Tuesday, 22 February 2011

Revolusi Bahrain dan Yaman yang Mengancam Amerika-Israel


Husni Mubarak setidaknya bersikap lebih "jantan" dibanding penguasa Bahrain, negeri yang mayoritas penduduknya bermazhab Shiah namun dipimpin oleh keluarga kerajaan bermazhab Sunni. Mubarak mengirimkan pendukungnya yang berpakaian sipil untuk berhadapan muka dengan para penentangnya. Sebaliknya, penguasa Bahrain mengirimkan polisi bersenjata lengkap untuk menyerang para demonstran yang sedang tidur.

Tanpa peringatan, ratusan polisi bersenjata berat menyerbu Lapangan Mutiara, Manama, Kamis (17/2), seraya menembakkan senjata laras panjang, gas air mata, hingga granat ke tengah-tengah demonstran anti-pemerintah yang sebagian besar darinya tengah terlelap tidur. Setidaknya 5 orang langsung tewas di tempat karena serbuan itu dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Bahrain adalah negara boneka lain Amerika di Timur Tengah. Di negeri inilah bahkan terdapat pangkalan Armada V AL Amerika. Sangat sulit mempercayai tindakan keras aparat keamanan itu tanpa persetujuan Amerika yang khawatir negara sekutu paling strategis ini "jatuh" ke tangah musuhnya, Iran, mengingat mayoritas penduduknya bermazhab Shiah sebagaimana Iran. Apalagi tindakan pengecut aparat keamanan kepada demonstran sangatlah typikal "zionist style".

Duta besar Amerika di Bahrain adalah J. Adam Ereli, seorang yang memiliki kewarganegaraan ganda Amerika-Israel. Ayahnya adalah seorang teroris zionis anggota kelompok Haganah. Mengikuti naluri kepengecutannya, ia melarikan diri ke Amerika saat demonstrasi menentang regim kerajaan Bahrain meletus bulan Januari lalu menyusul aksi demonstrasi di Tunisia dan Mesir. Ereli tentu tahu, dengan struktur sosial-politik-ekonomi yang tidak adil, Bahrain sangat mudah disulut kerusuhan sosial. Dan yang sangat ditakuti Ereli dan orang-orang Israel serta para zionis di seluruh dunia adalah saat pemerintahan demokratis terbentuk di Bahrain, kepentingan Amerika dan Israel turut terancam.

Tentang Ereli ini Christopher Bollyn, seorang jurnalis independen anti-zionisme, pernah menulis artikel berjudul "The Israeli Who Runs the Obama White House" tahun 2008. Dalam tulisan itu disebutkan:

"Ereli mengawasi kebijakan politik Amerika di Irak dan Teluk Persia. Mengapa rakyat Amerika membiarkan orang-orang Israel seperti Ereli membajak kebijakan politik luar negeri Amerika. Mengapa kewarganegaraan ganda Ereli tidak dipandang sebagai ancaman bagi keamanan nasional Amerika? Mengapa media-media massa mengabaikan banyaknya orang-orang berkewarganegaraan ganda Amerika-Israel menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan Amerika. Ayah Ereli, Ereli Kaplan (nama aslinya Eleizher Kaplan, diubah menjadi Ereli untuk menyembunyikan keyahudiannya di muka publik) adalah anggota kelompok teroris zionis, Hagana. Putra seorang terosis ini telah mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika di Timur Tengah selama dua dekade. Seperti orang-orang Israel lainnya yang telah saya buka kedoknya: Rahm Emanuel, Michael Chertoff, dan Daniel Samuel Senor, mereka adalah agen-agen inteligen Israel yang dikirim ke Amerika pada tahun 1950-an. Mereka adalah agen-agen zionis yang dibina untuk mengendalikan pemerintahan Amerika. Ini adalah sebuah infiltrasi yang sangat serius yang tidak boleh dibiarkan oleh rakyat Amerika. Kita tidak bisa membiarkan agen-agen asing mengendalikan negeri ini untuk menjadikannya hancur."

Sementara itu duta besar Amerika di Yaman, negara Arab lainnya yang menjadi sekutu Amerika-Israel, adalah Gerald Feierstein, juga yahudi Israel pemegang kewarganegaraan ganda. Yaman adalah negara di mana kini Amerika dan Israel menjalankan operasi inteligen "false flag" dengan menjadikan Al Qaida (hampir semuanya adalah anggota perkumpulan orang-orang na'if jemaah wahabi-salafiyun) sebagai operatornya dengan tujuan akhir mengamankan jalur minyak Teluk Aden. Al Qaide bekerja secara tandem dengan para perompak laut Somalia untuk kepentingan Amerika-Israel.

Feierstein pernah bekerja sebagai pejabat penting kementrian luar negeri Amerika sebagai Principal Deputy Assistant Coordinator dan Deputy Assistant Coordinator for Programs di Kantor Koodinator untuk Counterterrorism antara tahun 2006-2008. Ia juga pernah menjabat sebagai Desk Officer Kementrian Luar Negeri untuk wilayah Nepal, Pakistan, dan Mesir; Deputy Director Kantor Urusan Semenanjung Arab; Direktur Kantor Urusan Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh; dan Directur Kantor Urusan Regional Biro Timur Dekat.

Namun jika Ereli, Feierstein, Rahm Emmanuel dan kawan-kawan harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meraih posisi yang diincar, Martyn Indyx lain halnya. Yahudi zionis asal Inggris ini hanya membutuhkan waktu sehari untuk menjadi warga negara Amerika dan langsung diangkat oleh Presiden Bill Clinton menjadi pejabat di departemen pertahanan. Tidak lama kemudian ia bahkan diangkat menjadi seorang duta besar.

No comments: