Tuesday, 3 July 2012

AMERIKA (MUNGKIN) AKAN GAGAL DI SYRIA


































Judul tersebut adalah "plesetan" dari pernyataan menlu Amerika Hillary Clington setelah konperensi internasional tentang Syria di Genewa, Minggu (1/7). "Tidak ada jaminan bahwa kita akan berhasil. Saya benci untuk mengatakannya," kata Clington sebagaimana dikutip situs kantor berita CNN, Senin (2/7).

Amerika memang telah berusaha keras untuk memuluskan jalannya konperensi sesuai dengan skenarionya, termasuk dengan bersikap ngotot menolak kehadiran Iran, sekutu kuat Syria, dalam pertemuan itu. Iran memang batal diundang meski awalnya Kofi Annan, utusan PBB-Liga Arab untuk Syria yang menjadi fasilitator pertemuan, hendak mengundang serta Iran. Namun Rusia dan Cina, lagi-lagi menggagalkan kemauan Amerika.

Konperensi sepakat menyerukan dibentuknya pemerintahan transisi di Syria. Namun tidak ada batas waktu dan kesepakatan apakah regim Bashar al Assad boleh terlibat dalam pemerintahan tersebut. Amerika ngotot bahwa Bashar tidak boleh terlibat dalam pemerintahan tersebut. Namun sebaliknya Rusia dan Cina membolehkannya. Maka kesepakatan akhirnya adalah tidak menyebutkan secara spesifik siapa yang berhak duduk dalam pemerintahan sementara. Dan itu semua bisa menghancurkan skenario Amerika dan zionisme internasional.


Jika pun Bashar akhirnya setuju dengan pembentukan pemerintahan transisi (sampai saat ini ia belum setuju), ia masih mempunyai waktu untuk memperkuat posisi politiknya. Pertama yang dilakukan tentunya adalah menyingkirkan para pemberontak dari kantong-kantong pertahanan terakhir mereka, kemudian baru membentuk pemerintahan transisi yang berisi orang-orang kepercayaannya. Selanjutnya pemerintahan sementara itu, dengan bekerjasama dengan parlemen yang baru saja terbentuk, menyenggarakan pemilihan umum yang memberikan tempat baginya untuk berpartisipasi. Dengan kedudukan politik yang dimilikinya, dapat dipastikan Bashar-lah yang bakal menjadi pemenangnya.

Hal inilah yang mungkin membuat Hillary Clington sangat kecewa dengan hasil konperensi yang berakhir hari Sabtu (30/6). Demikian juga halnya dengan kelompok pemberontak (untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok oposisi dalam negeri yang masih bekerjasama secara konstruktif dengan regim Bashar al Assad meski berbeda pandangan).

"Kesepakatan itu mengandung bahasa yang bias yang bisa menimbulkan banyak intepretasi," kata jubir kelompok oposisi Local Coordination Committees of Syria, Minggu (1/7). "Itu akan memberi kesempatan kepada regim penguasa untuk memainkan permainan favorit mereka dengan mengulur-ngulur waktu hingga gerakan revolusi berhenti, setelah menghancurkannya dengan cara-cara kekerasan di seluruh pelosok Syria," tambahnya.

Kecaman juga datang dari kelompok utama pemberontak "Syrian National Council (SNC)". Melalui jubirnya kelompok ini menyatakan, "Kami khawatir bahwa hasil kesepakatan Geneva akan memberikan isyarat kepada regim bahwa tindakan-tindakan represi mereka dengan membunuhi rakyat, bisa diterima," kata jubir SNC Muhammad Farmini kepada kantor berita CNN, Minggu (1/7).

Pertemuan internasional di Geneva dihadiri oleh Amerika, beberapa negara Uni Eropa termasuk Turki, beberapa negara Arab termasuk Irak, Cina dan Rusia. Iran sebagai sekutu Syria tidak diundang dalam pertemuan itu, demikian juga Saudi dan Qatar yang terlibat jauh dalam pemberontakan di Syria. Kesepakatan yang terjadi merupakan kesepakatan yang pertama yang dicapai antara Amerika dan Eropa di satu sisi dengan Rusia dan Cina di sisi lainnya setelah kedua kelompok selalu gagal mencapai kesepakatan di forum DK PBB. Sampai detik terakhir sebenarnya pertemuan nyaris gagal menghasilkan kesepakatan setelah Amerika ngotot meminta regim Bashar al Assad dinyatakan tidak berhak ikut dalam pemerintahan transisi. Sebaliknya Rusia dan Cina menuntut sebaliknya. Maka sebagai jalan tengahnya, kesepakatan tidak menyebutkan siapa yang berhak berpartisipasi dalam pemerintahan sementara.

Hal ini bisa dikatakan merupakan kemenangan Rusia dimana Presiden Rusia Vladimir Putin telah beberapa hari sebelumnya telah menekankan bahwa tidak ada yang berhak untuk menentukan siapa pemerintahan di Syria kecuali rakyat Syria sendiri. .


Sumber:
"World may not succeed in Syria"; Jill Dougherty, CNN.com; 1 Juli 2012

No comments: