Syria tidak sekedar menjadi jembatan penghubung antara blok perlawanan anti-Israel/Amerika di Lebanon (Hizbollah dkk) dengan Iran, melainkan sebagai pilar perjuangan anti-Israel/Amerika. Demikian pernyataan pimpinan Hizbollah Sayyed Hassan Nasrallah pada peringatan kemenangan Hizbollah dalam perang melawan Israel tahun 2006 yang diadakan di Beirut Selatan 18 Juli lalu.
"Syria menjadi masalah besar bagi Israel dan Amerika karena Syria adalah pendukung nyata perlawanan melawan Israel, khususnya di tingkat militer. Syria tidak hanya menjadi jembatan penghubungan bagi kelompok perlawanan, melainkan juga menjadi pendukung militer bagi "perlawanan". Sebagai contoh, sebagian besar rudal yang kami tembakkan ke Haifa dan Israel Tengah adalah rudal-rudal buatan Syria," kata Nasrallah.
"Senjata-senjata terpenting yang kami gunakan dalam perang melawan Israel tahun 2006 datang dari Syria. Tidak hanya senjata "perlawanan" di Lebanon namun juga di Gaza. Rudal-rudal yang ditembakkan pejuang Gaza memaksa lebih dari sejuta penduduk Israel tinggal di bunker-bunker bawah tanah. Dan saat para pemimpin Arab menahan makanan dan uang masuk ke Gaza, Syria mengirimkan makanan dan senjata untuk Gaza dengan menanggung resiko," tambah Nasrallah.
"Itulah Syria, dengan pemimpinnya Bashar al Assad dan para syuhadanya Aseef Shawkat, Dawoud Rajiha dan Hassan Turkmani (tiga pejabat senior Syria yang tewas dalam serangan bom di Damaskus pada hari yang sama)."
Nasrallah memuji para pejabat militer Syria yang tewas dalam insiden pemboman tgl 18 Juli sebagai "teman seperjuangan" melawan Israel sekaligus menyampaikan duka-cita kepada keluarga mereka. Ia yakin bahwa militer Syria akan mampu mengatasi masalah keamanan yang kini dihadapi rakyat Syria.
"Kami yakin bahwa angkatan bersenjata Syria akan mampu mengatasi masalah yang sangat berat yang mereka hadapi dan mampu menghancurkan harapan musuh-musuh mereka."
Mengenai penyelesaian krisis yang melanda Syria Nasrallah menegaskan bahwa satu-satunya solusi adalah dengan dialog antara pihak-pihak yang terlibat dalam pertikaian.
Menurut Nasrallah Amerika dan Israel menginginkan kehancuran Syria sebagai balas dendam atas apa yang telah dilakukan Syria terhadap Israel. Itulah sebabnya mereka selalu menghancurkan setiap upaya penyelesaian damai atas Syria.
“Mereka berupaya, setelah perang tahun 2006, untuk menghancurkan angkatan bersenjata Syria dan Amerika memanfaatkan tuntutan damai rakyat Syria, mencegah dialog dan mengubah Syria menjadi medan perang karena tujuan mereka sebenarnya adalah untuk menghancurkan dan memecah belah Syria sebagaimana mereka lakukan di Irak," tambah Nasrallah.
Meski sebagai sekutu strategis Hizbollah, Syria tengah mengalami masalah serius, namun Hizbollah, juga Iran, sejauh ini belum memberikan bantuan militer. Hal ini karena Hizbollah menganggap, sebagaimana pernyataan beberapa pejabat mereka, bahwa pemerintah Syria masih mampu mengatasi masalah mereka.
Sebagai catatan dalam perang sipil Lebanon tahun 1970-an hingga 1980-an Hizbollah dan kelompok-kelompok perlawanan Lebanon berjuang bersama-sama pasukan Syria dan Iran melawan pasukan Israel, Amerika dan sekutu-sekutunya di Lebanon. Tahun 1984 mereka berhasil mengusir pasukan "perdamaian" Amerika dan Perancis dari Lebanon setelah sebelumnya berhasil menggagalkan perjanjian "penyerahan kedaulatan" Lebanon kepada Israel tahun 1983 dengan membom Presiden Lebanon Bashir Gemayel. Dan pada tahun 2000 mereka berhasil mengusir Israel dari Lebanon Selatan.
SUMBER: ALMANAR.COM.LB
No comments:
Post a Comment