Monday, 3 December 2012

TEROR "FALSE FLAG" LAIN YG BAKAL MELANDA AMERIKA

Pernah menonton film "Jericho" atau "Broken Arrow"? Yang pertama memang belum saya lihat namun yang kedua sudah saya tonton beberapa kali. Dibintangi salah satu aktor kesukaan saya, John Travolta, film itu bercerita tentang pencurian bom nuklir oleh sekawanan teroris yang bekerjasama dengan sekelompok prajurit Amerika.

Ada beberapa film lagi yang mengambil tema yang sama, namun semuanya hanya sekedar film belaka. Bagaimana jika cerita itu benar-benar terjadi? Tentu kita tidak bisa membayangkan kengerian yang ditimbulkannya. Namun sayangnya, hal yang mengerikan itu sebenarnya justru telah menjadi ancaman yang nyata bahkan sejak belasan tahun yang lalu.

"Ada konfirmasi kuat bahwa satu atau lebih senjata nuklir yang dilaporkan hilang, namun beritanya disembunyikan dari publik untuk mencegah kepanikan, telah dipasang di beberapa kota di Amerika oleh elemen-elemen ekstremis yang terkait dengan dinas inteligen asing." Demikian tulis Gordon Duff, jurnalis indenden yang kini bergabung dengan media Iran, Press TV, dalam satu artikel terakhirnya di Press TV baru-baru ini.

Menurut Duff, modus dari itu semua adalah meledakkan bom nuklir di Amerika dan menimpakan kesalahannya kepada Iran. Motifnya adalah untuk menggulingkan pemerintahan Iran dan menggantinya dengan pemerintahan baru yang pro-demokrasi barat.

Menurut Duff dalam artikelnya itu, pihak-pihak yang terlibat dalam konspirasi jahat itu adalah unsur-unsur dalam pemerintahan Amerika terutama di kementrian pertahanan dan inteligen, lobby Israel, dan khususnya "Kartel Teluk", yaitu mafia obat-obat terlarang Mexico yang telah menginfiltrasi jajaran birokrasi sipil, militer dan inteligen Amerika.

Yang mengejutkan adalah Presiden Barack Obama ternyata membenarkan keberadaan konspirasi jahat itu, meski, seperti biasa media massa menyembunyikannya.

Pada tgl 23 November lalu Barack Obama, dalam website resminya, mengeluarkan peringatan tentang keberadaan "orang dalam pemerintahan yang tengah merencanakan "aksi-aksi kekerasan melawan pemerintah dan negara".

Itu adalah berita yang sangat menggemparkan, namun media massa, sekali lagi, menyembunyikannya dari perhatian publik. Apalagi dengan adanya aksi pembersihan yang tengah dilakukan Obama atas petinggi-petinggi militer dan inteligen, menjadikan masalah ini menjadi lebih serius lagi.

Sumber-sumber inteligen dan militer menyebutkan bahwa beberapa mantan pejabat kunci yang bertanggungjawab atas keamanan senjata-senjata nuklir Amerika serta yang memiliki keahlian merakit dan mengaktifkan senjata nuklir telah direkrut oleh "ekstremis-ekstremis militan" yang bekerja untuk mega sekelompok mega korporet internasional.

Awalnya plot ini terendus terkait sebuah operasi pemberantasan narkoba. Namun setelah ditelusuri keanggotaannya meliputi sebuah perusahaan investasi raksasa, beberapa firma hukum terkenal, beberapa media massa utama hingga organisasi-organisasi keagamaan besar.

Dan inilah sebagian peringatan yang dikeluarkan Presiden Barack Obama itu:

“…to deter, detect and mitigate actions by employees who may present a threat to national security… These threats include… violent acts against the Government and the Nation…”

Media-media massa utama Amerika biasanya akan mencap laporan seperti itu sebagai suatu "teori konspirasi", alias sebuah laporan sampah. Namun karena penganut "teori konspirasi" itu adalah presiden Amerika sendiri, maka mereka memilih bungkam.

Setelah peristiwa Serangan WTC 11 September 2001 yang telah membelah rakyat Amerika menjadi 2 kelompok, kelompok yang percaya adanya konspirasi dan kelompok yang mengikuti versi resmi tentang Al Qaida, satu fakta serius seperti yang dikeluarkan Presiden Obama dalam peringatannya itu, akan manimbulkan dampak luar biasa jika lolos ke publik. Gelombang demonstrasi akan melanda Amerika menuntut dilakukannya penyidikan ulang atas peristiwa tersebut serta menyeret puluhan bahkan ribuan orang-orang yang terlibat di dalamnya, sebagian di antaranya adalah tokoh-tokoh penting dan berpengaruh.

Tidaklah mengherankan jika kolumnis David Ignatius dari The Washington Post menyarankan Barack Obama untuk "menahan diri" dari upaya pembersihan besar-besaran terhadap aparat inteligen dan militer yang dianggap membahayakan kebijakan pemerintah, karena hal itu bisa menghancurkan seluruh tatanan negara Amerika. "Fakta konspirasi" yang dikeluarkan Barack Obama tentu jauh lebih mengancam tatanan negara Amerika.


(BERSAMBUNG)


REF:
"Nuclear Christmas, false flag in America to blame on Iran"; Gordon Duff; Press TV; 29 November 2012

No comments: