Thursday 15 February 2018

Suriah Tiru Hizbollah untuk Bungkam Israel

Indonesian Free Press -- Suriah telah memutuskan untuk meniru langkah Hizbollah demi menghentikan tingkah polah Israel menginjak-injak negara itu terus menerus.

Hizbollah berhasil mengusir Israel dari Lebanon selatan tahun 2000, mengakhiri pendudukan Israel sejak tahun 1982. Caranya, adalah dengan membombardir wilayah Israel di sekitar perbatasan  dengan Lebanon untuk setiap pelanggaran wilayah Lebanon oleh Israel. Maka, demi menghentikan serangan-serangan udara Israel ke Suriah, Suriah memutuskan untuk meniru cara Hizbollah dengan bertindak keras kepada Israel.


"Para pengambil keputusan di Suriah dan para sekutunya (Iran, Hizbollah, Rusia) telah sepakat untuk melakukan tindakan lebih keras kepada Israel, mengikuti cara Hizbollah (tahun 1990-an) sebelum Israel menarik diri dari Lebanon. Saat itu, untuk setiap pelanggaran wilayah Lebanon, Hizbollah akan menembakkan meriam-meriam artilerinya ke wilayah Israel di sepanjang perbatasan Lebanon," tulis blogger Elijah Magnier, 11 Februari lalu.

Menurut laporan itu, Suriah dan para sekutunya telah memutuskan akan menembakkan sejumlah rudal ke wilayah dataran Golan yang diduduki Israel untuk setiap pelanggaran udara Suriah oleh Israel. Tidak ada sasaran spesisik atas tindakan itu, hanya untuk memastikan tidak ada lagi orang Israel berada di sekitar perbatasan.

"Faktanya, dua hari yang lalu (9 Februari), ketika Suriah menembak jatuh pesawat F-16 Israel, Suriah telah memulai 'aturan main' ini dengan menembakkan 25 rudal ke dataran Golan dan di atas wilayah Israel, memaksa penutupan bandara Ben Gurion selama berjam-jam. Suara sirine terdengar jelas di seluruh wilayah itu, memerintahkan warga untuk berlindung ke tempat perlindungan terdekat," tulis laporan itu.

Jika permainan ini dilanjutkan, hampir dipastikan popularitas PM Benjamin Netanyahu akan merosot dan ia akan tersingkir dari jabatannya.

Israel dipastikan akan melakukan serangan balasan paska jatuhnya F-16 mereka karena hal itulah yang bisa memulihkan reputasinya. Namun, kali ini Netanyahu harus jauh lebih berhati-hati dengan balasan balik Suriah.

Selama tujuh tahun konflik berdarah di Suriah, Israel hanya bisa melakukan aksi-aksi 'pukul dari belakang dan lari'. Namun kini Israel menyadari bahwa semakin lama perang berlangsung di Suriah, blok perlawanan (Iran, Suriah, Hizbollah) justru semakin kuat. Dan untuk pertama kalinya pasukan Iran kini bahkan telah berada di dekat perbatasan Israel. Namun Netanyahu tidak belajar dari kenyataan, dan yang dilakukan adalah membohongi publik Israel dengan memberikan kesan seolah-olah Israel masih bisa bertindak semaunya di Suriah, dengan jaminan Rusia.

Selama konflik Suriah, Netanyahu telah tujuh kali menemui Presiden Rusia Vladimir Putin. Sampai setahun lalu Rusia mungkin mentolerir aksi-aksi Israel membomi wilayah-wilayah Suriah, konvoi Hizobllah dan Iran. Namun, penembakan F-16 Israel oleh Suriah mengindikasikan dengan jelas bahwa permainan Israel di Suriah atas 'restu' Rusia, telah berakhir. Rusia mengaktifkan sistem pertahanan udaranya di Suriah yang terintegrasi dengan sistem pertahanan Suriah, dan rudal-rudal Suriah pun dengan jitu bisa mengenai pesawat-pesawat tempur Israel. Rusia tentu tidak ingin rencananya berantakan oleh Israel. Dengan dukungan Suriah dan Iran, Rusia kini berhasil membangun kedudukan yang kokoh di kawasan Mediterania (Laut Tengah), sekaligus memulihkan citranya yang hancur karena kegagalan Perang Afghanistan.

Paska kegagalan 'proyek' ISIS, Amerika dan Israel masih belum bisa menerima kekalahan dan terus berusaha memperpanjang konflik tanpa mengubah perimbangan strategis. Namun hal ini justru membuat kekalahan Amerika-Israel semakin besar. Turki kini justru berpihak ke Rusia, dan koalisi anti-Israel/Amerika pun semakin kuat.

"Ketika Israel mengirimkan kembali pesawat-pesawat tempurnya ke Suriah, mereka akan terkejut mengetahui rudal-rudal Suriah telah siap untuk menjatuhkannya. Pada saat itu Putin tengah mengingatkan Netanyahu bahwa ia tidak bisa lagi melewati garis merah, terutama ketika para prajurit Rusia tengah bekerjasama dengan sekutu-sekutunya (Hezbollah, Iran dan sekutu-sekutu lain). Rusia tentu tidak ingin kehilangan harga dirinya ketika prajurit-prajuritnya tewas oleh serangan Israel."

Ketika Hezbollah menembak kapal perang INS Hanit Israel dalam Perang Lebanon tahun 2006, hal ini secara efektif berhasil menyingkirkan angkatan laut Israel dari medan perang. Jatuhnya F-16 Israel tentu memberitahukan Tel Aviv bahwa Suriah telah pulih kekuatannya dan siap melakukan apa yang dilakukannya dalam perang Yom Kippur tahun 1973. Suriah telah siap untuk berperang melawan Israel.(ca)

2 comments:

Kasamago said...

Mental paranoid meski bermodal senjata canggih tetap saja sekali senggol kabur..

Bravo Suriah, lembut nya Rusia ke Israel bs jd menghindari Kelompok Zionis Yahudi mengobrak Abrik ekonomi Rusia..

Unknown said...

Gud job. . Suriah gud job rusia.. Sikat