Wednesday, 17 August 2011
Teror Norwegia: Israel Strikes Back
Sebagai penguasa, Israel, sebuah negara kecil brengsek demikian kata banyak orang, hanya mengandalkan perang konvensional sebagai cadangan terakhir. Dan bahkan dengan kekuatannya itu Israel tidak memiliki tentara yang cukup untuk melakukan perang terbuka dalam skala besar selama jangka waktu lama. Jika Israel menginvasi wilayah musuh, ia selanjutnya akan mengandalkan Amerika untuk melakukan tekanan politik agar tercapai gencatan senjata tanpa harus mengembalikan wilayah yang diduduki. Perang yang dilakukan Israel selanjutnya hanya berupa serangan-serangan teror kepada penduduk sipil Palestina dan Arab, menculik gembala kambing, menteror petani, atau menembaki nelayan Arab.
Namun Israel memang tidak membutuhkan kekuatan militer yang besar, karena ada persenjataan lain yang dimiliki untuk mengalahkan musuh-musuhnya, yaitu ---sebagaimana semboyan badan inteligen mereka Mossad, yaitu "dengan tipu daya", "by way of deception" atau "kepala kuda di tempat tidur".
Selama lebih dari 60 tahun terakhir, para penguasa Israel sukses mencitrakan, setidaknya di mata orang-orang barat liberal idiot, bahwa setiap muslim adalah "potensial menjadi pembom bunuh diri". Caranya dengan melatih dan merancang berbagai aksi pemboman bunuh diri, dan kemudian menjatuhkan tuduhan kepada berbagai kelompok muslim. Tentu saja mereka juga ahli melakukan pembunuhan-pembunuhan rahasia, termasuk terhadap tokoh-tokoh Hamas, Hizbollah dan ilmuan Iran. Terkadang bahkan m
melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh pro-Israel sendiri, sekedar untuk menciptakan alasan untuk menyalahkan musuh-musuhnya. Bagi Israel melakukan teror psikologis adalah cara terbaik meraih tujuannya. Upaya Israel untuk memanipulasi persepsi publik adalah termasuk dengan menggunakan aksi-aksi kekerasan dan terror, yang dirancang sedemikian rupa sehingga para korban tidak menyadari bahwa itu adalah operasi inteligen Israel. Alih-alih, lagi-lagi sesuai keinginan Israel, sang korban menyalahkan "teroris muslim" atau kelompok-kelompok lain yang ditujunya.
Hal ini bisa menjelaskan apa yang terjadi di Norwegia terkait serangan teroris yang menggemparkan baru-baru ini. Serangan bom yang dilakukan Anders Behring Breivik beberapa waktu lalu ditujukan kepada kantor kementrian perminyakan Norwegia. Kurang dari setahun lalu pemerintah Norwegia mengumumkan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan uang hasil produksi minyak (Norwegia adalah negara Eropa penghasil minyak bumi terbesar yang ditambang dari Laut Utara) untuk investasi di perusahaan-perusahaan Israel yang terlibat dalam proyek pembangunan pemukiman ilegal yahudi di wilayah pendudukan.
Tentu saja hal-hal itu, serangan teror dan minyak Norwegia, terkait.
Bahkan selama beberapa tahun terakhir Partai Buruh yang berkuasa, mengambil sikap tegas menentang agresi Israel atas Palestina. Sebagai contoh pada tahun 2006 menteri keuangan Norwegia menyatakan dukungan terhadap kampanye boikot atas produk-produk Israel hingga memaksa menlu Amerika antek Israel, Condoleza Rice, mengancam Norwegia dengan "konsekwensi politik yang serius". Para remaja korban pembunuhan Breivik di pulau Utoya pada hari yang sama dengan serangan bom terhadap kantor pemerintah Norwegia, adalah anggota angkatan muda Partai Buruh yang sangat bersemangat menyuarakan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Saat terbunuh sebagian dari mereka tengah mengibarkan bendara Palestina dan sebagian lainnya mengenakan kaffiyeh, kain khas simbol perjuangan rakyat Palestina. Spanduk "boikot Israel" bertebaran di mana-mana.
Namun tentu saja hal-hal itu tidak pernah diungkit oleh media-media massa besar sebagai kebungkaman mereka pada sikap menlu Swedia Anna Lindh yang anti-Israel sebelum dibunuh oleh "orang gila" di siang hari bolong di tengah keramaian pada tahun 2003.
Dua hari sebelum serangan teror, anak-anak Partai Buruh itu menemui menlu Gahr Stoere dan mendesaknya untuk mengakui negara Palestina. Pada hari yang sama ketua angkatan muda Partai Buruh Eskil Pedersen melakukan wawancara dengan surat kabar
terbesar kedua Norwegia, "Dagbladet". Koran itu menulis tentang Partai Buruh sbb:
"Partai Buruh telah lama menjadi pendukung terhadap gerakan internasional untuk boikot atas produk-produk Israel, namun keputusan mereka pada kongres terakhir menuntut pemerintah Norwegia untuk mengenakan embargo ekonomi dan melakukan
kebijakan politik yang lebih keras terhadap Israel."
Stoere mengatakan: "Proses perdamaian Timur Tengah telah mandeg, dan meski seluruh dunia meminta Israel untuk patuh, mereka menolak. Kami generasi muda Partai Buruh meminta pemerintah untuk melakukan embargo ekonomi secara unilateral terhadap Israel. Kami sadar bahwa ini adalah pandangan yang drastis, namun menurut kami ini akan memberikan indikasi yang jelas bahwa kami lelah dengan kelakuan Israel, sesederhana itu."
Norwegia bukan satu-satunya negara yang setuju dengan ide boikot terhadap Israel dan mendukung perjuangan Palestina sebagaimana negara-negara Skandinavia lainnya, termasuk Swedia. Namun berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya, Norwegia adalah negara kaya minyak yang tentunya sangat mengancam kepentingan ekonomi Israel jika benar-benar melakukan boikot.
Breivik sendiri, seorang anggota sebuah klub mason dan pendukung zionisme, adalah "orang gila". Namun ia tentu tidak melakukan tindakan teror sendirian. Beberapa saksi plus analisis para ahli menunjukkan bahwa ia dibantu oleh beberapa orang
lagi saat melakukan aksi terornya. Ia adalah "korban" dari program pengendalian pikiran inteligen Israel yang dikirim untuk memberikan pesan kepada pemerintah dan rakyat Norwegia: "jangan main-main dengan Israel."
Sumber:
"Massacre in Norway: Israel Strikes Back"; Rixon Stewart; Joe Quinn – War is Crime; 26 Juli 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment