Monday 28 December 2015

Pengusaha Pemburu Rente Insya Allah Bukan Prabowo

Indonesian Free Press -- Ada ada saja ulah para kecebong untuk me-'legitimasi' kekeliruan mereka memilih 'presiden KW'.

Beberapa waktu lalu mereka rame-rame bikin status di facebook yang menyebutkan bahwa mereka tidak menyesal pilih 'presiden KW' karena (menurup hawa nafsu mereka sendiri) Prabowo belum tentu labih baik dalam memimpin negara ini. Kemudian, ketika terbongkar kongkalikong 'presiden KW' dalam kasus 'papa minta saham', mereka menyebarkan kabar bohong tentang 'jokowi keras kepala', yang mengesankan 'presiden KW' seorang yang berintegritas tinggi sehingga tidak bergeming ketika diancam untuk membagikan saham Freeport. Padahal 'presiden KW' lah yang berdasar pengakuan menteri ESDM terindikasi meminta saham Freeport. Selain itu, tidak pernah ada seorang pun yang mengancam presiden KW dalam kasus ini.

Lalu, masih terkait kasus 'papa minta saham', ada lagi tulisan seorang kecebong yang beredar di dunia maya yang berusaha menciptakan opini publik bahwa Prabowo Subiyanto dan para pendukungnya adalah kelompok pengusaha pemburu rente yang harus dibuang ke tong sampah pada kesempatan pertama. Di sisi lain, ia memuji 'presiden KW' dan para pendukungnya sebagai orang-orang yang jujur dan pekerja keras.

Bagaimana bisa ia menuduh Prabowo Subianto, yang sejak pensiun sebagai perwira militer tahun 1998 lalu tidak pernah menduduki sebuah jabatan publik, dijauhi oleh para pejabat aktif dan dimusuhi media massa serta para aktifis, menjadi pengusaha pemburu rente yang hidup dari fasilitas pemerintah? Yang dialami Prabowo berkebalikan dari itu semua, ia justru mengalami stigmasi buruk dan mendapatkan fitnah tiada henti. Fasilitas sedikit saja yang ia dapatkan dari pemerintah, tentu media massa akan menghakiminya habis-habisan. Tentu semua itu berkebalikan dengan Jokowi yang mendapatkan dukungan media massa dengan sangat massif sehingga mampu membentuk opini publik tentang seseorang yang tidak diketahui jejak rekamnya menjadi publik figur yang sangat sempurna.


Berita di bawah ini menjadi pembantah yang sangat telak tentang fitnah Prabowo sebagai pengusaha pemburu rente. Justru orang-orang terdekat 'presiden KW' sendiri yang sebenarnya adalah para pemburu rente.

Publik tahu tentang sepak terjang Jusuf Kalla, Megawati, Surya Palloh, Luhut Panjaitan, dan para konglomerat hitam yang ramai-ramai berada di belakang 'presiden KW'. Mereka semua adalah para pemburu rente yang sebenarnya, dan insya Allah bukan Prabowo Subianto.


===============

Disindir ‘Pengpeng’, JK Ngamuk Sebut Rizal Ramli Gila

Repelita.com, 29 Desember 2015

Dwifungsi Pengpeng’. Inilah kosa kata baru yang diperkenalkan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. Pengpeng adalah akronim dari penguasa sekaligus pengusaha.

“Banyak pejabat yang merangkap menjadi pengusaha. ‘Dwifungsi’ Pengpeng ini merugikan negara dan rakyat, termasuk mengkhianati reformasi,” cuit Rizal Ramli dalam akun twitternya @ramlirizal.

Fenomena dan praktik dwifungsi Pengpeng memang tidak elok. Secara etis, dwifungsi ini sangat tidak etis sekaligus tidak adil. Pengpeng mematikan peluang pengusaha (murni) yang tanpa embel-embel dan dekat dengan kekuasaan dari kompetisi yang fair. Bukan rahasia lagi, bisnis keluarga penguasaha selalu memperoleh hak-hak istimewa dalam berbagai tender.

Kehadiran dwifungsi ‘Pengpeng’ juga bisa melahirkan kelompok-kelompok mafia (geng). Pada titik tertentu, bisa saja di antara mereka terjadi perang antargeng. Pada kasus Papa Minta Saham (Freeport) misalnya, geng Novanto-Riza bisa disebut gagal total merebut saham PT FI. Drama berlanjut. Moffet menemui Aksa dan JK.

Kabar burung beredar, jika geng ini bisa mengusahakan perpanjangan KK Freeport, maka imbalannya akan memperoleh 40 persen saham smelter yang akan dibangun Freeport di Membramo, Papua. Masih ada bonus lain, geng bakal memperoleh kontrak pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang listriknya akan dijual ke smelter tersebut. Nilai keduanya juga sangat besar, tapi tidak seheboh saham FI.



Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli.

Merasa disindir dengan istilah ‘Pengpeng’, Wakil Presiden Jusuf Kala geram. JK menilai pejabat yang merangkap sebagai pengusaha adalah hal yang wajar. Bahkan JK menolak mentah-mentah ‘gengnya’ akan mendapat 40 persen saham dari pembangunan smelter di Membramo, Papua.

Dia pun balik menuding, pihak yang menuduh ‘gengnya’ dapat jatah dari pembangunan smelter, agar mau membayar sesuai yang dituduhkannya. “Saya tidak tahu. Pokoknya begini aja deh kalau memang bener itu, tapi kalau tidak benar dia denda musti bayar. Kalau ada benar, proyek smelter dibangun oleh Aksa (Mahmud), ambil aja keuntungannya. Tapi kalau tidak, musti bayar jumlah yang sama. Hati-hati, teken di muka!,” kata JK di Kantor Wakil Presiden, Senin (28/12/2015).

Bahkan, JK siap memberikan 40 persen saham yang dituduhkan Rizal Ramli kepada mantan menteri di era Presiden Gus Dur tersebut.

“Dari twitter Rizal Ramli, menyatakan bahwa pihak setnov tidak dapat apa-apa dari Freeport tapi pihak bapak yang diuntungkan dengan Aksa Mahmud dapat 40 persen di proyek pembangunan smelter?” tanya wartawan.

“Bagus itu! Coba cari tahu! Kalau ada kasih, kita kasih semua! Kita kasih untungnya sama Rizal Ramli. Kalau ada,” tegas JK dengan nada meninggi.

Ketika dikonfirmasi mengenai pertemuan keponakannya, Aksa Mahmud dengan petinggi Freeport McMoran, Kalla membantah bahwa pertemuan itu guna membahas mengenai smelter Freeport.

“Siapa yang bilang? Dia itu pengusaha sejak lama, biasa aja. Pengusaha itu biasa bicara dengan pengusaha. Kalau pengusaha tidak bicara dengan pengusaha, bukan pengusaha namanya,” ujarnya. JK menegaskan, dirinya tak ikut campur mengenai bisnis yang dijalankam Aksa Mahmud.

“Mana urusan saya itu, bukan urusan saya itu tanya semua kau bikin apa. Tidak. Itu kan urusan dia terserah. Dagang ya dagang. Daripada orang China yang jadi kontraktor contohnya, kalaupun ada ya, saya tidak tahu. Iya apa salahnya, pengusaha nasional, pribumi kerja di daerah cari proyek yang bagus, apa salahnya? Saya tanya dulu ke kalian. Masa kasih jepang lagi, China lagi, kalaupun ada, apa salahnya? Saya tanya, kenapa yang ngomong itu suka begitu? Mau ngeruntuhkan pengusaha nasional pribumi tujuannya? Dorong China aja belum,” beber JK.

“Jangan begitu dong berpikir itu. Gila itu berpikir begitu. Orang ada pengusaha yang mau maju, dibilangin dihalang-halangi. Apa urusannya. Kalian pribumi, tidak boleh kerja di daerahnya, Anda mau kerja dimana? Siapa yang kasih pekerjaan di dunia ini kalau bukan para pengusaha? Bukan mereka-mereka yang suka ngomong itu yang kasih kerja orang tapi para pengusaha ini. Jangan selalu anti pengusaha. Apalagi pengusaha daerah pribumi. Suka dimacam-macamin. Kita lawan semua yang berpikir begitu,” tutup JK.

Sumber : RIMANEWS

1 comment:

Unknown said...

Saya setuju dengan Dina S. Dalam hal bahwa para elit kalau bukan jadi pemburu rente ya... jadi kapitalis pekerja. Cuma saya tidak setuju juga kalau itu adalah pak prabowo atau pak JW. Intinya mencari elit yang baik di indonesia masi sangat sulit.