Sebuah televisi berita Israel hari Minggu lalu (4/11) melaporkan bahwa pemerintah Israel pernah memutuskan untuk menyerang Iran pada tahun 2010. Namun keputusan itu dibatalkan setelah ditentang oleh para pemimpin militer negeri tersebut.
Menurut laporan yang dibuat wartawan senior Ilana Dayan itu, pada tahun 2010 PM Benjamin Netanyahu dan menhan Ehud Barak telah memerintahkan militer Israel untuk mempersiapkan serangan terhadap Iran, namun ditolak karena 2 alasan yaitu legalitas perintah tersebut serta kemampuan militer Israel yang dianggap tidak mampu menjalankan operasi militer terhadap Iran.
Menurut laporan tersebut, dalam suatu rapat kabinet terbatas yang dihadiri 7 pejabat paling penting yang bertanggungjawab atas masalah keamanan, Netanyahu dan Barak memerintahkan panglima AB Israel Gabi Ashkenazi, untuk mempersiapkan kesiagaan militer tertinggi yang disebut "P-plus”, yaitu kondisi siap perang, terkait dengan krisis nuklir Iran.
Ashkenazi dan Meir Dagan, kepala Mossad, menolak perintah itu berdasar dua alasan: pertama adalah mengenai legalitas perintah tersebut, dan kedua adalah mengenai kesiapan militer Israel untuk menyerang Iran. Mengenai legalitas, keduanya berpendapat perintah sepenting itu seharusnya dihasilkan melalui rapat kabinet penuh, bukan rapat kabinet terbatas yang hanya dihadiri 7 pejabat yang dikenal sebagai "forum 7". Sedangkan tentang kemampuan militer Israel, keduanya meragukannya bisa menjalankan misi serangan dengan baik mengingat Iran telah memiliki sistem pertahanan yang baik, selain jarak yang jauh dan luasnya cakupan serangan yang harus dilakukan.
Menurut Ilana Dayan, penolakan tersebut membuat perpecahan yang semakin dalam di antara para pejabat kebinet Israel. Mereka terpecah menjadi 2 blok: blok Netanyahu-Barak dan blok Ashkenazi-Dagan yang didukung oleh para pejabat militer dan inteligen.
Dalam perdebatan yang berlangsung sengit, Ashkenazi mengatakan, "Ini bukan perintah yang bisa dikeluarkan, kecuali kita semua yakin bahwa kita benar-benar akan menyerang Iran. Akordian akan terus berbunyi jika kita terus memainkannya."
Ehud Barak membalas, "Tidaklah benar bahwa mempersiapkan kondisi dimana angkatan perang dan sistem operasional negara berada pada kondisi siaga selama beberapa jam atau hari, berarti negara pasti akan melakukan perang."
"Pada akhirnya, setelah melalui pertimbangan yang jernih, jawaban yang didapatkan adalah bahwa Israel tidak mamiliki kemampuan," kata Ilana Dayan menyimpulkan.
Menurut pengakuan Dayan, laporan yang dibuatnya bersumber pada pengakuan lebih dari 2 orang peserta pertemuan tahun 2010 tersebut, namun ia menolak menyebutkan nama-namanya.
Laporan tersebut diduga bakal menambah ketegangan hubungan antara Israel dan Amerika terkait dengan isu nuklir Iran. Selama bertahun-tahun presiden Obama dan pembantu-pembantunya berupaya kuat menahan Israel untuk tidak melakukan aksi militer terhadap Iran dan lebih mengedepankan diplomasi dan pemberian sanksi.
Jika laporan itu benar, peristiwa itu terjadi saat krisis nuklir Iran tengah berada pada kondisi kritis. Saat itu, setelah bertahun-tahun Amerika dan Israel berupaya menyabot kemanjuan program nuklir Iran dengan menggunakan metode "perang cyber" dengan sandi "Olympic Games", mulai terkuak. Meski berhasil menghambat operasional beberapa pembangkit nuklir Iran, virus yang diluncurkan inteligen Amerika-Israel, mulai menyebar ke seluruh dunia.
Para pejabat Israel dan Amerika pun bertemu untuk membicarakan kelanjutan proyek yang dimulai di era kepresidenan George W. Bush tersebut. Presiden Obama memutuskan untuk melanjutkan.
Ilana Dayan menyebutkan bahwa pemerintah Israel telah mencegahnya membocorkan rahasia rapat kabinet tahun 2010 tersebut. Jika saja kala itu rahasia itu bocor, Israel dan Amerika akan mengasumsikan "perang cyber" yang mereka lancarkan akan mengalami kegagalan dan Israel "terpaksa" akan memilih opsi serangan militer terbatas sebagaimana mereka lakukan terhadap reaktor nuklir Syria tahun 2007.
Versi lengkap dari laporan tersebut akan ditayangkan oleh televisi Israel "Channel 2" berupa film dokumenter berjudul "Fact" yang mengupas tuntas tentang kebijakan-kebijakan yang diambil Israel selama 10 tahun terakhir terkait dengan Iran, dimulai sejak masa kepemimpinan PM Ariel Sharon dan Presiden George W. Bush, Jr hingga Netanyahu-Obama. Film tersebut mencantumkan pula wawancara dengan Netanyahu meski yang bersangkutan menolak berkomentar tentang episode rapat kabinet tahun 2010 tersebut.
Mark Regev, jubir Netanyahu juga menolak berkomentar tentang rapat tersebut dalam laporan hari Minggu (4/11). Ia hanya mengatakan bahwa laporan itu tidak lengkap.
REF:
"Israeli Report Cites a Thwarted 2010 Move on Iran"; Jodi Rudoren; New York Times; 4 November 2012
No comments:
Post a Comment