Friday, 12 February 2016

Koalisi Anti-Israel di Lebanon Tetap Teguh

Indonesian Free Press -- Koalisi anti-Israel di Lebanon calonkan Michael Aoun sebagai calon presiden. Aoun, pendiri dan ketua Partai Free Patriotic Movement, adalah seorang tokoh Kristen yang menjalin koalisi bersama partai-partai Shiah (Hizbollah dan Amal), Kristen (Marada), Druze (PSP), dan sosialis (SSP).

Koalisi ini dikenal dengan sikap politiknya yang anti Israel-Amerika-Saudi dan pro Iran-Suriah. Koalisi ini disebut juga dengan kelompok 8 Maret, sebagai pengimbang kelompok 14 Maret yang pro Saudi-Amerika-Israel.


Kedua blok politik ini terlibat persaingan intensif dalam dunia perpolitikan Lebanon, mencerminkan persaingan politik regional yang sangat intens antara Iran dan Suriah di satu pihak nelawan Saudi Arabia, Israel, dan negara-negara barat di pihak lainnya. Pada tahun 2008 keduanya bahkan terlibat konflik bersenjata yang dimenangkan oleh kelompok yang dipimpin Hizbollah.

Dalam pernyataan politik memperingati ulang tahun ke-10 deklarasi koalisi Hizbollah-Free Patriotic Movement tanggal 6 Februari lalu, Aoun menegaskan bahwa partainya tetap berkomitmen memerangi zionisme dan terorisme. Aoun juga memuji pemimpin Hizbollah, Sayyed Hasan Nasrallah, sebagai seorang sahabat.

"Kami tetap teguh memegang sumpah setia kami," kata Aoun kepada host acara 'Panorama Today' Al Manar.

Aoun menekankan bahwa Hizbollah dan Free Patriotic Movement (FPM) harus bekerjasama dalam membangun negara Lebanon dengan mengaktifkan dan mengoptimalkan lembaga-lembaga negara melalui sistem pemilihan umum yang adil dan menjamin wakil-wakil yang representatif.

Pada bagian lain Wakil Ketua Hezbollah, Sheikh Naim Qassem, menekankan bahwa aliansi Hezbollah dan FPM tetap teguh dan kuat sebagai penjaga kepentingan nasional Lebanon.

“Anda telah melihat bagaimana kesepakatan ini telah ditranslasikan ke dalam tindakan-tindakan dan tidak hanya melalui sikap politik. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran bersama aliansi ini," kata Qassem di hadapan para anggota parlemen dari kedua kelompok politik ini.

Sebelumnya, pada hari Sabtu (6 Februari) sebuah delegasi Hizbollah mengunjungi Aoun di kediamannya di Rabieh, Lebanon, untuk menyatakan dukungan resmi Hizbollah kepada Aoun sebagai calon presiden Lebanon mendatang.

Delegasi itu dipimpin oleh penasihat politik pimpinan Hizbollah, Hussein Khalil, Ketua Komisi Koordinasi dan Perwakilan Wafiq Safa, Menteri Perindustrian Hussein Hajj Hasan, dan dua anggota politburo Mahmoud Qmati dan Mostafa al-Hajj Ali.

"Ada kandidat presiden, yaitu Jendral Michel Aoun. Saat kondisi pemilihan dirinya terpenuhi, Hezbollah akan menjadi kelompok pertama yang akan mengetuai Parlemen,” kata Khalil kepada wartawan usai pertemuan dengan Aoun tersebut.

Konstitusi Lebanon menetapkan Presiden dipegang oleh warga Kristen, Perdana Menteri dipegang oleh warga Sunni, dan Ketua Parlemen dipegang warga Shiah.


Partai Marada juga Setia Pada Koalisi

Di sisi lain pemimpin Partai Gerakan Marada, Sleiman Frangieh, menegaskan kelompoknya tetap setia pada koalisi anti-Israel, meski mendapat bujukan serius dari pemimpin kelompok 14 Maret, mantan perdana menteri Saad Hariri, untuk membelot.

Pada hari Minggu (7 Februari) Frangieh mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya tidak pernah memberikan jaminan apapun kepada Saad Hariri dalam pertemuan mereka di Paris bulan November 2015 lalu yang menjadi sorotan publik Lebanon. Sebaliknya, ia memastikan partainya tidak akan mengikuti tiap sidang parlemen yang diboikot oleh Hezbollah.

Dalam konperensi pers di kediamannya di Bneshaai itu, Frangieh mengatakan bahwa pembicaraan dirinya dengan Hariri di Paris disaksikan oleh Menteri Kebudayaan, Raymond Araiji.

Frangieh menyebutkan bahwa rencana pertemuan itu telah diberitahukan sebelumnya kepada pemimpin Hizbollah Sayyed Hasan Nasrallah, meski saat itu Nasrallah menyatakan kecurigaan terhadap Hariri.

“Tujuan saya saat itu adalah bertemu dengan Hariri untuk mendengarkan apa tujuannya, dan itu telah saya katakan kepada Sayyed Nasrallah,” kata Frangieh.

Setelah pertemuan itu, Frangieh juga menghubungi para pejabat Hezbollah untuk membicarakan isi pembicaraan dengan Hariri.

“Saya tidak memberikan jaminan apapun kepada Hariri,” kata Frangieh.

Sebagaimana rumor yang beredar, Frangieh menyebutkan bahwa dalam pertemuan itu Hariri menawarkan dukungan kepada Frangieh untuk menjadi presiden, dengan imbalan ia memberikan suaranya untuk mendukung perdana menteri berasal dari blok 14 Maret.

"Ketika Hariri meminta jaminan bahwa pemerintahan mendatang tidak aka diboikot oleh kelompok 8 Maret, saya menjawab bahwa jaminannya adalah tindakan pemerintah sendiri," kata Frangieh, merujuk pada pemerintahan Saad Hariri yang jatuh setelah kubu Blok 8 Maret menarik seluruh menterinya dari kabinet karena menolak aspirasi kelompok 8 Maret terkait dengan Pengadilan Internasional kasus pembunuhan mantan perdana menteri Rafiq Hariri yang memojokkan Hizbollah.

“Saya tidak akan meninggalkan Hizbollah, juga Presiden (Suriah) Bashar al-Assad,” tegas Frangieh.(ca)

No comments: