Thursday, 20 January 2011

ERA BARU LEBANON DIMULAI


Akhirnya Sayyed Hasan Nasrallah, pimpinan Hizbollah, organisasi yang menjadi sentral drama politik Lebanon akhir-akhir ini, memberikan komentarnya mengenai perkembangan terakhir Lebanon paska tumbangnya kabinet Lebanon baru-baru ini.

"Karena seluruh rakyat Lebanon berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan karena fakta-fakta selalu berhasil mengungkapkan skema jahat yang disiapkan untuk negeri ini," kata Nasrallah dalam pidato politiknya yang disiarkan Al-Manar TV hari Minggu malam (16/1).

Menurut Nasrallah, Hizbollah selalu mendukung inisiatif bersama Saudi-Syria untuk mencegah krisis di Lebanon terkait rencana pengumuman pengadilan internasional kasus pembunuhan mantan PM Rafiq Hariri tahun 2005 yang diduga kuat akan menetapkan Hizbollah sebagai tersangkanya.

“Tentu saja kami melakukan "bargaining" dalam upaya ini sebagaimana juga seluruh warga Lebanon yang menginginkan perdamaian,” kata Nasrallah.

Menurut Nasrallah, pemerintahan Saudi telah meyakinkannya bahwa STL (pengadilan internasional kasus Hariri) tidak mungkin dibatalkan karena telah ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB dengan dukungan negara-negara seperti Amerika, Inggris dan Perancis. "Jawaban saya adalah, kita memahaminya dan itu telah saya sampaikan dalam pidato Ashura saya yang lalu.” Nasrallah melanjutkan:

“Saya katakan bahwa kami menolak pengadilan yang dipolitisasi dan kami menganggap telah menjadi target politik melalui STL. Bagaimana pun Lebanon adalah negeri kami dan kami berkewajiban untuk menjaga keamanannya. Kami sampai pada satu keputusan: Kami akan menjaga Lebanon melalui tiga langkah terkait STL, yaitu pemerintah menarik para hakim dan jaksa asal Lebanon dari STL, penghentian bantuan dana terhadap STL, dan membatalkan MOU antara pemerintah dan STL. Ketiga langkah tersebut tidak menghapuskan STL, tanpa memperhatikan opini kami atasnya."

Menurut Nasrallah sebenarnya Saudi setuju dengan tiga langkah yang diinginkan Hizbollah tersebut di atas, namun sakitnya raja Saudi membuat inisiatif Saudi-Syria untuk mencegah krisis terkait STL menjadi terganggu. Dua minggu yang lalu Nasrallah mendapat konfirmasi bahwa raja Saudi telah pulih dari sakitnya dan akan melanjutkan proses pembicaraan. Kemudian kami mendapat informasi bahwa raja Saudi akan melakukan pembicaraan akhir dengan perdana menteri Saad Hariri untuk menfinalisasi kesepakatan, namun Hariri justru membuat pernyataan bahwa inisiatif Saudi-Syria telah dihentikan beberapa bulan lalu. Kemudian Hariri pergi ke Amerika menemui beberapa pejabat Amerika seperti presiden dan menlu Amerika serta Sekjen PBB, dan tanpa tanda-tanda sebelumnya langsung memberitahu Syria bahwa Hariri tidak bisa melanjutkan inisiatif Saudi-Syria.

Tindakan Hariri menghentikan inisiatif Saudi-Syria-lah yang membuat kubu oposisi memutuskan mengundurkan diri dari pemerintahan persatuan nasional dan secara otomatis membubarkan pemerintahan.

