Thursday, 24 September 2009

KEKUASAAN UANG


"At the same time it is necessary to encourage trade and industry vigorously and especially speculation, the function of which is to act as a counterpoise to industry. Without speculation, industry will cause private capital to increase and tend to improve the condition of Agriculture by freeing the land from indebtedness for loans by the land banks. It is necessary for industry to deplete the land both of laborers and capital, and, through speculations, transfer all the money of the world into our hands, thereby throwing the Gentiles into the ranks of the proletariat. The Gentiles will then bow before us to obtain the right to existence." (The Sixth Protocol of The Protocols of Learned Elders of Zion)


Uang adalah sesuatu yang misterius. Selembar kertas yang secara fisik tidak bernilai namun secara nominal bisa mengalahkan emas dan perak. Bagi masyarakat modern uang adalah segalanya. Tentu saja orang yang memiliki uang paling banyak adalah orang yang paling kaya dan berkuasa. Lalu siapakah dia?

Pada mulanya orang bertransaksi secara barter, yaitu menukar barang yang dimiliki dengan barang lain yang diperlukan. Selanjutnya untuk mempermudah transaksi orang menciptakan uang yang terbuat dari benda-benda berharga seperti emas atau perak yang selain berfungsi sebagai alat tukar menukar juga berfungsi sebagai penyimpan kekayaan dan alat ukur nilai barang. Selanjutnya untuk lebih mempermudah lagi transaksi orang menciptakan uang kertas yang dijamin secara hukum nilainya sama dengan sejumlah cadangan emas yang disimpan oleh pemerintah. Pada awalnya dengan uang kertas yang dijamin dengan cadangan emas orang masih dapat menukarkan uangnya dengan sejumlah emas dengan nilai nominal yang sama. Namun sekarang ini tidak lagi ada jaminan uang kertas yang beredar masih dijamin dengan cadangan emas pemerintah. Uang yang kita pegang bukanlah benar-benar harta yang kita miliki. Dalam kondisi chaos atau hyper-inflasi, setumpuk uang yang kita kumpulkan sepanjang hidup tiba-tiba saja berkurang nilainya, atau bahkan tidak mempunyai nilai sama sekali.

Inflasi atau penurunan nilai uang yang kita miliki terjadi setiap saat. Artinya adalah telah terjadi penipuan terhadap kita. Miliaran orang sebenarnya telah tertipu, hanya tidak menyadari. Mengapa bisa terjadi? Mungkinkah tidak ada inflasi dan nilai uang yang kita miliki tidak pernah mengalami penurunan? Mungkin saja, yaitu bila uang yang beredar benar-benar dijamin oleh cadangan emas yang sesuai jumlahnya dan dapat ditukarkan dengan emas setiap saat dibutuhkan. Dalam kondisi ini nilai uang bukan saja tidak mengalami penurunan, justru sebaliknya mengalami kenaikan.

Inflasi terus-menerus terjadi karena kekuasaan mencetak uang pada kenyataannya tidak lagi dimiliki sepenuhnya oleh otoritas yang secara hukum dan moral berhak mencetak uang, yaitu pemerintah yang dipilih oleh rakyat. Semua bank adalah pencetak uang, tidak lagi hanya bank sentral, namun juga bank-bank komersil milik pemerintah maupun swasta.

Dalam perbankan ada istilah yang disebut cadangan minimum. Artinya bila sebuah bank mempunyai modal x rupiah, maka ia boleh memberikan pinjaman senilai x rupiah minus cadangan minimumnya. Namun dalam kenyataannya pinjaman yang dikeluarkan bank jauh lebih besar dari ketentuan cadangan minimum tersebut, bahkan jauh dari modal yang dimiliki bank tersebut. Bila sebuah bank mempunyai modal Rp 50 miliar dan cadangan minimum yang ditetapkan bank sentral adalah 10 persen, maka pada mulanya ia dapat mengeluarkan kredit hingga Rp 45 miliar. Namun bila debitur menyimpan kembali uang yang dipinjam ke bank tersebut, maka bank kembali mempunyai hak untuk mengeluarkan pinjaman senilai Rp 45 miliar x 90% = Rp 41,5 miliar. Bila kemudian debitur menyimpan kembali hutangnya ke bank, maka bank mendapatkan hak untuk mengeluarkan kredit lagi senilai Rp 41,5 miliar x 90% = Rp 37,35 miliar. Bila hal tersebut terjadi terus-menerus maka secara efektif dengan modal hanya Rp 50 miliar, bank mampu memberikan kredit hingga Rp 1 triliun. Dengan kata lain bank tersebut telah ”menciptakan uang” giral senilai Rp 1 triliun. Bank Sentral sendiri secara efektif akan terus mencetak uang untuk mengimbangi pertumbuhan uang giral ini.

Bila pendapatan bersih bunga bank adalah 2% saja dari nilai kredit, maka bank mendapatkan keuntungan senilai Rp 20 miliar, atau dengan tingkat pengembalian modal (ROI) mencapai 40% setahun, dari pendapatan bunga saja. Tidak heran bila bank adalah bisnis yang paling menguntungkan. Cukup banyak bank raksasa di negara-negara maju bisa memiliki asset hingga di atas 1 triliun dolar atau Rp 10.000 triliun. Tidak ada perusahaan non-perbankan yang memiliki asset sebesar itu. Bank dan sektor moneter tidak menciptakan apa-apa, tapi mengambil segalanya dari sektor riel.

Untuk menggambarkan bagaimana hebatnya perbankan, ada satu bilangan yang cukup terkenal, yaitu angka 72. Dengan sistem riba berganda yang saat ini digunakan oleh perbankan, kredit senilai Rp 1 juta dan tingkat bunga 10%, akan bertambah menjadi dua kali lipat dalam 7,2 tahun. Jadi jika Anda berhutang di bank senilai Rp 1 juta, maka dalam waktu 7,2 tahun bila tidak dilunasi hutang Anda menjadi Rp 2 juta. Bila tidak juga dilunasi maka dalam waktu 7,2 tahun berikutnya hutang Anda akan bertambah menjadi Rp 4 juta. Dan dalam waktu 36 tahun hutang Anda akan bertambah menjadi Rp 32 juta. Selama itu hutang Anda tumbuh sebesar 3.200 persen. Dengan hutang awal yang lebih besar, Anda dipastikan bangkrut, dan bank justru mendapat keuntungan besar. Keuntungan bank semakin besar bila debiturnya adalah unit ekonomi yang besar seperti negara.

Dengan pertumbuhan uang beredar yang sangat tinggi tentu saja tidak dapat diimbangi cadangan emas yang disimpan oleh otoritas keuangan dan uang yang beredar semakin tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Dan hal ini semakin parah mengingat di jaman modern ini berkembang pula bisnis keuangan berbasis spekulasi alias judi, yaitu perdagangan derivatif. Menurut perkiraan sebagian ahli nilai bisnis maya ini mengalami pertumbuhan yang luar biasa jauh di atas pertumbuhan perdagangan barang dan jasa. Dengan pertumbuhan yang tidak berhenti dipastikan nilai bisnis ini jauh meninggalkan nilai bisnis sektor riel perdagangan barang dan jasa.

Implikasinya adalah sangat luar biasa. Seseorang, perusahaan, atau negara yang memiliki modal kuat dengan sangat mudah dan cepat mengeruk kekayaan. Pada saat yang sama orang, perusahaan dan negara lain seketika jatuh miskin. Inilah yang terjadi pada waktu krisis moneter melanda Indonesia tahun 1997. Karena ulah segelintir spekulan uang (PM Malaysia Mahathir Muhammad menuduh George Soros, Yahudi teman dekatnya mantan presiden Gus Dur, sebagai pelaku utamanya), mata uang Indonesia dan beberapa nagara Asia merosot tajam. Dan karena sudah dikondisikan oleh para kapitalis asing untuk menjadikan Indonesia tergantung pada hutang luar negeri, maka hutang luar negeri kita melonjak berkali lipat dan tiba-tiba saja semua penduduk Indonesia mendapat tambahan hutang yang tidak terbayar.

Perlu diketahui karena krisis moneter tahun 1997 dan skenario para bankir yahudi internasional bosnya bakal wapres Boediono dan menkeu Sri Mulyani dan para ekonom mafia barkeley lainnya, Indonesia harus mengeluarkan BLBI senilai hingga Rp600 triliun yang dananya pinjaman dari luar negeri. Hingga kini kita harus menyisihkan Rp30 triliun APBN untuk membayar bunga pinjaman BLBI ini.

Bank dan riba, inilah penemuan terpenting orang-orang Yahudi. Tidak heran jika Henry Ford mengatakan orang-orang Yahudi sebagai “money getter”, bukan “money maker”, yaitu orang yang tidak pernah menciptakan apa-apa tapi mengambil segalanya. Bank dan riba pulalah yang telah mengantarkan Yahudi sebagai kampiun dunia saat ini.

No comments: