Tentara khusus Israel telah berada di dalam Syria sejak lama demi memastikan keberadaan senjata-senjata kimia Syria dan menjadikannya target yang akan direbut. Laporan ini pertama kali muncul di situs-situs berita online Syria termasuk Syria Truth dan dikonfirmasi oleh majalah Jerman Focus yang melaporkan pasukan penyusup Israel tersebut adalah satuan elit khusus "Sayeret Matkal".
Syria Truth sebenarnya telah melaporkan bulan Juli lalu tentang keberadaan satuan elit tersebut yang memasuki Syria melalui perbatasan Turki dan melewati Aleppo dengan bantuan mantan komandan militer Syria di Aleppo yang membelot, Kolonel Abdel Jabbar Akidi. Selanjutnya suatu pertemuan terjadi di Turki antara para ahli senjata kimia Israel dan mantan komandan satuan senjata kimia Syria yang membelot ke Turki Jendral Adnan Sello.
Lebih jauh Focus melaporkan bahwa keberadaan satuan elit Israel tersebut bersamaan dengan kedatangan pasukan-pasukan khusus barat terutama Amerika dan Perancis di perbatasan Jordania-Syria.
"Pasukan khusus Perancis direncanakan akan memasuki Syria setelah kejatuhan Bashar al Assad untuk menguasai senjata-senjata kimia Syria agar tidak jatuh ke tangan pemberontak dan teroris," tulis Focus.
Sebagian pasukan khusus Perancis yang berasal dari satuan lintas udara itu telah melakukan missi pengintaian di Syria dengan menyamar sebagai anggota paramedis bagi para pengungsi Syria yang berada di al-Mafraq Jordania. Seorang personil pasukan khusus Perancis yang berbasis di kota Calvi, Perancis, mengatakan kepada Focus bahwa pasukan khusus yang diterjunkan ke Syria berasal dari 135 negara demi menghindari kecurigaan. Sementara pasukan khusus Amerika yang diterjunkan ke Syria berasal dari satuan Delta Force dari AD Amerika serta Rangers yang memiliki keahlian perang gurun.
ISRAEL: TIDAK ADA BUKTI PEMAKAIAN SENJATA KIMIA
Meski tuduhan penggunaan senjata kimia oleh tentara Syria sangat gencar dilakukan, termasuk oleh komandan polisi militer yang membelot, Jendral Abdul-Aziz Jassim al-Shallal, Israel justru membantah hal tersebut. Tidak kurang dari Wakil PM Israel Moshe Yaalon sendiri yang membantah tuduhan tersebut.
Berbicara kepada Radio Tentara Israel, Selasa (25/12), Yaalon mengatakan, "Sampai saat ini kami tidak memiliki konfirmasi ataupun bukti bahwa senjata kimia telah digunakan (di Syria)."
Untuk meyakinkan pernyataannya Yaalon kemudian mengatakan, "Kami telah mendengar berbagai laporan dari oposisi. Ini bukan yang pertama kalinya oposisi melakukan sesuatu untuk mendorong intervensi militer internasional."
PEMBERONTAK SAMBUT HANGAT ISRAEL
Hubungan zionisme dengan pemberontakan di Syria sudah sangat gamblang meski beberapa kelompok "Islam" termasuk di Indonesia berusaha menutup-nutupinya. Maka bila para pemberontak begitu membenci wartawan Iran dan membunuhinya jika ada kesempatan, mereka justru menyambut hangat para wartawan Israel. Seperti terjadi baru-baru ini ketika para wartawan televisi Israel Channel 2 mendapat sambutan hangat dari para pemberontak untuk mendokumentasikan kegiatan mereka yang filmnya telah ditayangkan minggu lalu.
Kepada wartawan Israel itu seorang pemimpin pemberontak mengatakan bahwa musuh para pemberontak satu-satunya hanyalah Bashar al Assad. Ia juga mengatakan bahwa para pemberontak menghormati mantan PM Israel Ariel Sharon karena permusuhannya dengan Bashar al Assad.
Ariel Sharon adalah seorang zionis garis keras. Ia menjadi pemicu gerakan Intifadah II setelah melecehkan kesucian Masjid Al Aqsa di Al Quds (Jerussalem) tahun 2000. Sharon juga menjadi penanggungjawab utama agresi Israel atas Lebanon tahun 1981 yang menewaskan ribuan warga Lebanon dan Palestina tak berdosa, termasuk 3.000 pengungsi Palestina di kamp pengungsi Sabra dan Shatilla.
Ref:
"Israeli Units Part of Intervention Forces in Syria”; almanar.com; 26 Desember 2012
""Chemical weapons were used on Homs": Syria’s military police defector tells of nerve gas attack"; Alistair Dawber; The Independent; 25 Desember 2012 dalam thetruthseeker.co.uk; 26 Desember 2012
"Sample of Post Assad Era: Militants Honor Sharon, Host Channel 2"; Ahmad Ammar; Press TV.
No comments:
Post a Comment