“Adalah jelas bahwa Amerika dan Israeli menentang upaya damai negara-negara Arab dan mencoba mendapat keuntungan dari kegagalan upaya tersebut, karena mereka menganggap krisis ini sangat rumit dan mereka merasa perlu untuk tidak melibatkan diri secara langsung. Namun saat prosesnya menunjukkan tanda-tanda positif, mereka campur tangan dengan cara yang kasar. Inilah sebabnya proses ini terhenti dengan tiba-tiba. Tidak ada keraguan bahwa beberapa parpol Lebanon turut bekerja intensif untuk menghentikan inisiatif Arab. Ada kemungkinan Hariri dan pendukungnya tidak menginginkan inisiatif Arab berlanjut dan mendesak Amerika untuk menghentikan inisiatif Saudi-Syria, atau mereka setuju dengan inisiatif Arab namun Amerika menolaknya. Namun bagaimana pun Hariri dan pendukungnya telah memastikan dirinya sebagai pihak yang tidak bisa dipercaya untuk menolong Lebanon atau memimpin negeri ini mengatasi semua permasalahannya," kata Nasrallah.

"Namun rakyat Lebanon akan melihat bahwa di antara rakyat Lebanon ada pihak-pihak yang bekerja untuk kepentingan rakyat Lebanon dan pihak lainnya bekerja untuk kepentingan Hariri dan pendukungnya. Namun kami tetap berhubungan dengan mereka secara positif."


KASUS SAKSI PALSU

Nasrallah juga menyebut kasus saksi palsu yang menjadi pokok persoalan. Selama bertahun-tahun STL bekerja berdasarkan keterangan saksi palsu yang menyebabkan Syria menjadi tertuduh dalam kasus kematian mantan PM Rafiq Hariri, empat orang pejabat keamanan Lebanon harus menjalani penahanan bertahun-tahun tanpa kesalahan, rusaknya hubungan sosial-politik Syria-Lebanon, dan menimbulkan ketegangan politik di Lebanon.

“Pemilihan parlemen dan pemerintahan terbentuk berdasar pada kesaksian palsu ini. Itulah sebabnya kami meminta saksi-saksi palsu itu diadili untuk membersihkan penyidikan (STL)," kata Nasrallah. Namun menurut Nasrallah, Hariri terus menghalang-halangi upaya pengadilan penyidikan terhadap para saksi palsu tersebut.

Sehari sebelum pidato Nasrallah, televisi Al-Jadeed menyiarkan bocoran rekaman pertemuan Saad Hariri dengan terduga saksi palsu Mohammad Zuheir Siddiq di sebuah hotel di luar negeri. Dalam rekaman tersebut terbongkar kebohongan Hariri yang mengatakan tidak mengenal Siddiq. Padahal Siddiq menyebutkan dengan jelas bahwa ia telah mengontak Hariri beberapa kali sebelum terjadinya serangan bom yang membunuh Rafiq Hariri tahun 2005. Hariri mengakui kebenaran rekaman itu dengan alasan tengah melakukan pendekatan agar Siddiq mau kembali ke Lebanon. Namun ia tidak menyinggung tentang telpon yang dilakukan Siddiq kepada dirinya.

“Telpon itu bermaksud memberitahu Anda bahwa mereka akan mengirim 20 orang. Telpon itu untuk memberitahu bahwa ledakan akan segera terjadi. Bukankah itu benar-benar terjadi? Anda mengetahuinya. Saya menelpon Anda malam terakhir sebelum kejadian, ingatkah Anda? Tapi Anda tidak menjawab telpon itu. Saya menelpon lagi dan Anda tetap tidak menjawab. Saya berfikir mungkin Anda sedang tidur dan berharap Anda menelpon balik. Saya menelpon Anda untuk memberitahu bahwa akan terjadi serangan bom," kata Siddiq dalam rekaman percakapan itu.

Selama bertahun-tahun Hariri dan pendukungnya membantah keberadaan saksi palsu dalam pengadilan STL. Setelah lima tahun disandera oleh saksi palsu, Hariri akhirnya mengakui tuduhan terhadap Syria adalah kesalahan, dan empat pejabat keamanan yang ditahan dilepaskan kembali. Namun tuduhan hanya berubah arah, kali ini kepada Hizbollah dan saksi palsu yang telah menyandera Lebanon tidak pernah disentuh Hariri.

Nasrallah mengecam para politisi pendukung Hariri yang membantah rekaman tersebut, terutama setelah Hariri kemudian mengakui kebenarannya.

"Saya mendengar Future TV (milik kubu Hariri) akan menayangkan rekaman itu secara lengkap. Ini menimbulkan pertanyaan, bukankah rekaman itu seharusnya menjadi barang bukti STL. Bagaimana mereka bisa memilikinya? Mereka mengatakan STL sebagai pengadilan yang adil dan profesional, lalu bagaimana mereka bisa membocorkan rakaman itu?"

Nasrallah mengecam ketidakmauan Hariri membawa kasus saksi palsu ke pengadilan Lebanon, tidak mampu menghadapi tekanan asing di dalam kasus STL dan justru mendanai pengadilan (STL) yang bekerja melawan kepentingan Lebanon.

"Pemerintahan ini ingin menempatkan dirinya dalam posisi sulit, khususnya ketika STL meminta mereka menahan warga Lebanon, pemerintahan ini tidak memiliki kualifikasi dan terhentinya inisiatif Saudi-Syria membuktikan hal ini," tambah Nasrallah.

Dalam pidato ini Nasrallah menekankan bahwa Hizbollah dan kubu oposisi tidak akan memilih kembali Hariri sebagai perdana menteri meski mendapat tekanan internasional. Ia juga menekankan bahwa pemerintahan baru yang terbentuk nantinya harus bertindak bijak dan bertanggungjawab karena ia tidak akan mentoleransi pemerintah yang melindungi saksi palsu dan bertindak korup.

“Tidak boleh ada yang mengancam kami. Pemerintah tidak perlu meminta perlindungan dari kami, dan kami pun meminta pemerintah tidak melakukan konspirasi melawan kami. Kami tidak akan tinggal diam terhadap pemerintahan seperti itu karena menjadi kewajiban kami untuk menjaga kepentingan Lebanon di hadapan ancaman Israel," kata Nasrallah.

Nasrallah juga mengingatkan pemerintah untuk belajar dari kasus Tunisia. "Pelajaran yang bisa dipetik adalah seorang presiden yang bekerja untuk melayani negara-negara barat selama bertahun-tahun pada akhirnya justru ditolak oleh negara-negara barat. Campur tangan barat di Lebanon akan menjadikan internasionalisasi krisis Lebanon, dan kami, sebagai warga Lebanon, mampu untuk menyelesaikan masalah kami sendiri melalui dialog dan kerjasama yang positif. Betapapun, siapa yang berkhianat harus mengambil pelajaran dari apa yang tengah terjadi di wilayah ini (Tunisia)," papar Nasrallah.

Dalam kata akhirnya Nasrallah mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan reputasi dan kemuliaan kita dan kami tidak akan membiarkan siapapun melakukan konspirasi terhadap kami atau menuduh kami telah menumpahkan darah Rafiq Hariri. Kami akan bertindak sesuai dengan apa yang bakal ditetapkan (STL). Bagaimana? Tergantung pada estimasi dan kepentingan kami. Saya tidak ragu menatakan Israel lah yang telah membunuh Hariri dan melakukan berbagai tindakan pembunuhan di Lebanon. Kami telah menghadapi peperangan dalam berbagai bentuk, militer, keamanan dan pembunuhan. Kami mengingatkan mereka yang masih berharap pada proyek (konspirasi) ini bahwa mereka telah salah perhitungan. Sidang parlemen boleh saja mengembalikan Hariri ke kursi perdana menteri, namun ini akan menjadi awal dari sebuah era baru. Kami katakan pada mereka yang masih percaya bahwa mereka bisa menggunakan tuduhan (STL) untuk melemahkan kami bahwa mereka sangat keliru. Saya akan berpidato lagi dalam beberapa hari mendatang untuk menanggapi tuduhan yang akan dikeluarkan STL."

No comments: