Tuesday, 22 February 2011
"Inglourious Basterds" yang Sebenarnya
Sudah pernah melihat film Hollywood "Inglourious Basterds" yang dibintangi Bratt Pitt? Dalam film tersebut diperlihatkan salah seorang tokoh utama, seorang yahudi yang diperankan Eli Roth (aktor yahudi homoseksual, jelas terlihat dari bentuk mulutnya yang lebar bak karet), yang memukuli orang-orang Jerman yang kalah perang, dengan tongkat baseball.
Adalah mengherankan bahwa film yang sangat mengkampenyekan kekerasan itu lolos di peredaran. Namun bukan hal itu yang akan dibahas di film ini. Yang akan dibicarakan adalah bahwa film ini menunjukkan watak dasar orang yahudi yang pendendam, suka kekerasan, dan pengecut. Dan apa yang ditunjukkan Eli Roth dalam film tersebut hanyalah secuil kisah kekejian orang-orang yahudi terhadap orang-orang Jerman paska Perang Dunia II. Buku "An Eye for an Eye: The Untold Story of Jewish Revenge Against Germans in 1945" karya John Sacks (Basic Books, New York, 1993) adalah buku yang menggambarkan dengan jelas hal itu semua.
Salah seorang tokoh nyata yahudi yang gemar melakukan kekejian seperti Eli Roth adalah Solomon "Shlomo" Morel, yahudi Polandia yang telah membunuh ratusan tawanan perang Jerman di Polandia. Sejak tahun 1993 hingga meninggal tahun 2007 ia tinggal di Israel untuk menghindari pengadilan Polandia yang mendakwanya telah melakukan kejahatan perang. Dan seperti biasa Israel melindungi "anak-anaknya" yang baik. Ingat Meyer Lansky, gembong dan "bapak mafia", "Don of Dons" Amerika yang juga menghabiskan masa tuanya di Israel? Dan masih banyak lagi para kriminal yahudi yang bersembunyi di Israel.
Salomon (Solomon atau Shlomo) Morel lahir di Garbów, 15 November 1919. Setelah runtuhnya Uni Sovyet tahun 1993 dituntut oleh Institute of National Remembrance for War Crimes and Crimes Against Humanity, Polandia, termasuk pembuhunan balas dendam terhadap 1,500 tawanan perang. Ia terbang ke ibu pertiwi Israel dan mendapat perlindungan hukum di sana. Pemerintah Polandia berulangkali meminta Israel mengeskstradisinya ke Polandia, namun ditolak.
"Morel membawa serta para pengawal berdarah yahudi dan Polandia ke barak nomor 7 tempat tawanan Nazi atau para pemuda Nazi ditahan, seringkali dalam keadaan mabuk. Barak itu disebut dengan nama Deutsches Haus atau “brown barracks. Morel menyuruh para tawanan itu menyanyikan lagu-lagu mars Nazi, kemudian mulai memukuli mereka. Tergantung pada "mood"-nya, Morel terkadang memukul menggunakan tangan kosong, gagang pistol, batang besi atau batang kayu. Para pengawal biasanya menggunakan batang kayu.
Morel biasanya bertanya pada tawanan, "berapa pukulan yang diinginkan". Jika jawabannya dianggap kurang memuaskan berarti dianggap 50 pukulan. Menurut banyak laporan, upacara penyiksaan itu berlangsung setiap malam. Jika menggunakan kayu, Morel akan memukulkannya hingga patah. Mayat-mayat dibiarkan tergeletak di lantai. Saat subuh baru mayat-mayat itu baru diangkut dengan pedati ke pemakaman Rawa River dimana mereka dikubur dalam satu kuburan massal." Demikian tulis "An Eye for an Eye..."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment