Sunday 27 February 2011

Barry Edward Domvile, Laksamana Jadi ABK


From that time onwards I had a strong suspicion that there was some mysterious power at work behind the scenes controlling the actions of the figures visibly taking part in the government of the country. I had not the least idea whence this power emanated, nor could I gauge its influence. I was in far too humble a position to make such lofty discoveries. Still, the feeling persisted. We always vaguely referred to this hidden control amongst ourselves as ‘The Treasury.’” Admiral Sir Barry Domville, RN. Assistant Secretary Imperial Defence Committee before the Great War.

If the people really knew, the war would be stopped tomorrow. But, of course, they don’t know and they can’t know. The correspondents don’t write and the censorship would not pass the truth.” British Prime Minister David Lloyd George (1863-1945) speaking to the editor of the Manchester Guardian

I strive not to throw Europe into this criminal adventure. But the States, even the British Crown, are not the masters of their destiny. Powers that elude us are promoting in Great Britain, as in other countries, special interests and an aberrant idealism.” Stanley Baldwin (1867-1947), English statesman; Leader of the Conservative Party & British Prime Minister 1924-29 and 1935-37

——-

Banyak orang, laki-laki dan perempuan, yang mengorbankan hidupnya, karier dan reputasinya, bahkan terkadang kebebasan dan hidupnya, mencoba menyelamatkan negaranya dari apa yang mereka lihat sebagai "cengkereman Judaeo-Masonic". Kebanyakan dari mereka tidak diketahui orang yang secara mengenaskan telah dibutakan matanya dari fakta-fakta menyakitkan yang melingkupi negaranya dan dunia. Lebih jauh reputasi para pemberani ini selalu digambarkan sebagai sosok yang jahat oleh para "sejarahwan korup" yang perlakuannya terhadap sejarah adalah menjadikan sejarah sebagai kemaksiatan, yang sekarang diterima sebagai kebenaran oleh orang-orang.

Dan salah seorang pemberani tersebut adalah Admiral Sir Barry Edward Domvile (1878-1971) yang pernah menyandang jabatan-jabatan terhormat seperti K.B.E. (Knight Commander, Order of the British Empire), C.B.(Companion, Order of the Bath), C.M.G. (Commander, Order of St Michael and St George) assistant secretary on the Imperial Defence Committee, Director of Naval Intelligence (1927-30) dan President of the Royal Naval College (1932-34).

Para sejarahwan liberal dan sejarahwan korup menggambarkan Sir Barry sebagai seorang perwira angkatan laut yang cemerlang yang "terbutakan oleh pandangan politik fasisme".

Sir Barry Edward Domvile mengunjungi Jerman pada th 1935 dan menjadi tamu kehormatan dalam even "Nuremberg Rally" pada bulan September 1936. Kekagumannya pada Jerman (yang bangkit dari keterpurukan menjadi negara maju setelah menyingkirkan pengaruh yahudi; blogger) menuntunnya untuk membentuk poros politik persahabatan Inggris-Jerman (Anglo-German Link), yang anggotanya mencapai 4,300 orang-orang dari kalangan intelektual Inggris dan Jerman. Tujuan organisasi ini adalah:

"Mendorong saling pengertian dan pengetahuan antara rakyat Inggris dan Jerman, dan untuk mengimbangi membajirnya kebohongan-kebohongan informasi yang diusung oleh media massa (yang secara de facto dikuasi kepentingan yahudi; blooger)."

"Histeria perang" yang menjangkiti rakyat Inggris memungkinkan ditetapkannya undang-undang tiranis tanpa melalui perdebatan dan penundaan sekejappun oleh parlemen, yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menahan dan memenjarakan seseorang tanpa proses pengadilan dengan tuduhan "mengancam keamanan negara". Undang-undang tersebut, “Regulation 18b” menjadi dasar pembentukan Defence Regulation Order yang sangat tiranis, yang dengannya rakyat Inggris digiring ke dalam medan Perang Dunia II.

Kala itu ratusan pejabat dan perwira Inggris (termasuk istri dan keluarganya) ditahan hanya karena menentang perang, bukan karena melakukan kejahatan kriminal. Sebagian besar dari mereka adalah para pahlawan Perang Dunia I, yang menyadari bahwa Perang Dunia II adalah sebuah konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Sebagian dari mereka adalah figur-figur terkenal seperti Oswald Mosley, dan sebagian lainnya adalah manusia-manusia "luar biasa" seperti Admiral Sir Barry Domvile.

Faktanya adalah hampir 2.000 orang ditahan oleh perintah mendagri Herbert Morrison dan perdana menteri Winston Churchill. Meski Domvile berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengesankan terlalu "pro-Jerman", kapasitasnya sebagai pimpinan Anglo-German Link cukup untuk membuatnya menjalani penahanan tanpa peringatan ataupun melalui proses pengadilan, selama tiga tahun. Pengalamannya hidup di penjara yang pengab dan kotor sebagai seorang laksamana "luar biasa" dituangkannya dalam sebuah otobiografi berjudul "From Admiral to Cabin Boy" yang ditulis selama dalama tahanan dan dipublikasikan tahun 1947.

Jadi mengapakan para penjaga “kebebasan” dan “demokrasi”, orang-orang yang menuntut rakya Inggris mengorbankan jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara tega memenjarakan Domvile? Apakah karena sentimen anti-Jerman yang membuatnya demikian? Atau lebih jauh lagi karena ia telah membuka kedok kejahatan regim pemerintahan dengan semua aparatnya?

Sebelum Perang Dunia I, Domvile, dengan jabatan dan posisinya telah melihat kejahatan pemerintah dan penguasa di belakang layar yang mengendalikannya. Kemudian setelah perang, ia mengikuti acara-acara konperensi perdamaian dan mengenal lebih jauh sosok-sosok politisi berpengaruh seperti Lloyd George dan Churchill. Tentunya ia juga memahami politik global, dan menjadi sosok yang bekerja dengan "hati dan pikiran" untuk menjadi seorang Director Inteligen Angkatan Laut.

Pandangan umumnya atas konstelasi sosial-politik Inggris dan dunia adalah bahwa terdapat hubungan simbiosis antara para politisi korup dan birokrat "belakang layar" yang secara berulang-ulang telah mengkhianati "kepentingan Inggris". Lebih jauh Domvile melihat banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yang sangat tidak rasional yang bahkan bisa disebut sebagai "bunuh diri". Secara ringkat disebut: pengkhianatan terhadap bangsa dan rakyat Inggris oleh regim "Liberal Establishment" demikian besar dan mencakup segala aspek yang tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Ada kekuatan tersembunyi dengan agenda sendiri yang berseberangan dengan misi pemerintahan yang rasional. Domvile menuliskan pandangannya tersebut dalam otobiografinya:

"Dari waktu ke waktu saya memiliki kecurigaan kuat bahwa ada suatu kekuatan misterius yang bekerja di belakang layar yang mengendalikan figur-figur dalam pemerintahan negeri ini. Saya tidak mengetahui sajak kapan kekuatan itu terbentuk dan seberapa jauh kekuatan pengaruh mereka. Posisi saya terlalu lemah untuk mengetahui semua itu, namun kecurigaan itu terus bertambah besar. Saya dan teman-teman saya mendefinisikan kekuatan itu sebagai Judmas, karena setelah saya mengetahui jauh kemudian, sumber kekuatan itu adalah kombinasi Judaeo-Masonic, yang pengaruhnya terhadap dunia telah terjadi selama berabad-abad.”

Domvile benar dengan identifikasinya. Kekuatan jahat "belakang layar" itu adalah para "yahudi penyembah berhala". Keturunan orang-orang yang ditinggalkan Musa karena menolak mengikuti perintah Tuhan merebut "negeri yang dijanjikan", keturunan orang-orang yang mengejek Daud dan Sulaiman sebagai "tukang kawin" dan "penyembah berhala", keturunan orang-orang yang telah membunuh Yahya (John the Babtist) dan Zakharia, keturunan orang-orang yang yang telah menkhianati Isa (Jesus), yang setelah ditupas oleh Romawi menjalani diapora, sebagian berasimilasi dengan orang-orang barbar Khazar menjadi yahudi ashkenazi yang kini menguasai panggung ekonomi dan politik global.


Ref:
"Admiral Sir Barry Edward Domvile: From Admiral to Cabin Boy"
truthseeker.co.uk; 16 Februari 2011.

No comments: