Tuesday 3 July 2012

LAGI, TENTARA NATO DIBANTAI APARAT KEAMANAN AFGHANISTAN

(Gambar: tentara Inggris tengah melatih polisi Afghanistan)



Ketika Sting menciptakan lagu "Something the Boy Said" tahun 1990-an yang bercerita tentang satu tentara besar Inggris (karena Sting adalah orang Inggris) yang berakhir menjadi makanan burung gagak, mungkin ia membayangkan peristiwa pembantaian satu satuan tentara ekspedisi Inggris oleh gerilyawan Afghanistan sekitar abad 17 atau abad 18.

Kalau itu benar maka kini Sting harus membuat sekuel lagu tersebut karena kini tentara Inggris yang tergabung dalam pasukan koalisi barat, juga tengah mengalami pembantaian di Afghanistan.

Ini telah menjadi kisah yang biasa, biasanya disebut-sebut oleh media massa barat sebagai "orang-orang berseragam militer Afghanistan" yang kemudian ternyata adalah benar-benar aparat keamanan Afghanistan, menembak mati personil militer koalisi barat di Afghanistan. Dalam insiden terakhir awal bulan ini, seorang anggota kepolisian Afghanistan menembak mati tiga personil militer Inggris di Afghanistan.


"BBC" menulis polisi Afghanistan yang menembak sebagai "orang yang berpakaian seragam polisi". Namun "New York Times" menyebutnya secara lugas sebagai "seorang polisi", bahkan disebut sebagai anggota satuan elit kepolisian Afghanistan. Selain gerilyawan Taliban yang semakin gigih menyerang berbagai sasaran pasukan koalisi termasuk di tempat-tempat dengan tingkat keamanan tertinggi di ibukota Kabul, permusuhan dari aparat keamanan lokal Afghanistan merupakan faktor yang membuat moral pasukan koalisi barat di Afghanistan semakin ambruk.

Pasukan koalisi kini memang telah menerapkan prosedur pengecekan mendalam terhadap aparat keamanan Afghanistan, namun insiden-insiden penyerangan oleh aparat keamanan Afghanistan terhadap personil militer koalisi terus saja terjadi. Pada bulan Mei lalu dua personil militer Inggris tewas ditembak di pangkalan militer koalisi di Provinsi Helmand oleh polisi Afghanistan yang lagi-lagi oleh pers Inggris disebut "orang-orang berpakaian seragam polisi".

Meski disamarkan dengan nama "International Security Assistance Force" alias pasukan internasional pembantu keamanan, keberadaan pasukan koalisi barat sama sekali tidak mendapatkan simpati warga Afghanistan yang telah mengalami banyak kerusakan. Bahkan juga warga barat sendiri yang mengetahui motif sebenarnya keberadaan mereka di Afghanistan. Selain menjadi penjamin mengalirnya minyak dan gas dari kawasan Asia Tengah ke Eropa yang melalui Afghanistan, pasukan koalisi internasional juga menjadi penjaga keamanan bisnis illegal obat terlarang.

Pada tahun 2001, sebelum pasukan koalisi barat menyerang dan menduduki Afghanistan, regim Taliban Afghanistan telah berhasil menghentikan hampir seluruh produksi opium. Namun setelah kedatangan pasukan koalisi produksi opium kembali meroket hingga mencapai rekor tertinggi.

Sudah lama obat-obatan terlarang menjadi senjata imperalisme barat. Dengan obat-obatan itu barat mengeruk kekayaan musuh-musuhnya sembari melemahkannya. Di dunia modern perdagangan obat bius juga menjadi sumber keuangan bagi dunia inteligen.






Ref:
"Three British Soldiers Killed at Afghan Checkpoint"; News Brief; 2 Juli 2012 dalam thetruthseeker.co.uk; 3 Juli 2012

No comments: