Sunday 6 September 2009

Gypsi dan Politik "Devide at Impera" ala Yahudi


Kita tentu mengenal istilah di atas dalam pelajaran sejarah. Ya, "devide at impera" atau dalam bahasa Indonesianya "memecah belah dan menguasai" adalah strategi jitu yang dilakukan oleh penguasa kolonialis Belanda untuk menguasai Indonesia hingga mampu bertahan selama 350 tahun. Hal serupa juga dilakukan oleh kaum yahudi dalam upanya untuk menguasai dunia. Dan saat ini hal itu tengah berlangsung di Hongaria.

Saat kesadaran masyarakat mulai tumbuh mengenai dominasi yahudi yang jahat di negerinya dan mulai muncul gerakan anti-yahudi, orang-orang yahudi mengintimidasi kelompok minoritas kaum gypsi untuk memberontak. Saat warga Hongaria bertindak untuk menumpas pemberontakan, agen yahudi, yaitu pemerintah yang korup, bertindak merepresi rakyatnya sendiri untuk menjamin negara tetap dalam genggaman yahudi.

Media-media massa global yang dikendalikan yahudi akhir-akhir ini gencar memberitakan kerusuhan di Hungaria yang menurut mereka dilakukan oleh orang-orang ultra-nasionalis dari partai Nationalist "Jobbik" Party terhadap kaum gypsi. "Jobbik" telah membuat pernyataan yang membantah klaim tersebut. Sebaliknya "Jobbik" menuduh sebuah konspirasi internasional telah digunakan untuk memprovokasi kaum gypsi untuk memberontak.

Yang sebenarnya terjadi adalah orang-orang gypsi, melalui sebuah aksi-aksi sistematis, melakukan berbagai aksi kekerasan terhadap warga Hongaria: seorang guru dipukuli hingga tewas di hadapan murid-muridnya; seorang nenek-nenek berumur 80 tahun diperkosa, dimutilasi dan potongan tubuhnya dibuang ke tempat sampah; dan seorang remaja putri berumur 14 tahun diperkosa dan dibunuh sementara pacarnya dirampok.

Para aktifis nasionalis Hongaria melihat bahwa orang-orang gypsi telah membentuk organisasi kriminal yang mendapat dukungan Uni Eropa. Mereka menguasai perdagangan obat terlarang dan prostitusi. Pemerintah dan aparat keamanan yang mendapat tekanan dari Uni Eropa tampak tak berdaya menghadapi para kriminal tersebut. Para nasionalis juga melihat yahudi internasional telah mengorganisir pembunuhan terhadap anak-anak gypsi untuk menciptakan permusuhan antara kaum gypsi dengan warga Hungaria.


AGENDA TERSEMBUNYI

Para aktifis nasionalis yakin yahudi internasional memiliki agenda tersembunyi: merekrut orang-orang gypsi menjadi tentara NATO. Sekali hal ini terjadi mereka akan menjadi alat yang efektif untuk meredam "pemberontakan" warga Hungaria dan para nasionalis di Eropa terhadap kekuasaan yahudi.

Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 15 juta warga gypsi di seluruh Eropa. Untuk merekrut mereka menjadi tentara andalan, mereka diperkenalkan kepada semua institusi global yahudi seperti Uni Eropa, PBB, NATO, LSM-LSM internasional, dll.

Tingkat kriminalitas kaum gypsi di Hungaria sangat tinggi hingga 90% penghuni penjara di negeri itu adalah orang-orang gypsi. Namun umumnya mereka mendapat perlakuan istimewa dari pengadilan dan aparat hukum dengan hukuman yang ringan. Bagi orang-orang gypsi sepertinya bahkan penjara telah menjadi sebuah ritual wajib untuk membuktikan kedewasaan mereka, demikian pandangan warga umum Hungaria.

Hungaria adalah contoh sebuah negara dimana segala aspek kehidupan masyarakatnya: politik, ekonomi, sodial, budaya, hingga agama telah dikuasai nyaris seutuhnya oleh pengaruh yahudi. Di luar pemerintahan dan aparat birokrat keamanannya, terdapat puluhan sekte agama dan LSM yang didanai oleh lembaga-lembaga yahudi internasional.


KEBANGKRUTAN

Secara ekonomi Hungaria telah bangkrut dan satu-satunya denyut nadi ekonomi yang bergerak adalah pajak. Pengangguran tinggi, tingkat gaji yang rendah, dan fasilitas serta layanan publik yang rendah. Di sisi lain pajak relatif tinggi dan tingkat harga barang-barang kebutuhan sangat tinggi selevel dengan Swiss yang merupakan negara paling makmur di Eropa. Para aktifis nasionalis yakin kondisi ini akan memicu kerusuhan massal dalam waktu tidak lama lagi.

Dan meski hanya berupa negara kecil dengan 10 juta penduduk, 14 kota di Hungaria telah menjadi basis logistik NATO. Di markas-markas NATO inilah dilakukan perekrutan sebagai personil keamanan NATO. Tragisnya hanya warga gypsi yang biasanya bisa diterima.


KESIMPULAN

Politik "devide at impera" telah berlangsung selama berpuluh tahun di seluruh penjuru dunia dalam berbagai bentuk seperti gerakan feminisme untuk memecah belah wanita dengan laki-laki; keberagaman untuk mempromosikan homoseksualitas serta multikulturalisme untuk mempromosikan perpindahan penduduk besar-besaran. Jika kesadaran muncul dan terjadi "pemberontakan" maka dipiculah pertikaian dengan kaum minoritas untuk menjadi alasan penumpasan sekaligus mengalihkan perhatian massa dari permasalahan sebenarnya.

Contoh lainnya lagi adalah perang terorisme. Mereka menciptakan Al Qaida (dipimpin oleh agen CIA bangsawan Saudi bernama Osama bin Laden) untuk menebarkan teror di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan ini mereka berusaha menghancurkan Islam sekaligus mendikte negara-negara dunia tunduk dalam pengaruh Amerika, negara ZOG (zionist occupied goverment) sebenar-benarnya.

No comments: