Saturday 1 December 2012

TANDA JAMAN KEMENANGAN BANGSA PALESTINA

Ada satu ramalan akhir jaman Rosulullah yang menarik perhatian saya. Menurut Beliau, Dajjal (anti-Christ dalam kepercayaan Kristen) akan meleleh tubuhnya menyaksikan kedatangan Isa al Masih (Yesus). Padahal saat itu Dajjal telah memiliki kekuasaan yang sangat besar.

Saya mengasosiasikan Dajjal dengan regim zionisme internasional yang tersimbolisasi dengan eksistensi negara Israel di atas negeri Palestina yang mereka rampas dari pemilik syahnya, bangsa Pelestina. Setelah 60 tahun lebih berdiri dengan pongahnya di hadapan seluruh bangsa-bangsa di dunia, Israel kini tampak seperti gunung es yang tengah mencair dan tidak lama lagi bakal "terhapus" dari muka bumi.

Dimulai dengan kekalahan militer demi kekalahan militer sejak tahun 1982 yang ditandai dengan hengkangnya mereka dari Lebanon tahun 2000 dan kekalahan atas para pejuang Hizbollah tahun 2006, dan terakhir kegagalan operasi militer di Gaza baru-baru ini, kini negara-negara pendukung Israel mulai menjauhkan diri dari mereka dengan memilih abstain dalam pemungutan suara Sidang Umum PBB untuk menentukan status Palestina menjadi sebuah negara. Kini tinggal 9 negara saja di dunia yang secara resmi masih menjadi pendukung Israel, termasuk Amerika, dan dengan sentimen anti-Israel yang semakin kuat, Amerika pun dipastikan akan meninggalkan Israel sendirian.


Kehancuran Israel sebenarnya telah diperingatkan oleh para tokoh zionis sendiri. Henry Kissinger, salah seorang di antaranya, belum lama berselang mengatakan bahwa dalam 10 tahun mendatang Israel akan lenyap dari muka bumi. Ini karena seluruh bangsa-bangsa di dunia, bahkan sekutu paling dekatnya sekalipun, tidak akan sanggup lagi hidup bersama mereka, menyaksikan kejahatan-kejahatan mereka yang vulgar dan menohok nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.

Status "negara bukan anggota" yang diraih Palestina di PBB bukan hal yang hebat. Sementara sebagian besar wilayah Palestina masih diduduki Israel dan pemukiman Israel pun semakin meluas di Jerussalem dan Tepi Barat. Namun peningkatan status Palestina di PBB menjadi sebuah "tanda jaman" yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sedikit demi sedikit kekuatan ekonomi Amerika tergeser oleh Cina. Demikian pula kekuatan politik dan militer Amerika yang semakin melemah. Amerika hengkang dari Irak tanpa meraih kemenangan politik minimal sekalipun sementara di Afghanistan hal serupa tampak tidak bisa lagi dihindari. Pakistan, setelah bertahun-tahun menahan diri dari kekurang ajaran Amerika, sedikit demi sedikit merapat ke blok Rusia-Cina-Iran. Di sisi lain gerakan non-blok yang saat ini dipimpin Iran, kini mulai menggeliat dan menunjukkan eksistensinya, salah satunya dengan memberikan dukungan pada Palestina di PBB.

Ketidak adilan sejarah, politik dan moral yang dialami bangsa Palestina selama berpuluh tahun, telah menghujam ke dasar hati rakyat bangsa-bangsa Eropa dan tidak bisa diabaikan begitu saja kecuali oleh orang-orang "gila" dan "idiot". Bahkan Inggris, yang selama ini membebek dengan segala keinginan Israel/Amerika, memilih untuk abstain dalam pemungutan suara di PBB. Bangsa-bangsa Skandinavia telah jauh lebih dahulu menjadi pendukung fanatik perjuangan Palestina meski para pemimpin mereka banyak menjadi korban kejahatan konspirasi para zionis internasional, termasuk pembantaian di Norwegia yang menewaskan para pemuda pendukung Palestina oleh seorang zionis "gila".

Kemenangan untuk bangsa Palestina! Peningkatan status Palestina di PBB memungkinkan mereka menyeret para penjahat perang Israel ke pengadilan internasional. Dan ini menjadi perhatian serius Israel dan Amerika. Setengah mati, setelah gagal mencegah mereka untuk memilih abstain, Israel-Amerika membujuk sekutu-sekutunya untuk menyatakan bahwa para "pembunuh wanita dan anak-anak" dari Israel tidak akan diadili di pengadilan internasional. Tentu saja pernyataan seperti itu hanya menjadi bahan tertawaan.

Satu tanda lain melemahnya pengaruh politik Amerika-Israel: 2 minggu lalu hanya mereka berdua dan satu negeri kecil tak dikenal, Paulau, yang menyetujui pemberian sanksi kepada Kuba.

Dengan peningkatan status Palestina, kemungkinan Amerika bakal membatalkan bantuannya senilai $300 juta untuk Palestina. Israel juga bakal menahan pajak yang mestinya menjadi hak rakyat Palestina. Dalam situasi itu kita akan melihat apakah Saudi Arabia, Qatar dan negara-negara Arab lainnya bukan sekedar "cecere" Amerika-Israel dengan memberikan bantuannya kepada Palestina sebagaimana ditunjukkan Iran dan Syria.

Kita juga bakal melihat Amerika dan Israel sebagai negara-negara "terasing" yang tidak memiliki hal positif sedikit pun yang bisa diberikan, yang mewakili era lama yang ditinggalkan.

Sekelompok pemenang hadiah Nobel, seniman dan aktifis kemanusiaan baru saja menyerukan boikot senjata bagi Israel, yang dipicu oleh kekejaman terakhir Israel terhadap rakyat Gaza. Tidak lama lagi tuntutan lebih besar bakal diserukan untuk dilakukan boikot terhadap seluruh produk Israel serta pemberian sanksi internasional terhadap Isreal, Amerika dan 7 negara pendukung Israel tersisa lainnya.

Kemenangan untuk Palestina! Kini telah muncul "tanda jaman" yang akan memberi kesempatan tidak saja bagi bangsa Palestina, namun juga bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia, untuk menghancurkan kekuatan jahat arrogan (meminjam istilah Iran untuk kekuatan zionisme) yang telah menyandera seluruh bangsa-bangsa di dunia selama puluhan tahun.

1 comment:

isulistianira said...

thank to FB, Twitter, Instagram yg mempublikasi kebiadaban Org2 Israel, masyarakat dunia kini tau apa yg terjadi pd Masyarakat Palestina, jika media mainstream memberitakan "Perang yg terjadi di Palestina" Medsos dg gamblangnya dan jujurnya menyatakan bahwa ini bukan perang melainkan "PEMBANTAIAN ATAU PEMBUNUHAN MASAL"abad 21.

Dg kekuatan pemberitaan di media sosial tsb yg mengerakan hati masyarakat Dunia untuk mengecam tindakan brutal dan biadap org2 Israel. tekanan Masyarakat dunia lebih kuat dan lbh efektive dr pd tekanan parlemen suatu negara adidaya sekalipun.

Selamat utk Bangsa Palestine, anda berhak hidup merdeka dan berhak menentukan nasib anda sendiri tanpa intervensi dr bangsa lain.