara Eropa yang telah meningkatkan status perwakilan Palestina menjadi "misi diplomatik" penuh adalah Perancis, Spanyol dan Portugal. Pemerintah Inggris pun kini tengah mempertimbangkan untuk mengikuti langkah kolega-koleganya di Uni Eropa itu. Dengan status misi diplomatik penuh, anggota delegasi Palestina di negara-negara itu mendapat hak-hak penuh sebagai diplomat, termasuk hak kekebalan diplomatik.

Kantor kementrian luar negeri dan Commonwealth telah mengkonfirmasi bahwa mereka tengah mempertimbangkan dengan serius tentang kemungkinan meningkatkan status diplomatik kantor perwakilan Palestina di Inggris. Dan hal itu sangat mengejutkan Israel yang menganggap pemerintahan Inggris saat ini sangat pro-Israel.


Amerika pun akan Mengakui Palestina

Kondisi tersebut di atas membuat pemerintahan garis keras pimpinan Bibi Nethanyahu mendapatkan tekanan keras untuk meneruskan perundingan damai dengan Israel dan menghentikan pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan yang menjadi batu ganjalan perundingan tersebut. Tekanan tersebut bahkan muncul di kalangan internal pemerintah sendiri.

Mentri perindustrian, perdagangan dan perburuhan Israel, Benjamin Ben-Eliezer menyatakan dalam rapat kabinet, Senin (27/12), keberadaan negara Israel sangat tergantung pada perundingan damai dengan Palestina. Ia mengingatkan rekan-rekannya bahwa tanpa kelanjutan perundingan maka semua negara akhirnya akan mengakui Palestina, termasuk Amerika.

"Kita harus melakukan segala upaya untuk melanjutkan dialog dengan Palestina, bahkan jika kita harus menghentikan pembangunan pemukiman selama beberapa bulan," kata Ben-Eliezer dalam rapat kabinet di Jerussalem tersebut. "Saya tidak akan terkejut jika dalam waktu satu tahun seluruh dunia akan mendukung negara Palestina, termasuk Amerika. Kemudian kita akan bertanya-tanya sendiri, dimana dan apa saja yang telah kita kerjakan selama ini?"

Sementara itu Palestian sendiri telah bertekad tidak akan melanjutkan perundingan tanpa isu penghentian pembangunan pemukiman yahudi di daerah pendudukan diselesaikan yang mana bahkan Amerika pun gagal menekan Israel untuk menyelesaikan masalah itu.

Sebagai tindak lanjut kebuntuan perundingan damai, pemerintah Palestina kini tengah merancang draft resolusi PBB untuk mengutuk pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan. Draft yang disusun bersama delegasi Palestina dan negara-negara Arab itu menyatakan bahwa pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan, termasuk Jerussalem Timur, adalah tindakan ilegal dan menjadi penghalang bagi tercapainya perdamaian berdasarkan "solusi dua negara".

Mengenai hal itu seorang pejabat senior luar negeri Amerika mengatakan kepada surat kabar Israel "Haaretz" bahwa perdamaian hanya bisa diselesaikan melalui perundingan pihak-pihak yang terlibat, bukan melalui campur tangah PBB. Para diplomat Israel kini melakukan lobi intensif kepada negara-negara anggota Dewan Kemanan PBB khususnya Amerika, Inggris dan Perancis, untuk menghalangi keluarnya resolusi tersebut. Demikian ditulis "Haaretz".

Sementara itu utusan khusus Amerika untuk Timur Tengah, George Mitchell dalam wawancara dengan "Maine Public Broadcasting Network" menyatakan bahwa pemerintah Amerika tidak akan menghentikan upayanya untuk melanjutkan perundingan damai Timur Tengah, karena tanpa peran Amerika akan timbul kekacauan dan kekerasan di kawasan itu.

"I think that any president would not simply stand by and let a conflict erupt because it would not be in our interest," kata Mitchell.

Menurut Mitchell, penyelesaian konflik Palestina-Israel merupakan kepentingan strategis Amerika Serikat. "I do think that we have to stay involved because our interest is at stake, and a principal point is that an eruption of violence or some other negative act could occur at any time with unforeseeable consequences," tambahnya.

No comments: